Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asuhan Keperawatan

Dari uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya. Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat baik secara sadar atau tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuankebiasaan yang berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence W. Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni : 1. Faktor-faktor Predisposisi predisposing factors Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan juga variasi demografi seperti tingkat sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor Pemungkin enabling factors Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor pendukung. Misalnya Universitas Sumatera Utara : Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah dan sebagainya. 3. Faktor-faktor Penguat reinforcing factors Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang- kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini, undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.3. Rumah Sakit Umum

Menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 983MenkesSKXI1992, menyebutkan bahwa, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik Aditama, 2003.

2.3.1. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan keterangan pasal 1, Kepmenkes No. 9831992, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pelayanan medis 2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan 4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan 5. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan 6. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas. 2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik yang luas. 3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu : Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit KebidananKandungan dan Kesehatan Anak.

2.3.3. Standar Pelayanan Rumah Sakit Kelas C

Untuk meningkatkan mutu, telah ditetapkan standar pelayanan rumah sakit. Penyelenggaraan rumah sakit harus memperhatikan standar yang disesuaikan dengan kelastype rumah sakit, yaitu : 1. Standar manajemen Rumah sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karena itu, rumah sakit harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan sasaran pelayanan kesehatan lainnya. 2. Standar pelayanan a. Pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik - Pelayanan medik spesialistik 4 dasar : penyakit dalam, bedah, kebidanan dan kandungan, kesehatan anak. - Pelayanan medik spesialistik lainnya : mata, telinga, hidung dan tenggorokan THT, kulit dan kelamin, kesehatan jiwa, syaraf, gigi dan mulut, jantung, paru, bedah syaraf, orthopedi. Universitas Sumatera Utara - Pelayanan medik sub spesialistik b. Pelayanan medik umum yang tidak tertampung oleh pelayanan medik spelialistik yang ada c. Pelayanan penunjang medik : radiologi, laboratorium, anasthesi, gizi, farmasi, rehabilitasi medik d. Pelayanan keperawatan e. Pelayanan administrasi dan umum 3. Standar ketenagaan a. Dokter umum penuh waktu b. Dokter gigi penuh waktu sesuai kebutuhan c. Dokter spesialis dasar minimal 4 dengan 3 spesialis yang penuh waktu d. Dokter jaga khusus di UGD selama 24 jam yang sudah mendapat PPGD e. Dokter spesialis dasar yang dapat segera dihubungi dan dapat datang setiap waktu bila dibutuhkan f. Dokter spesialis anasthesi atau dokter spesialis lainnya atau dokter umum terlatih yang bertanggung jawab untuk pelayanan medik intensif Standarisasi ketenagaan berdasarkan permenkes 262 tahun 1979. Untuk menentukan jumlah ketenagaan minimum bagi setiap katagori ketenagaan pada kelas Rumah Sakit Umum Kelas C yang diperlukan, dapat digunakan angka perbandingan antara jumlah tempat tidur yang ada dengan jumlah ketenagaan yang diperlukan, sbb : a. Tempat tidur : Tenaga medis = 9 : 1 b. Tempat tidur : Paramedis perawat = 1 : 1 c. Tempat tidur : Paramedis non perawatan = 5 : 1 Universitas Sumatera Utara d. Tempat tidur : Non Medis = 4 : 3 4. Standar Bangunan a. Ruang tersendiri sesuai dengan kemampuan pelayanan b. Unit gawat darurat sebagai unit tersendiri c. Kamar tindakan untuk pelayanan darurat medik, bedah dan darurat obstetrik ginekologi d. Ruang perawatan sementara untuk observasi e. Ruang untuk resusitasi f. Sarana komunikasi internal dan eksternal g. ambulan untuk rujukan pasien 5. Standar peralatan a. Peralatan pelayanan medik spesialis 4 dasar b. Peralatan medik gawat darurat yang dapat melakukan tindakan-tindakan resusitasi kardiopulmoner dan untuk menyelamatkan hidup Profil RSUD Aceh Singkil, 2009.

2.3.4. Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit

Berdasarkan SK Dirjen Yan Med No : YM.00.03.2.6.7637 yang dikutip oleh Nursalam 2009, bahwa perawat yang bertugas di pelayanan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, haruslah melaksanakan standar asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit adalah sebagai berikut : Standar 1 : Falsafah Keperawatan Universitas Sumatera Utara Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan Standar 3 : Pengkajian Keperawatan Standar 4 : Diagnosis Keperawatan Standar 5 : Perencanaan Keperawatan Standar 6 : Intervensi Keperawatan Standar 7 : Evaluasi Keperawatan Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Henderson yang dikutip oleh Nursalam 2009, terdiri atas 14 kebutuhan dasar manusia yaitu : 1. Memenuhi kebutuhan oksigen 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit 3. Memenuhi kebutuhan eliminasi 4. Memenuhi kebutuhan keamanan 5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik 6. Memenuhi kebutuhan istirahan dan tidur 7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani 8. Memenuhi kebutuhan spiritual 9. Memenuhi kebutuhan emosional 10. Memenuhi kebutuhan komunikasi 11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis Universitas Sumatera Utara 12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membentuk proses penyembuhan 13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatanpenyuluhan 14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi 2.4. Perawat 2.4.1. Defenisi Perawat Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No. 1239MenkesSKXI2001 yang dikutip oleh Gaffar 1999, menjelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik di dalam maupun diluar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Menurut Depkes RI 2001 yang dikutip oleh Joeharno 2008, tenaga perawat yang merupakan ”The Caring Profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya.

2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat 1. Peran Pelaksana

Peran ini dikenal dengan istilah “care giver”. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada pasien klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran pelaksana, perawat harus dapat bertindak sebagai : Universitas Sumatera Utara 1. Comforter, disini perawat berusaha memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien klien. 2. Protector dan advocat, peran perawat disini lebih terfokus pada kemampuan untuk melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban pasien klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. 3. Communicator, disini perawat bertindak sebagai mediator antara pasien klien dengan anggota tim kesehatan laiinya. 4. Rehabilitator, bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien klien dalam mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal kembali.

2. Peran Sebagai Pendidik

Peran perawat sebagai pendidik health educator yaitu berupa penyuluhan kesehatan kepada pasien individu, keluarga, kelompok atau masyarakat maupun membentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga medis lainnya. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada pasien klien akan terlaksana dengan baik, jika sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perawat perlu melakukan pengkajian atau penjajakan berupa pengumpulan dan analisis data sebelum melakukan kegiatan. Selain itu, perawat harus membuat perencanaan agar tujuan dapat tercapai. Perencanaan ini meliputi tujuan, sasaran penyuluhan, jumlah peserta, metode, alat bantu yang digunakan serta kriteria evaluasi sebagai instrumen penilaian tingkat keberhasilan kegiatan.

3. Peran Perawat Sebagai Pengelola

Universitas Sumatera Utara Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhanpelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. Pada institusi pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola atau menejer dibedakan atas 3 tiga tingkatan yaitu : 1. Tingkat Atas Top Manager, sebagai kepala bidang keperawatan 2. Tingkat Menengah Middle Manager, sebagai kepala seksi keperawatan dan penyelia supervisor 3. Tingkat dasarbawah Superficial Manager, adalah perawat yang menjabat sebagai kepala ruangan

4. Peran Sebagai Peneliti

Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi maslah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian di bidang keperawatan berperan dalam mengurangi disparitas atau kesenjangan penguasaan teknologi mutakhir dibidang kesehatan. Selain itu juga bermanfaat dalam menopang dan menciptakan pengembangan ruang lingkup praktek keperawatan, karena dengan hasil temuan penelitian tersebut maka efektifitas praktik keperawatan dapat dievaluasi. Sehingga dapat diidentifikasi cara pemecahan masalah dengan tepat. Gaffar, 1999.

2.4.3. Profile Perawat Profesional

Universitas Sumatera Utara Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Menurut Husein 1994 menegaskan bahwa yang dimaksud dengan ketrampilan profesional keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi mencakup ketrampilan interpersonal, ketrampilan intelektual dan ketrampilan teknikal. Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhanpelayanan keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidik pasien individu, keluarga dan masyarakat serta kegiatan penelitian di bidang keperawatan Gaffar, 1999. Gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dapat kita lihat secara objektif dari karakteristiknya. Adapun faktor predisposing perawat, yaitu mencakup : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap.

1. Umur

Umur mempengaruhi produktivitas, alasannya adanya keyakinan yang meluas bahwa produktivitas merosot dengan meningkatnya umur seseorang. Sering diandaikan bahwa keterampilan individu, terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun sering dengan berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual semuanya menyembung pada berkurangnya produktivitas. Pada karyawan yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi : pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu Robbins, 2003. Universitas Sumatera Utara Karyawan yang lebih muda cendrung mempunyai fisik yang kuat, sehingga diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau bila sudah berkeluarga anaknya masih relatif masih sedikit. Tetapi karyawan yang lebih muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggung jawab dan sering berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan karyawan yang lebih tua Nitisemito, 1992. Karyawan yang lebih tua, kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja mereka yang lebih panjang cendrung memberikan kepada mereka tingkat upah yang lebih tinggi, liburan dengan upah yang lebih panjang dan tunjangan pensiun yang lebih menarik. Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurang-kurangnya sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cendrung terus-menerus meningkat pada para karyawan yang profesional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada karyawan yang nonprofesional, kepuasan itu merosot selama umur setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun berikutnya Robbins, 2003.

2. Jenis Kelamin

Sejak awal 1970-an, semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki karier organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan berikut : adakah perbedaan agresivitas, kecendrungan menempuh resiko, keikatan dan etika kerja antara pria dan wanita. Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria, wanita dan lain-lain yang melakukan pekerjaan dan bukan manajerial dalam organisasi, untuk itu dibutuhkan data untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya dan karakteristik apabila perbedaan itu memang ada Gibson, 1997. Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau Universitas Sumatera Utara kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dari pada wanita dalam memilki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria Robbins, 2003.

3. Tingkat Pendidikan

Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki 2003, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya berdampak pada tingkat kepuasan kerja. Pendapat lain juga yang dikemukakan oleh Kenneth N. Wexley dan Gery A Yuki 2003, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tuntutan-tuntutan terhadap aspek-aspek kepuasan kerja di tempat kerjanya akan semakin meningkat Setiawan, 2007.

4. Status Kepegawaian

Manusia merupakan unsur dasar semua organisasi dan hubungan-hubungan sosial yang menyatukannya. Oleh sebab itu, pengaturan dan pemberdayaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi Anonim, 2009. Berdasarkan UU Ombudsman RI Tahun 2008 pasal 13 ayat 5, mengenai manajemen sumber daya manusia yang berarti mengestimasi secara sistemik permintaan atau kebutuhan dan suplai tenaga kerja. Salah satu model penerapan perencanaan sumber daya manusia yang diterapkan di lembaga-lembaga negara di Indonesia adalah penerapan sistem kepegawaian yang dibedakan atas dua jenis status kepegawaian, yaitu status Pegawai Negeri Sipil PNS dan status Non Pegawai Negeri Sipil PNS Anonim, 2008. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan UU No.43 1999, Pegawai Negeri Sipil PNS terdiri dari : a Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga TertinggiTinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah PropinsiKabupatenKota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya. b Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah PropinsiKabupatenKota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Bekerja pada Pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya Anonim, 2007. Sedangkan Non Pegawai Negeri Sipil adalah Warga Negara Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang sebagai pegawai pada suatu lembaga negara dan digaji berdasarkan ketentuan yang berlaku pada masing- masing lembaga negara terkait Anonim, 2008. Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil memiliki perbedaan situasi dan kondisi yang mendorong individu memiliki sikap kerja yang berbeda. Didalam diri seseorang terdapat standar keunggulan individu yang dipengaruhi oleh keadaan jasmani, intelegensi, kepribadian, minat, pengalaman keberhasilan, tingkat pendidikan, lingkungan masyarakat serta komitmen terhadap organisasi. Sehingga, keadaan dari dalam individu yang berbeda itulah yang mendorong munculya motivasi berprestasi pada Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil Yustisia, 2009.

5. Status Perkawinan

Universitas Sumatera Utara Status perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME Lembaga Demografi FE UI, 2000. Berdasarkan pendapat Soekanto 1993, dalam bukunya kamus sosiologi menyatakan bahwa kata perkawinan adalah ikatan yang sah antara sorang pria dan wanita yang menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara mereka maupun keturunannnya. Salah satu riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan mereka dari pada rekan sekerjanya yang bujangan. Perkawinan menuntut peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting Robbins, 2003.

6. Masa Kerja

Masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada kinerja dan keuntungan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan Gibson, 1997.

7. Pengetahuan knowledge

Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real nyata atau sebenarnya. 4. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintetis syntetis Universitas Sumatera Utara Sintetis menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Menimbang-menimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap informan sudah lebih baik. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan Notoatmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara

8. Sikap attitude

Dobb 1974 menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan, akan menimbulkan tingkah laku nyata overt behaviour. Dengan demikian, maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb, sorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui pengalaman- pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti dan nilai tertentu. Dalam arti inilah didefenisikan Rochracter bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan mengemudikan kejadian-kejadian dengan sadar Moediasih R. Wijoto, 1990. Allport 1954 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 tiga komponen pokok, yaitu : 1. Kepercayaan keyakinan, ide atau konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecendrungan untuk bertindak trend to behave Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir atau keyakinan dan emosi Universitas Sumatera Utara memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sikap yaitu : 1. Menerima receiving artinya, bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek. 2. Merespon responding yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai valuing mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tinggi. 4. Bertanggung jawab responsible yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.5. Asuhan Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia Asmadi, 2008. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan Hamid, 2001. Menurut Stevens 2000, pelaksanaan asuhan keperawatan memberi jaminan, bahwa pasien yang memperoleh perawatan sebagai haknya haruslah memenuhi kriteria. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang tinggi nilainya, maka diperlukan : Universitas Sumatera Utara 1. Asuhan keperawatankeperawatan, haruslah berdasarkan atas suatu analisa yang cermat dari situasi pasien. 2. Masalah keperawatan, haruslah dibuat jelas dan secara konkret. 3. Masalah keperawatan harus di tuangkan dalam penentuan-penentuan tujuan yang dapat dicapai. 4. Aktivitas keperawatan yang direncanakan untuk semua perawat harus tertuju pada tujuan-tujuan yang sama. Menurut Asmadi 2008, keperawatan mempunyai beberapa tujuan yaitu : 1. Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada pasien. Adapun prinsip bantuan yang diberikan antara lain bantuan diberikan sesuai dengan tingkat kemandirian pasien dan jangan sampai bantuan yang diberikan itu menimbulkan ketergantungan yang dominan bagi pasien. 2. Memenuhi kebutuhan dasar manusia KDM. Kebutuhan dasar manusia dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat memelihara homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. 3. Memberi kesempatan kepada semua perawat untuk mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya. Jadi maju mundurnya profesi keperawatan bergantung pada masing-masing pribadi perawat. Oleh karena itu, perlu ditanamkan rasa persatuan dan kebersamaan di antara perawat sejak dini, bahu-membahu memajukan dan mengembangkan profesi keperawatan. 4. Mengembangkan standar keperawatan yang ada. 5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan. Penanganan kesehatan pasien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu profesi saja, melainkan memerlukan kerja sama interdisipliner dari profesi kesehatan lain sebagai Universitas Sumatera Utara satu kesatuan tim kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat merupakan tenaga kesehatan terdepan dan paling lama berinteraksi dengan pasien. Karenanya, perawat harus mampu memelihara kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan, begitupun sebaliknya. 6. Menciptakan iklim yang menunjang kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan. Pendidikan keperawatan harus berimbang antara teori dan praktik, sebab keperawatan adalah ilmu yang langsung berkaitan dengan “hidup dan matinya” manusia. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan harus terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

2.6. Standar Praktik Keperawatan

Dokumen yang terkait

Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

10 149 126

Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan

0 81 123

Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Asuhan keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2011

1 76 108

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir

2 37 171

Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012.

0 0 22

STUDI KOMPARATIF KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUANGAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN DI RSUD PADANG PANJANG TAHUN 2010.

0 0 10

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATANDI RUANG RAWAT INAP RSUD PASAMAN BARAT TAHUN 2010.

1 2 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Kepada Klien di IRNA RSUD Solok Tahun 2009.

0 0 6

Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat Tahun 2010.

0 0 7

Studi Komparatif Kinerja Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Karakteristik Ruangan dan Status Kepegawaian di RSUD Padang Panjang Tahun 2010.

0 0 7