Hubungan Faktor Predisposing Pelaksana Asuhan Keperawatan Terhadap Profesionalisme Perawat Di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING PELAKSANA ASUHAN
KEPERAWATAN TERHADAP PROFESIONALISME PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 071000208
IMILDA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING PELAKSANA ASUHAN
KEPERAWATAN TERHADAP PROFESIONALISME PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2010
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM : 071000208
IMILDA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING PELAKSANA ASUHAN
KEPERAWATAN TERHADAP PROFESIONALISME PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM : 071000208
IMILDA SARI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 22 Juli 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji
Penguji I
Drs. Eddy Syahrial, MS
NIP. 19590713 198703 1 001
NIP. 19611219 198703 2 002
Dra. Syarifah, MS
Penguji II
Penguji III
Drs. Tukiman, MKM
NIP. 19611024 199003 1 003
NIP. 19620604 199203 1 001
Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
Medan, Juli 2010
Fakultas Kesehatan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
(4)
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor
predisposing pelaksana asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di
RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan faktor predisposing yang meliputi :
umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan
dan sikap dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun
2010.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di RSUD Kabupaten Aceh
Singkil sebanyak 73 orang (22 perawat
PNS dan 51 perawat tenaga bakti). Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah total sampling. Sampel sebanyak
73 orang perawat pelaksana. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji chi-squere dengan
derajat kemaknaan α = 0,05.
Berdasarkan hasil analisis chi-squere didapat adanya hubungan antara status
kepegawaian terhadap profesionalisme perawat dengan nilai p
(0,000) < α (0,05), dan
ada hubungan antara pengetahuan perawat pelaksana terhadap profesionalisme
perawat dengan nilai p
(0,004) < α (0,05).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, hubungan faktor predisposing pelaksana
asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh
Singkil menunjukkan pelaksanaan asuhan keperawatan dikategorikan sedang atau
cukup baik terhadap profesionalisme perawat.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan adalah pihak manajemen
rumah sakit perlu mengenali perbedaan-perbedaan individual perawat dengan
menggunakan tujuan dan umpan balik atas keputusan-keputusan yang diambil dengan
melibatkan para perawat. Hal ini perlu untuk memahami apa yang penting dan
diprioritaskan bagi para perawat secara khusus dan pegawai lain secara umum.
Dengan memperhatikan faktor predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan
sikap perawat pelaksana, sehingga pada akhirnya akan akan meningkatkan mutu
pelayanan dan komitmen kepada tujuan kerja.
(5)
ABSTRACT
This study focused on relation between predisposing factors to the
professionalism nursing care implementation by nurses at Singkil’s Hospital year
2010. The aims are to determine the predisposing factors relation include : age, sex,
education, employment status, marital status, years of service, knowledge and
attitudes with the professionalism of nurses in Singkil’s Hospital year 2010.
This is a descriptive analytic research with cross sectional study. The
population in this study are all nurses in Singkil’s Hospital, are 73 people (22 nurses
and 51 civil service personnel). Using total sampling technique. The samples were 73
nurses who were executors. The instrument in this study is a questionnaire. The data
were processed by using the chi-
square with significance degrees α = 0,05.
On the the chi-square analysis result’s found a link between employment
status to the nurses professionalism with p (0,000) < α (0,05), and also relationship
between knowledge to professionalism of nurses with p (0,004) < α (0,05).
This study concludes that the relation between predisposing factors to the
professionalism nursing care implementation by nurses at Singkil’s Hospital showed
that the nursing care implementation can be categorized as moderate or good enough
to the nurses professionalism.
Based on it, the suggestions are proposed to the hospital management to
recognizing individual differences among the nurses through objective feedback on
decisions by involving the nurses. It is necessary to understanding what is important
and be priority for the nurses inparticular and other employees too. By considering
the predisposing factors include : age, sex, education, employment status, marital
status, years of service, knowledge and attitudes of nurses, which will improve the
quality of service and commitment to work goals.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: IMILDA SARI
Tempat / Tgl Lahir
: Banda Aceh, 08 Februari 1980
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat Rumah
: Jl. Zainoel Abidin Maqam No. 33 Ds. Blang Oi
Kec. Meuraxa Banda Aceh
Nama Orang Tua
-
Ayah
: Alm. Ismail Adam
-
Ibu
: Alm. Husnida M Ali AR
Riwayat Pendidikan
1.
Tahun 1985-1986
: TK YWKA Banda Aceh
2.
Tahun 1986-1992
: SD Negeri 14 Banda Aceh
3.
Tahun 1992-1995
: SMP Negeri 3 Banda Aceh
4.
Tahun 1995-1998
: MAN 2 Banda Aceh
5.
Tahun 1998-2001
: D3 Teknik Elektro Medik Banda Aceh
6.
Tahun 2007-2010
: FKM USU Medan
Riwayat Pekerjaan
1.
Tahun 2004-2006
: Pegawai Puskesmas Kab. Aceh Singkil
2.
Tahun 2006-Sekarang
: Pegawai RSUD Kab. Aceh Singkil
(7)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah Wasyukurillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “ Hubungan Faktor Predisposing Pelaksana Asuhan
Keperawatan Terhadap Profesionalisme Perawat Di RSUD Kabupaten Aceh
Singkil Tahun 2010”.
Selama penyusunan skripsi ini, telah banyak do’a, dorongan, bantuan, nasehat
dan bimbingan yang penulis terima di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan
Kesehatan Ilmu dan Perilaku serta selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
banyak memberikan waktu dan pemikirannya dengan ikhlas kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang banyak
memberikan waktu dan pemikirannya dengan ikhlas kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Drs. Alam Bakti Keloko Sembiring, MKes selaku Dosen Penguji II
yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6.
Ibu Dr. Ir. Evawani Yunita Aritonang, MKes selaku Dosen Pembimbing
Akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan dukungan dalam pendidikan ini.
(8)
7.
Seluruh staf pengajar FKM USU dan dosen PKIP khususnya yaitu Ibu Linda
T. Maas, MPH., Ibu Lita Sri Andayani, SKM, Mkes., dan Bapak Dr. Drs. R
Kintoko Rochadi, MKM serta seluruh Pegawai FKM USU.
8.
Direktur RSUD Aceh Singkil drg. Nasrul dan seluruh rekan-rekan sejawat
terima kasih atas dukungannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
9.
Secara khusus kepada Suami tercinta, Dedy Ismerianto yang dengan sabar dan
penuh kasih memberikan dukungan moral, spiritual dan materil sehingga saya
bisa menyelesaikan studi di FKM USU ini.
10.
Teristimewa untuk Ayahanda (alm) Ismail Adam dan Ibunda (alm) Husnida
M. Ali AR serta Adik-adikku tersayang (alm) Budi Syafwan dan (alm) Intan
Maulida yang selalu menjadi penyemangat kepada penulis untuk lebih tegar
dalam menghadapi kehidupan ini.
11.
Teristimewa juga untuk Bunda Rosmaini, Ayahanda Ismerianto, Abuchik M.
Ali AR, Kakak dan adikku tersayang, Husna, Habibi, Faisal, Arif, Yuni, Titin,
D’Yan, Eka, D’Oval dan K’Chaha yang banyak memberi dorongan dan
semangat dalam pembuatan skripsi ini.
12.
Sahabat-sahabatku mahasiswa PKIP, Wina, Mukhlis, Jondri, Umi, Indri, Silvi,
Hafni, Liza, Dila, Ulfa, Pak Sukardi, Santi, Dwi, Lina, Neni, Icha dan lain-lain
yang tidak dapat saya sebut satu persatu namanya, atas saran dan
dukungannya sehingga dapat menyeleseikan skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Karunianya kepada kita semua, dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Medan, Juli 2010
Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK...
i
ABSTRACT...
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR...
iv
DAFTAR ISI...
vi
DAFTAR TABEL...
ix
BAB I PENDAHULUAN... ....
1
1.1.
Latar Belakang... 1
1.2.
Perumusan Masalah... 7
1.3.
Tujuan Penelitian... 7
1.3.1.
Tujuan Umum... 7
1.3.2.
Tujuan Khusus... 7
1.4.
Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
10
2.1. Konsep Perilaku... 10
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku... 12
2.3. Rumah Sakit Umum... 14
2.3.1. Fungsi Rumah Sakit... 14
2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Umum... 14
2.3.3. Standar Pelayanan RS Kelas C... 15
2.3.4. Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit...
17
2.4. Perawat... 18
2.4.1. Definisi Perawat... 18
2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat... 19
2.4.3. Profil Perawat Profesional... 21
2.5. Asuhan Keperawatan... 31
2.6. Standar Praktik Keperawatan... 33
2.6.1. Tujuan Standar Keperawatan... 34
2.6.2. Standar Pelayanan Keperawatan... 34
2.6.3. Standar Praktik Keperawatan... 36
(10)
2.7.3. Tahapan Proses Keperawatan... 42
2.8. Etika Keperawatan... 47
2.9. Profesionalisme Keperawatan... 50
2.10. Kerangka Konsep Penelitian... 55
2.11. Hipotesis Penelitian... 56
BAB III METODE PENELITIAN... ... 57
3.1. Jenis Penelitian... 57
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 57
3.2.1. Lokasi Penelitian... 57
3.2.2. Waktu Penelitian... 57
3.3. Populasi dan Sampel... 58
3.3.1. Populasi... 58
3.3.2. Sampel... 58
3.4. Teknik Pengumpulan Data... 58
3.4.1. Data Primer... 58
3.4.2. Data Sekunder... 58
3.5. Instrumen Penelitian... 58
3.5.1. Uji Validitas... 59
3.5.1. Uji Reliabilitas ... 59
3.6. Defenisi Operasional Variabel... 60
3.7. Aspek Pengukuran... 61
3.8. Teknik Analisa Data... 66
3.7.1. Univariat... 66
3.7.2. Bivariat... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN...
67
4.1. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Aceh Singkil...
67
4.1.1. Jenis Ketenagaan...
68
4.1.2. Sarana dan Prasarana...
69
4.2. Hasil Penelitian...
70
4.2.1. Analisis Univariat...
70
4.2.1.1. Faktor Predisposing...
70
4.2.1.2. Profesionalisme Perawat...
79
4.2.2. Analisis Bivariat...
91
4.2.2.1. Hubungan Faktor Predisposing Terhadap Profe-
sionalisme Perawat...
92
(11)
BAB V PEMBAHASAN... 97
5.1. Karakteristik Predisposing... 97
5.2. Pengetahuan Responden... 99
5.3. Sikap Responden... 103
5.4. Hubungan Faktor Predisposing Pelaksana Asuhan Keperawatan –
Terhadap Profesionalisme... 103
5.4.1. Hubungan Umur Perawat Terhadap Profesionalisme
Perawat... 103
5.4.2. Hubungan Jenis Kelamin Perawat Terhadap Profesio -
nalisme Perawat... 105
5.4.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Terhadap Profesio-
nalisme Perawat... 106
5.4.4. Hubungan Status Kepegawaian Perawat Terhadap Profesio
nalisme Perawat... 108
5.4.5. Hubungan Status Perkawinan Perawat Terhadap Profesio -
nalisme Perawat... 109
5.4.6. Hubungan Masa Kerja Perawat Terhadap Profesionalisme
Perawat... 109
5.4.7. Hubungan Pengetahuan Perawat Terhadap Profesionalisme
Perawat... 111
5.4.8. Hubungan Sikap Perawat Terhadap Profesionalisme -
Perawat... 111
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 113
6.1. Kesimpulan... 113
6.2. Saran... 114
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori Tenaga
di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 68
Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Poliklinik/Instalasi
di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 69
Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Tempat Tidur Berdasarkan Poliklinik dan Instalasi
Rawat Inap di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 69
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD Kabupaten
Aceh Singkil Tahun 2010... 71
Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pelaksanaan Asuhan -
Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 72
Tabel 4.6. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan Pelak -
sanaan Asuhahan Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil
Tahun 2010... 76
Tabel 4.7. Distribusi Sikap Responden Tentang Pelaksanaan Asuhan Kepera -
watan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 76
Tabel 4.8. Distribusi Kategori Sikap Responden Berdasarkan Pelaksanaan -
Asuhahan Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil -
Tahun 2010...
79
Tabel 4.9. Distribusi Keterampilan Responden Tentang Pelaksanaan Asuhan -
Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 80
Tabel 4.10. Distribusi Motivasi Responden Tentang Pelaksanaan Asuhan -
Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 86
Tabel 4.11. Distribusi Etika Keperawatan Responden Tentang Pelaksanaan -
Asuhan Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil -
Tahun 2010...
88
Tabel 4.12. Distribusi Kategori Profesionalisme perawat Responden Berdasarkan
Pelaksanaan Asuhahan Keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh -
Singkil Tahun 2010... 91
(13)
Tabel 4.13. Tabulasi Silang Karakteristik Responden Terhadap Profesionalisme
Perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 92
Tabel 4.14. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Terhadap Profesionalisme
Perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 95
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Sikap Responden Terhadap Profesionalisme Perawat
di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010... 96
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner (Instrumen Penelitian)
Lampiran 2
Tabel Validitas & Reliabilitas
Lampiran 3
Master Data
Lampiran 4
Hasil Pengolahan Data
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian FKM – USU
(15)
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor
predisposing pelaksana asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di
RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan faktor predisposing yang meliputi :
umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan
dan sikap dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil Tahun
2010.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di RSUD Kabupaten Aceh
Singkil sebanyak 73 orang (22 perawat
PNS dan 51 perawat tenaga bakti). Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah total sampling. Sampel sebanyak
73 orang perawat pelaksana. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji chi-squere dengan
derajat kemaknaan α = 0,05.
Berdasarkan hasil analisis chi-squere didapat adanya hubungan antara status
kepegawaian terhadap profesionalisme perawat dengan nilai p
(0,000) < α (0,05), dan
ada hubungan antara pengetahuan perawat pelaksana terhadap profesionalisme
perawat dengan nilai p
(0,004) < α (0,05).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, hubungan faktor predisposing pelaksana
asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh
Singkil menunjukkan pelaksanaan asuhan keperawatan dikategorikan sedang atau
cukup baik terhadap profesionalisme perawat.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan adalah pihak manajemen
rumah sakit perlu mengenali perbedaan-perbedaan individual perawat dengan
menggunakan tujuan dan umpan balik atas keputusan-keputusan yang diambil dengan
melibatkan para perawat. Hal ini perlu untuk memahami apa yang penting dan
diprioritaskan bagi para perawat secara khusus dan pegawai lain secara umum.
Dengan memperhatikan faktor predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan
sikap perawat pelaksana, sehingga pada akhirnya akan akan meningkatkan mutu
pelayanan dan komitmen kepada tujuan kerja.
(16)
ABSTRACT
This study focused on relation between predisposing factors to the
professionalism nursing care implementation by nurses at Singkil’s Hospital year
2010. The aims are to determine the predisposing factors relation include : age, sex,
education, employment status, marital status, years of service, knowledge and
attitudes with the professionalism of nurses in Singkil’s Hospital year 2010.
This is a descriptive analytic research with cross sectional study. The
population in this study are all nurses in Singkil’s Hospital, are 73 people (22 nurses
and 51 civil service personnel). Using total sampling technique. The samples were 73
nurses who were executors. The instrument in this study is a questionnaire. The data
were processed by using the chi-
square with significance degrees α = 0,05.
On the the chi-square analysis result’s found a link between employment
status to the nurses professionalism with p (0,000) < α (0,05), and also relationship
between knowledge to professionalism of nurses with p (0,004) < α (0,05).
This study concludes that the relation between predisposing factors to the
professionalism nursing care implementation by nurses at Singkil’s Hospital showed
that the nursing care implementation can be categorized as moderate or good enough
to the nurses professionalism.
Based on it, the suggestions are proposed to the hospital management to
recognizing individual differences among the nurses through objective feedback on
decisions by involving the nurses. It is necessary to understanding what is important
and be priority for the nurses inparticular and other employees too. By considering
the predisposing factors include : age, sex, education, employment status, marital
status, years of service, knowledge and attitudes of nurses, which will improve the
quality of service and commitment to work goals.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis, rumah sakit mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, serta sebagai tempat penelitian (Depkes RI, 2001).
Menurut Djokodibroto (1997) yang dikutip oleh Alini (2005), salah satu jaringan pelayanan kesehatan penting rumah sakit merupakan salah satu jaringan industri jasa yang tidak cukup bekerja disiang hari, tapi harus 24 jam, karena setiap saat orang sakit membutuhkan pelayanan. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio-ekonomi yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial, namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuntungan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip ekonomi.
Menurut John Sopriharto (2001) yang dikutip oleh Alini (2005), salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan rumah sakit adalah sumber daya manusia : sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan dapat bekerja secara optimal memberikan pelayanan berdasarkan kebutuhan dari pengaturan jam kerja yang tepat. Dalam hal ini peranan sumber
(18)
sangat dituntut keberadaannya. Kinerja adalah penampilan hasil karya personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien (klien), oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien (klien) selama 24 jam secara terus menerus (Yenichrist, 2008).
Menurut Nurachmah (2001) yang dikutip oleh yenichrist (2008), pelayanan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung – jawabkan.
Menurut Miloney (2001) yang dikutip oleh yenichrist (2008), semua pemberi pelayanan ditekankan untuk menurunkan biaya pelayanan, namun kualitas pelayanan dan kepuasan pasien (klien) sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (banchmark) utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan.
Profil keperawatan profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktik keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan pasien/klien (individu, keluarga dan masyarakat) dan juga keperawatan sebagai profesi
(19)
dituntut semakin sadar akan kedudukan, peran dan tanggung jawabnya sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Pembentukan sikap profesional ini dapat dibina dan ditumbuh kembangkan dengan meningkatan sumber daya manusia, yaitu melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan baik pada tingkat pendidikan profesional pemula maupun pada tingkat sarjana, dengan melakukan studi banding ke berbagai Rumah Sakit Model dan meningkatkan frekuensi kegiatan pembahasan kasus yang diharapkan secara langsung dapat mempengaruhi sikap, menambah pengetahuan dan ketrampilan profesional (Gaffar, 1999).
Selain pembentukan sikap profesional untuk meningkatkan kualitas pelayanan standar praktek dalam memberikan asuhan keperawatan juga merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktek keperawatan ini khusus untuk perawat profesional (PPNI, 1999).
Standar mencerminkan visi untuk praktek profesional. Standar tidak hanya merupakan identifikasi tugas-tugas atau langkah-langkah atau saran. Standar tidak dapat disalin dari buku dan dapat diterapkan oleh semua organisasi, kelompok perawat atau populasi pasien. Standar adalah kata-kata yang kita digunakan untuk menggambarkan fokus keperawatan profesional dalam setting tertentu. Standar mencerminkan kebutuhan yang unik dari sekelompok pasien dan pencerminan kemampuan dan sumber daya staf profesional.
Standar menyajikan kriteria, dimana praktek semua perawat (registered nurse) akan di ukur oleh publik, pasien/klien, employer, kolega, dan perawat itu sendiri. Selain itu tujuan utama dari sebuah profesi adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan praktek para anggotanya, dan pada saat yang sama memperluas basis pengetahuannya yang terpisah dan
(20)
praktek keperawatan yang tepat dan aman yang diatur sendiri oleh perawat untuk kepentingan publik dan dicapai dengan mempertahankan praktek yang baik, mencegah praktek yang buruk dan melakukan intervensi bila praktek tidak diterima (Suza, 2003).
Pada proses hubungan perawat–pasien (klien) mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, untuk itu perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan pasien (klien) dengan memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat pasien (klien) dan menjaga kerahasian pasien (klien) (Suhaimi, 2003).
Menurut Azwar (1999) yang dikutip oleh Wahidah dkk (2007), dalam kenyataannya sampai saat ini masih terdengar adanya keluhan, kritik, sindiran dan bahkan tidak sedikit celaan yang kesemuanya berkonotasi ekstensi perawat masih belum mencapai keberadaan seperti yang diharapkan pasien (klien), keluarga, masyarakat dan profesi lain didalam melaksanakan primernya. Pada kenyataannya, sering diberitakan misalnya di media massa, menyatakan bahwa perawat kenes, cerewet, kaku, judes dan malas. Kecendrungan sikap yang ditampilkan ini mungki n juga tidak disadari oleh perawat itu sendiri, akan tetapi dari kaca mata masyarakat umum, hal ini tetap merupakan suatu bukti konkrit tentang bagian dari sisi kelemahan sumber daya perawat.
Dipihak lain dikatakan pula bahwa penyelenggaraan keperawatan belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena perawat belum dapat melaksanakan peran primernya secara optimal, sehingga tidak mengherankan jika pada saat ini banyak ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan (Nursalam, 2002).
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis spiritual yang konprehensif yang ditujukan kepada
(21)
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan. Spektrumnya luas, mulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan oleh perawat) sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan (Soeroso, 2002).
Menurut Azwar (1996) yang dikutip oleh Aprilia (2008), pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Dari hasil penelitian Wahidah dkk (2007), diketahui bahwa sikap profesionalisme perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan masih menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Maka disarankan kepada pihak rumah sakit untuk sebaiknya dilakukan pemantauan dan pembinaan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga sikap profesionalisme perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan menjadi lebih baik.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil merupakan rumah sakit tipe C yang melayani dan menampung rujukan dari Puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Singkil. Pihak rumah sakit selaku penyedia jasa, dituntut memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding puskesmas. Untuk mencapai kepuasaan pasien di rumah sakit, salah satu aspek yang perlu di tingkatkan kualitasnya adalah aspek pelayanan dibidang asuhan
(22)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil, memiliki 6 instalasi poliklinik dan rawat inap dengan kapasitas tempat tidur keseluruhan berjumlah 52 buah. Jumlah perawat pelaksana keseluruhan yaitu 73 perawat (22 perawat PNS dan 51 perawat bakti/tenaga sukarela). Rata-rata jumlah kunjungan pasien tahun 2009 masuk per hari yaitu 30 orang/hari, dengan rata jumlah pasien rawat inap per hari yaitu 7 orang/hari dan rata-rata jumlah kunjungan poliklinik per hari yaitu 23 orang/hari. Maka BOR pasien pada tahun 2009 adalah 43,42% (standar nasional BOR pasien adalah 75 - 85%).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui hubungan faktor
predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status
perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap pelaksana asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan faktor predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap pelaksana asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan faktor predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap pelaksana asuhan keperawatan terhadap profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil tahun 2010.
(23)
1. Untuk mengetahui gambaran faktor predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
2. Untuk mengetahui gambaran profesionalisme perawat yang meliputi keterampilan/skill, motivasi dan etika keperawatan di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
3. Untuk mengetahui hubungan umur dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
5. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
6. Untuk mengetahui hubungan status kepegawaian dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
7. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
8. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
9. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
10. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.
(24)
1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi, bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perawat umumnya, untuk lebih mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan juga berguna bagi peneliti-peneliti lebih lanjut yang membutuhkan.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(26)
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada teori Blum (1956), bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan yang mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku atau tingkah laku dianggap lebih dapat menjelaskan tentang manusia karena lebih dapat di lihat. Sehingga adanya tingkah laku ini dapat menjelaskan tentang siapa orang tersebut (Hidayat, 2009).
Perilaku dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan sangat luas mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Perubahan Alamiah (Natural Change), adalah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi, dimana dia hidup dan beraktivitas. 2. Perubahan Rencana (Planned Change), adalah perubahan ini terjadi karena memang
(27)
3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change), adalah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Tim ahli WHO (1984), manganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada 4 (empat) alasan pokok, yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain. 2. Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi, seperti guru, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
Yang termasuk sumber-sumber daya adalah fasilitas-fasilitas, misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, keterampilan, pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
(28)
Dari uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.
Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat baik secara sadar atau tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence W. Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
1. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan juga variasi demografi seperti tingkat sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.
2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors)
Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor pendukung. Misalnya
(29)
: Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors)
Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini, undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.3. Rumah Sakit Umum
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, menyebutkan bahwa, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Aditama, 2003).
2.3.1. Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan keterangan pasal 1, Kepmenkes No. 983/1992, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan medis
2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
(30)
2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Umum
1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas.
2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik yang luas.
3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu : Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit Kebidanan/Kandungan dan Kesehatan Anak.
2.3.3. Standar Pelayanan Rumah Sakit Kelas C
Untuk meningkatkan mutu, telah ditetapkan standar pelayanan rumah sakit. Penyelenggaraan rumah sakit harus memperhatikan standar yang disesuaikan dengan kelas/type rumah sakit, yaitu :
1. Standar manajemen
Rumah sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karena itu, rumah sakit harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan sasaran pelayanan kesehatan lainnya.
2. Standar pelayanan
a. Pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik
- Pelayanan medik spesialistik 4 dasar : penyakit dalam, bedah, kebidanan dan kandungan, kesehatan anak.
- Pelayanan medik spesialistik lainnya : mata, telinga, hidung dan tenggorokan (THT), kulit dan kelamin, kesehatan jiwa, syaraf, gigi dan mulut, jantung, paru, bedah syaraf, orthopedi.
(31)
- Pelayanan medik sub spesialistik
b. Pelayanan medik umum yang tidak tertampung oleh pelayanan medik spelialistik yang ada
c. Pelayanan penunjang medik : radiologi, laboratorium, anasthesi, gizi, farmasi, rehabilitasi medik
d. Pelayanan keperawatan
e. Pelayanan administrasi dan umum 3. Standar ketenagaan
a. Dokter umum penuh waktu
b. Dokter gigi penuh waktu sesuai kebutuhan
c. Dokter spesialis dasar minimal 4 dengan 3 spesialis yang penuh waktu d. Dokter jaga khusus di UGD selama 24 jam yang sudah mendapat PPGD
e. Dokter spesialis dasar yang dapat segera dihubungi dan dapat datang setiap waktu bila dibutuhkan
f. Dokter spesialis anasthesi atau dokter spesialis lainnya atau dokter umum terlatih yang bertanggung jawab untuk pelayanan medik intensif
Standarisasi ketenagaan berdasarkan permenkes 262 tahun 1979. Untuk menentukan jumlah ketenagaan minimum bagi setiap katagori ketenagaan pada kelas Rumah Sakit Umum Kelas C yang diperlukan, dapat digunakan angka perbandingan antara jumlah tempat tidur yang ada dengan jumlah ketenagaan yang diperlukan, sbb :
a. Tempat tidur : Tenaga medis = 9 : 1
(32)
d. Tempat tidur : Non Medis = 4 : 3
4. Standar Bangunan
a. Ruang tersendiri sesuai dengan kemampuan pelayanan
b. Unit gawat darurat sebagai unit tersendiri
c. Kamar tindakan untuk pelayanan darurat medik, bedah dan darurat obstetrik ginekologi
d. Ruang perawatan sementara untuk observasi
e. Ruang untuk resusitasi
f. Sarana komunikasi internal dan eksternal
g. ambulan untuk rujukan pasien
5. Standar peralatan
a. Peralatan pelayanan medik spesialis 4 dasar
b. Peralatan medik gawat darurat yang dapat melakukan tindakan-tindakan resusitasi kardiopulmoner dan untuk menyelamatkan hidup (Profil RSUD Aceh Singkil, 2009).
2.3.4. Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit
Berdasarkan SK Dirjen Yan Med No : YM.00.03.2.6.7637 yang dikutip oleh Nursalam (2009), bahwa perawat yang bertugas di pelayanan (rumah sakit) baik pemerintah maupun swasta, haruslah melaksanakan standar asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit adalah sebagai berikut :
(33)
Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Standar 3 : Pengkajian Keperawatan
Standar 4 : Diagnosis Keperawatan
Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
Standar 6 : Intervensi Keperawatan
Standar 7 : Evaluasi Keperawatan
Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Henderson yang dikutip oleh Nursalam (2009), terdiri atas 14 kebutuhan dasar manusia yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit 3. Memenuhi kebutuhan eliminasi
4. Memenuhi kebutuhan keamanan
5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik 6. Memenuhi kebutuhan istirahan dan tidur
7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani 8. Memenuhi kebutuhan spiritual
9. Memenuhi kebutuhan emosional 10. Memenuhi kebutuhan komunikasi 11.
(34)
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membentuk proses penyembuhan 13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan
14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi 2.4. Perawat
2.4.1. Defenisi Perawat
Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 yang dikutip oleh Gaffar (1999), menjelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik di dalam maupun diluar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Menurut Depkes RI (2001) yang dikutip oleh Joeharno (2008), tenaga perawat yang merupakan ”The Caring Profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya.
2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat 1. Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan istilah “care giver”. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada pasien (klien) sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran pelaksana, perawat harus dapat bertindak sebagai :
(35)
1. Comforter, disini perawat berusaha memberikan kenyamanan dan keamanan pada
pasien (klien).
2. Protector dan advocat, peran perawat disini lebih terfokus pada kemampuan untuk
melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban pasien (klien) terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
3. Communicator, disini perawat bertindak sebagai mediator antara pasien (klien) dengan
anggota tim kesehatan laiinya.
4. Rehabilitator, bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (klien)
dalam mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal kembali.
2. Peran Sebagai Pendidik
Peran perawat sebagai pendidik (health educator) yaitu berupa penyuluhan kesehatan kepada pasien (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) maupun membentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga medis lainnya.
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada pasien (klien) akan terlaksana dengan baik, jika sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perawat perlu melakukan pengkajian atau penjajakan berupa pengumpulan dan analisis data sebelum melakukan kegiatan. Selain itu, perawat harus membuat perencanaan agar tujuan dapat tercapai. Perencanaan ini meliputi tujuan, sasaran penyuluhan, jumlah peserta, metode, alat bantu yang digunakan serta kriteria evaluasi sebagai instrumen penilaian tingkat keberhasilan kegiatan.
(36)
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
Pada institusi pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola atau menejer dibedakan atas 3 (tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkat Atas (Top Manager), sebagai kepala bidang keperawatan
2. Tingkat Menengah (Middle Manager), sebagai kepala seksi keperawatan dan penyelia (supervisor)
3. Tingkat dasar/bawah (Superficial Manager), adalah perawat yang menjabat sebagai kepala ruangan
4. Peran Sebagai Peneliti
Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi maslah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Penelitian di bidang keperawatan berperan dalam mengurangi disparitas atau kesenjangan penguasaan teknologi mutakhir dibidang kesehatan. Selain itu juga bermanfaat dalam menopang dan menciptakan pengembangan ruang lingkup praktek keperawatan, karena dengan hasil temuan penelitian tersebut maka efektifitas praktik keperawatan dapat dievaluasi. Sehingga dapat diidentifikasi cara pemecahan masalah dengan tepat. (Gaffar, 1999).
(37)
Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Menurut Husein (1994) menegaskan bahwa yang dimaksud dengan ketrampilan profesional keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi mencakup ketrampilan interpersonal, ketrampilan intelektual dan ketrampilan teknikal.
Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidik pasien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian di bidang keperawatan (Gaffar, 1999).
Gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dapat kita lihat secara objektif dari karakteristiknya. Adapun faktor predisposing perawat, yaitu mencakup : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap.
1. Umur
Umur mempengaruhi produktivitas, alasannya adanya keyakinan yang meluas bahwa produktivitas merosot dengan meningkatnya umur seseorang. Sering diandaikan bahwa keterampilan individu, terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun sering dengan berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual semuanya menyembung pada berkurangnya produktivitas. Pada karyawan yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi : pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu
(38)
Karyawan yang lebih muda cendrung mempunyai fisik yang kuat, sehingga diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau bila sudah berkeluarga anaknya masih relatif masih sedikit. Tetapi karyawan yang lebih muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggung jawab dan sering berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan karyawan yang lebih tua (Nitisemito, 1992).
Karyawan yang lebih tua, kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja mereka yang lebih panjang cendrung memberikan kepada mereka tingkat upah yang lebih tinggi, liburan dengan upah yang lebih panjang dan tunjangan pensiun yang lebih menarik. Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurang-kurangnya sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cendrung terus-menerus meningkat pada para karyawan yang profesional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada karyawan yang nonprofesional, kepuasan itu merosot selama umur setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun berikutnya (Robbins, 2003).
2. Jenis Kelamin
Sejak awal 1970-an, semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki karier organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan berikut : adakah perbedaan agresivitas, kecendrungan menempuh resiko, keikatan dan etika kerja antara pria dan wanita. Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria, wanita dan lain-lain yang melakukan pekerjaan dan bukan manajerial dalam organisasi, untuk itu dibutuhkan data untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya dan karakteristik apabila perbedaan itu memang ada (Gibson, 1997).
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau
(39)
kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dari pada wanita dalam memilki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria (Robbins, 2003).
3. Tingkat Pendidikan
Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya berdampak pada tingkat kepuasan kerja. Pendapat lain juga yang dikemukakan oleh Kenneth N. Wexley dan Gery A Yuki (2003), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tuntutan-tuntutan terhadap aspek-aspek kepuasan kerja di tempat kerjanya akan semakin meningkat (Setiawan, 2007).
4. Status Kepegawaian
Manusia merupakan unsur dasar semua organisasi dan hubungan-hubungan sosial yang menyatukannya. Oleh sebab itu, pengaturan dan pemberdayaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi (Anonim, 2009).
Berdasarkan UU Ombudsman RI Tahun 2008 pasal 13 ayat (5), mengenai manajemen sumber daya manusia yang berarti mengestimasi secara sistemik permintaan atau kebutuhan dan suplai tenaga kerja. Salah satu model penerapan perencanaan sumber daya manusia yang diterapkan di lembaga-lembaga negara di Indonesia adalah penerapan sistem kepegawaian yang dibedakan atas dua jenis status kepegawaian, yaitu status Pegawai Negeri
(40)
Berdasarkan UU No.43 / 1999, Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari :
a) Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
b) Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Bekerja pada Pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya (Anonim, 2007).
Sedangkan Non Pegawai Negeri Sipil adalah Warga Negara Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang sebagai pegawai pada suatu lembaga negara dan digaji berdasarkan ketentuan yang berlaku pada masing-masing lembaga negara terkait (Anonim, 2008).
Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil memiliki perbedaan situasi dan kondisi yang mendorong individu memiliki sikap kerja yang berbeda. Didalam diri seseorang terdapat standar keunggulan individu yang dipengaruhi oleh keadaan jasmani, intelegensi, kepribadian, minat, pengalaman keberhasilan, tingkat pendidikan, lingkungan masyarakat serta komitmen terhadap organisasi. Sehingga, keadaan dari dalam individu yang berbeda itulah yang mendorong munculya motivasi berprestasi pada Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil (Yustisia, 2009).
(41)
Status perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME (Lembaga Demografi FE UI, 2000).
Berdasarkan pendapat Soekanto (1993), dalam bukunya kamus sosiologi menyatakan bahwa kata perkawinan adalah ikatan yang sah antara sorang pria dan wanita yang menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara mereka maupun keturunannnya.
Salah satu riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan mereka dari pada rekan sekerjanya yang bujangan. Perkawinan menuntut peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting (Robbins, 2003).
6. Masa Kerja
Masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada kinerja dan keuntungan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan (Gibson, 1997). 7. Pengetahuan (knowledge)
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan.
(42)
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (nyata atau sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
(43)
Sintetis menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Menimbang-menimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap informan sudah lebih baik.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan (Notoatmodjo, 2007).
(44)
8. Sikap (attitude)
Dobb (1974) menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan, akan menimbulkan tingkah laku nyata (overt behaviour). Dengan demikian, maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb, sorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui pengalaman-pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti dan nilai tertentu. Dalam arti inilah didefenisikan Rochracter bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan mengemudikan kejadian-kejadian dengan sadar (Moediasih R. Wijoto, 1990).
Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir atau keyakinan dan emosi
(45)
memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sikap yaitu :
1. Menerima (receiving) artinya, bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek.
2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tinggi. 4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
2.5. Asuhan Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Asmadi, 2008).
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hamid, 2001).
Menurut Stevens (2000), pelaksanaan asuhan keperawatan memberi jaminan, bahwa pasien yang memperoleh perawatan sebagai haknya haruslah memenuhi kriteria. Untuk dapat
(46)
1. Asuhan keperawatan/keperawatan, haruslah berdasarkan atas suatu analisa yang cermat dari situasi pasien.
2. Masalah keperawatan, haruslah dibuat jelas dan secara konkret.
3. Masalah keperawatan harus di tuangkan dalam penentuan-penentuan tujuan yang dapat dicapai.
4. Aktivitas keperawatan yang direncanakan untuk semua perawat harus tertuju pada tujuan-tujuan yang sama.
Menurut Asmadi (2008), keperawatan mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada pasien.
Adapun prinsip bantuan yang diberikan antara lain bantuan diberikan sesuai dengan tingkat kemandirian pasien dan jangan sampai bantuan yang diberikan itu menimbulkan ketergantungan yang dominan bagi pasien.
2. Memenuhi kebutuhan dasar manusia (KDM).
Kebutuhan dasar manusia dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat memelihara homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. 3. Memberi kesempatan kepada semua perawat untuk mengembangkan tingkat
kemampuan profesionalnya. Jadi maju mundurnya profesi keperawatan bergantung pada masing-masing pribadi perawat. Oleh karena itu, perlu ditanamkan rasa persatuan dan kebersamaan di antara perawat sejak dini, bahu-membahu memajukan dan mengembangkan profesi keperawatan.
4. Mengembangkan standar keperawatan yang ada.
5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan. Penanganan kesehatan pasien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu profesi saja, melainkan memerlukan kerja sama interdisipliner dari profesi kesehatan lain sebagai
(47)
satu kesatuan tim kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat merupakan tenaga kesehatan terdepan dan paling lama berinteraksi dengan pasien. Karenanya, perawat harus mampu memelihara kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan, begitupun sebaliknya.
6. Menciptakan iklim yang menunjang kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan. Pendidikan keperawatan harus berimbang antara teori dan praktik, sebab keperawatan adalah ilmu yang langsung berkaitan dengan “hidup dan matinya” manusia. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan harus terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2.6. Standar Praktik Keperawatan
Standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima, serta layak dalam praktik keperawatan. Standar praktik menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut (Nursalam, 2009).
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat proesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Menurut CHS (1983) yang dikutip oleh Nursalam (2009), praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan proesional haruslah menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekaryaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman
(48)
pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2009).
2.6.1. Tujuan Standar Keperawatan
Menurut Gillies (1989) yang dikutip oleh Nursalam (2009), tujuan standar keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan
Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam standar, maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak perlu dapat dihindarkan.
3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Standar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang wajib dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga perawat akan dapat memahami setiap tindakan yang dilakukan.
2.6.2. Standar Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2009), dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, perawat berpedoman kepada standar asuhan/pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan, adapun standar yang dimaksud adalah :
Standar 1
Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang menjamin pemberian asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan di seluruh institusi asuhan/pelayanan keperawatan.
(49)
Standar 2
Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang memenuhi persyaratan dan anggota direksi.
Standar 3
Kebijaksanaan dan praktik divisi keperawatan menjamin pelayanan keperawatan merata dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan agama, sosial budaya dan ekonom i di antara pasien di institusi pelayanan kesehatan.
Standar 4
Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan untuk merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu pasien dalam konteks keluarga.
Standar 5
Divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektivitas praktik keperawatan.
Standar 6
Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program pendidikan untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
Standar 7
(50)
2.6.3. Standar Praktik Keperawatan
Menurut Nursalam (2009), dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, perawat berpedoman kepada standar praktik keperawatan yang telah ditetapkan, adapun standar yang dimaksud adalah :
Standar 1
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dikomunikasikan dan dicatat.
Standar 2
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan.n dicatat.
Standar 3
Rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan.
Standar 4
Rancana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
Standar 5
Tindakan keperawatan memberi kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam peningkatan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
(51)
Standar 6
Tindakan keperawatan membantu pasien untuk mengoptimalkan kemampuannya untuk hidup sehat.
Standar 7
Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan ditentukan oleh pasien dan perawat
Standar 8
Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah untuk melakukan pengkajian ulang, pengaturan kembali urutan prioritas, penetapan tujuan baru dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.
2.7. Proses Keperawatan
Menurut Suarli (2009), proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi tindakan keperawatan.
Berikut ini adalah beberapa contoh sederhana tentang keadaan pasien adalah sebagai berikut :
1. Keadaan biologis, misalnya kebiasaan makan, minum, tidur, buang air kecil (BAK), buang air besar (BAB) dan lain-lain.
(52)
2. Keadaan psikologis, misalnya keadaan emosi (pemarah, cengeng, pendiam), konsep diri (menarik diri, rendah diri) dan keyakinan tentang kesehatan (percaya kekuatan gaib, berobat kedokter).
3. Keadaan sosial, misalnya hubungan antara anggota keluarga (harmonis, berkonflik) dan hubungan dengan orang lain (sering konflik).
4. Keadaan spiritual, misalnya kebiasaan atau ketaatan beribadah (taat beribadah, jarang beribadah).
Menurut Effendi (1995), dalam melaksanakan proses keperawatan, seorang perawat harus memiliki beberapa kemampuan antara lain :
1. Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu dalam membuat keputusan berfikir secara kritis di dalam memecahkan masalah pasien.
2. Ketrampilan dalam berhubungan antar manusia, dimana berguna untuk memudahkan perawat dalam mengadakan hubungan baik dengan pasien (individu, keluarga dan masyarakat) maupun anggota tim kesehatan lainnya. Disini, perawat dituntut kemampuan berkomunikasi.
3. Kemampuan teknis keperawatan, yang merupakan kunci keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian masalah, menyusun rencana perawatan, melakukan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial, spiritual dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
2.7.1. Tujuan Proses Keperawatan
Menurut Suarli (2009), tujuan menetapkan proses keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga tercapai mutu pelayanan keperawatan yang optimal. Berikut ini fungsi, sifat dan karakteristik proses keperawatan, yaitu :
(53)
1. Fungsi Proses Keperawatan
a. Membantu perawat dalam melaksanakan pemecahan masalah keperawatan secara sitematis.
b. Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap pasien, sehingga keperawatan dapat meningkat
2. Sifat dan Karakteristik Proses Keperawatan
a. Dinamis, artinya setiap proses keperawatan dapat diperbarui apabila situasi dan kondisi pasien berubah
b. Siklus, artinya proses keperawatan berjalan secara siklus atau berulang
c. Saling interdependen atau ketergantungan, artinya setiap tahapan proses keperawatan saling bergantung satu sama lain. Misalnya apabila data yang dikumpulkan kurang lengkap, maka diagnosis akan salah, demikian pula dalam perencanaan dan tindakan keperawatan.
d. Fleksibel/luwes, artinya tidak kaku, pendekatan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pasien.
e. Bersifat individual untuk setiap kebutuhan pribadi pasien. f. Terencana dan mengarah pada tujuan.
g. Memberikan kesempatan kepada perawat dan pasien untuk menerapkan fleksibilitas dan kreativitas yang maksimal dalam merancang cara memecahkan masalah kesehatan.
h. Menekankan umpan balik, yaitu memberikan arah pada pengkajian ulang masalah atau memperbaiki rencana asuhan.
i. Menekankan validasi. Masalah harus divalidasi dengan data. Validasi akan membuktikan bahwa suatu keputusan itu benar.
(54)
Menurut Asmadi (2008), tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan, antara lain :
1. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan 2. Menggunakan standar praktik keperawatan
3. Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis
4. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektivitas yang tinggi 2.7.2. Manfaat Proses Keperawatan
Menurut Suarli (2009), manfaat penggunaan proses keperawatan dapat dilihat dari sisi pelayanan kesehatan, pelaksanaan keperawatan, dan bagi pasien sendiri.
1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan
a. Sebagai pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan. b. Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan keperawatan.
2. Manfaat bagi pelaksana keperawatan
a. Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan, karena tujuan yang ingin dicapai jelas.
b. Menimbulkan kepuasan kerja.
Menulis rencana asuhan yang baik akan memberikan rasa percaya diri pada perawat, bahwa intervensi keperawatan yang didasrkan pada identifikasi masalah pasien dilakukan dengan sungguh-sungguh, sehingga mencegah tindakan keperawatan yang tidak terkoordinasi, coba-coba dan akhirnya salah. Perencanaan juga dapat menimbulkan rasa bangga dan puas jika tujuan asuhan keperawatan tercapai.
(55)
c. Menimbulkan profesionalisme.
Dengan mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan, perawat belajar mengintervensi secara efektif dan memilih mana yang dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien lainnya. Proses ini akan meningkatkan ketrampilan dan keahlian perawat. Selain itu, bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan teman ketika menyusun rencana asuhan keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan perawat.
d. Avoidance of legal action (Philpott, 1985).
Apabila setiap tahap proses keperawatan digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat memberikan tindakan legalnya kepada pasien. Gagal dalam melakukan pengkajian keperawatan yang lengkap atau gagal dalam mendoku mentasikan data dengan tepat, dapat merugikan konsekuensi legal.
e. Proses keperawatan mengandung tanggung gugat dan tanggung jawab perawat untuk mengkaji, menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan menilai asuhan pasien.
3. Manfaat bagi Pasien
a. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya
b. Pengulangan instruksi dalam pemberian asuhan keperawatan dapat dihindari
2.7.3. Tahapan Proses Keperawatan
Menurut Suarli (2009), berikut ini uraian tahapan proses keperawatan, adalah :
(56)
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap pengkajian memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat bergantung pada tahap ini.
A. Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat data untuk menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data yang tepat atau relevan, artinya data tersebut mempunyai pengaruh atau hubungan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis :
Sumber data, dapat diperoleh dari : a) Pasien
b) Keluarga/orang yang mengenal pasien
c) Tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli radiologi dan lain-lain) d) Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
e) Hasil pemeriksaan
Cara pengumpulan data, yaitu :
a) Wawancara, yaitu pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan-pertemuan tatap muka.
b) Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang tingkat kesehatan pasien, misalnya dengan cara meraba, menyentuh dan mendengar. c) Pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan secara keseluruhan mulai dari kepala sampai
ujung kaki.
B. Pengelompokan data atau analisis data, adalah sebagai berikut : a) Data fisiologis/biologis (masalah kesehatan dan penyakit) b) Data psikologis (perilaku, pola emosi, konsep dir, dan lain-lain)
(57)
c) Data sosial (status ekonomi, kegiatan rekreasi, pekerjaan dan lain-lain) d) Data spiritual (norma, kepercayaan, keyakinan dan moral)
Adapun manfaat pengkajian keperawatan adalah :
a. Membantu mengidentifikasi status kesehatan b. Pola pertahanan pasien (klien)
c. Kekuatan dan kebutuhan pasien (klien) d. Merumuskan diagnosa keperawatan 2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti, tentang maslah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon pasien (klien) terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah dan kemampuan pasien (klien) mencegah atau menghilangkan masalah.
Adapun perbedaan antara diagnosis medis dan diagnosis keperawatan, yaitu :
a. Diagnosis medis
a) Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan. b) Berorientasi pada keadaan patologi.
c) Cendrung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
d) Mengarah pada tindakan medis yang sebagian dapat dilaksanakan oleh perawat. e) Diagnosis medis melengkapi diagnosis keperawatan.
(58)
a) Berfokus pada respon pasien terhadap penyakit, tindakan medis dan faktor lain. b) Berorientasi pada kebutuhan individu.
c) Berubah, sesuai dengan perubahan respon pasien.
d) Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan perawatan dan evaluasi.
e) Diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis medis. 3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanan keperawatan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan pasien (klien). Langkah-langkah penyusunan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan urutan prioritas masalah, yaitu untuk memilih masalah yang memerlukan perhatian/prioritas diantara masalah-masalah yang telah ditentukan, misalnya masalah yang mempengaruhi kehidupan atau keselamatan pasien.
b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai, yaitu hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi masalah yang telah dirumuskan dalam keperawatan.
c. Menentukan rencana tindakan keperawatan, adalah langkah penentuan dalam tindakan keperawatan yang akan dikerjakan oleh perawat dalam rangka menolong pasien, untuk mencapai suatu tujuan keperawatan. Rencana tindakan dibuat secara narasi, berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan mudah dimengerti yang mengandung tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
(59)
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Adapun langkah-langkah tindakan keperawatan adalah :
a. Langkah persiapan asuhan keperawatan, pada langkah ini perawat sebaiknya : a) Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b) Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c) Menyiapkan lingkungan terapeutik, sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan b. Langkah pelaksanaan asuhan keperawatan, pada langkah ini perawat harus mengutamakan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Oleh sebab itu, perawat harus : a) Menunjukkan sikap yang meyakinkan
b) Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari tindakan keperawatan yang dilakukan
c) Melakukan sistematika kerja dengan tepat d) Mempertimbangkan hukum dan etika e) Bertanggung jawab dan tanggung gugat
f) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan 5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi keperawatan adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktivitas rencana keperawatan serta strategi asuhan keperawatan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
(1)
Linear-by-Linear Association .008 1 .930
N of Valid Cases 73
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.32.
Status Kepegawaian Responden * Kategori profesionalisme keperawatan responden Crosstabulation
Count
Kategori profesionalisme keperawatan responden
baik sedang Total
Status Kepegawaian Responden
PNS 10 12 22
Non PNS 22 29 51
(2)
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 14.034a 1 .000
Continuity Correctionb 12.000 1 .000
Likelihood Ratio 14.033 1 .855
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.033 1 .856
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.64.
b. Computed only for a 2x2 table
Status Perkawinan Responden * Kategori profesionalisme keperawatan responden Crosstabulation
Count
Kategori profesionalisme keperawatan responden
baik sedang Total
Status Perkawinan Responden
Belum Kawin 12 19 31
Kawin 20 22 42
(3)
Continuity Correctionb .270 1 .603
Likelihood Ratio .577 1 .447
Fisher's Exact Test .483 .302
Linear-by-Linear Association .567 1 .451
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.59.
b. Computed only for a 2x2 table
Masa Kerja Responden * Kategori profesionalisme keperawatan responden Crosstabulation
Count
Kategori profesionalisme keperawatan responden
baik sedang Total
Masa Kerja Responden Baru 29 40 69
Sedang 3 1 4
(4)
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.669a 1 .196
Continuity Correctionb .599 1 .439
Likelihood Ratio 1.695 1 .193
Fisher's Exact Test .313 .220
Linear-by-Linear Association 1.647 1 .199
N of Valid Cases 73
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75.
b. Computed only for a 2x2 table
pengetahuan responden * Kategori profesionalisme keperawatan responden Crosstabulation
Count
Kategori profesionalisme keperawatan responden
baik sedang Total
pengetahuan responden baik 17 9 26
sedang 10 29 39
(5)
Linear-by-Linear Association 2.289 1 .130
N of Valid Cases 73
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.51.
sikap responden * Kategori profesionalisme keperawatan responden Crosstabulation
Count
Kategori profesionalisme keperawatan responden
baik sedang Total
sikap responden baik 9 13 22
sedang 23 28 51
(6)
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .110a 1 .741
Continuity Correctionb .005 1 .941
Likelihood Ratio .110 1 .740
Fisher's Exact Test .801 .472
Linear-by-Linear Association .108 1 .742
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.64.