Pengertian Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi

g. Materi yang dibahas masih terlalu asing bagi siswa Miskonsepsi bisa disebabkan oleh terbatasnya informasi yang diterima siswa dan terbatasnya kemungkinan untuk menguji keunggulan pengetahuan yang dibentuk. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau soal latihan dapat saja terjadi, karena mereka membentuk pengetahuan dengan tidak benar. Kesalahan dapat saja terjadi karena kurang lengkapnya informasi yang siswa terima, kesalahan dalam buku atau informasi tambahan dari media yang salah disampaikan. Kesalahan dapat juga terjadi jika siswa terlalu dituntun atau pasif dan menerima apa adanya dari guru atau materi terlalu kompleks dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir siswa atau materi yang dibahas sangat jauh berbeda dengan kehidupan atau pengalaman mereka sehari-hari. 42 Miskonsepsi dapat bertahan lama dan sifatnya menetap pada siswa. perubahan hanya dapat terjadi jika siswa merasa tidak yakin lagi dengan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga ia berusaha mencari alternatif pemecahannya. Jika alternatif pemecahan masalah mampu menyelesaikan masalahnyateratasi, maka ia akan melakukan reorganisasi pengetahuannya. 43 Menurut Berg, miskonsepsi pada siswa sulit diperbaiki, seringkali “sisa” miskonsepsi terus menerus mengganggu siswa, seperti siswa dapat mengerjakan soal-soal sederhana, tetapi miskonsepsi siswa muncul kembali ketika siswa dihadapkan pada soal-soal yang lebih sulit. Pada umumnya guru tidak mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa, sehingga proses belajar mengajar tidak disesuaikan dengan prakonsepsi yang dimiliki siswa. 44 42 Suhirman, Prakonsepsi, Miskonsepsi., h.80 43 Ibid 44 Nurdiniah dan Rusmansyah, Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Memahami Konsep Energetika melalui Pendekatan Pemecahan Masalah, Vidya Karya Volume I, No1, 2001, h.25 Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi terjadi secara universal di seluruh dunia bagaimanapun lingkungan sosial budaya, bahasa, maupun etniknya. Konsepsi dan miskonsepsi siswa diduga kuat terbentuk pada masa anak-anak ketika terjadi interaksi otak dengan alam. 45 Miskonsepsi dapat terjadi pada pengalaman siswa sehari-hari mengenai fenomena alam dan sekitarnya. 46 Penyebab miskonsepsi yang diuraikan di atas masih sangat terbatas. Dalam kenyataan di lapangan, siswa dapat mengalami miskonsepsi dengan sebab-sebab yang lebih bermacam-macam dan rumit. Penyebab sesungguhnya juga sulit diketahui, karna terkadang siswa tidak secara terbuka mengungkapkan bagaimana mereka mengalami dan memiliki konsep yang tidak tepat tersebut. Pendidik juga perlu mengetahui bahwa miskonsepsi yang dialami setiap siswa dalam satu kelas dapat berlainan dan penyebabnya juga berlainan. Maka dapat terjadi, dalam satu kelas terdapat bermacam-macam miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi. Dengan demikian, bagi pendidik tidak mudah untuk sungguh-sungguh mengerti penyebab miskonsepsi yang dialami setiap siswa. Sebagai akibatnya, tidak mudah juga untuk membantu setiap siswa secara tepat dalam mengatasi miskonsepsi.

3. Miskonsepsi dari Sudut Pandang Konstruktivisme

Konstruktivisme memandang penting miskonsepsi yang diyakini siswa dikarenakan: 1 konsepsinya berbeda dengan konsep ilmiah; 2 sifatnya laten, terus dipergunakan siswa dan cenderung sukar diubah; 3 sukar dideteksi oleh guru. 47 45 Yuyu Tayubi, Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-konsep ,h. 5 46 Claudia von Aufschnaiter dan Christian Rogge , Misconception or Missing Conception, Eurasia Journal of Mathematics, Science Technology Education, 2010, h. 12 47 Tatang Suratno , Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran Sains, Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK UIN, 2007, h.9