Hubungan Umur Perawat Pelaksana Terhadap Profesionalisme

keperawatan, sebagai pendidik keperawatan, sebagai pengelola keperawatan dan peran sebagai peneliti.

5.3. Sikap Responden

Sebagian besar sikap perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil, dikategorikan sedang sebesar 69,9. Hal ini sesuai dengan hakekat sikap yang menyebutkan bahwa tingkah laku yang tersembunyi, yang terjadi secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan, akan menimbulkan tingkah laku nyata overt behaviour. Dengan demikian, maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut Dobb, 1974.

5.4. Hubungan Faktor Predisposing Pelaksana Asuhan Keperawatan Terhadap Profesionalisme Perawat

Faktor predisposing meliputi : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan sikap pelaksana asuhan keperawatan, sedangkan profesionalisme perawat meliputi Keterampilanskill, motivasi dan etika keperawatan.

5.4.1. Hubungan Umur Perawat Pelaksana Terhadap Profesionalisme

Tidak ada keterkaitan profesionalisme perawat terhadap umur, dimana jika nilai p 0,141 α 0,05, maka tidak ada hubungan antara kelompok umur terhadap profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa umur antara 25 – 34 dan umur 40 – 45 merupakan umur yang bisa menghasilkan produktivitas terhadap pekerjaan Moh. As’ad, 1995. Hasil distribusi tabel 4.13. Menunjukkan bahwa, kelompok umur yang paling banyak pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil adalah 25 – 34 tahun sebanyak 48 orang 65,8 dan selebihnya kelompok umur yang kurang dari 25 tahun sebanyak 25 orang 34,2. Menurut Robbins 2003, umur mempengaruhi produktivitas, alasannya adanya keyakinan yang meluas bahwa produktivitas merosot dengan meningkatnya umur seseorang. Sering diandaikan bahwa keterampilan individu, terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun sering dengan berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual semuanya menyembung pada berkurangnya produktivitas. Pada karyawan yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi : pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu. Karyawan yang lebih tua, kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja mereka yang lebih panjang cendrung memberikan kepada mereka tingkat upah yang lebih tinggi, liburan dengan upah yang lebih panjang dan tunjangan pensiun yang lebih menarik. Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurang-kurangnya sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cendrung terus-menerus meningkat pada para karyawan yang profesional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada karyawan yang Universitas Sumatera Utara nonprofesional, kepuasan itu merosot selama umur setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun berikutnya. Karyawan yang lebih muda cendrung mempunyai fisik yang kuat, sehingga diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau bila sudah berkeluarga anaknya masih relatif masih sedikit. Tetapi karyawan yang lebih muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggung jawab dan sering berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan karyawan yang lebih tua Nitisemito, 1992. Sedangkan hasil penelitian, ini kemungkinan disebabkan karena pada tahun 2006, RSUD Kabupaten Aceh Singkil baru beroperasional. Karena itu, rumah sakit membutuhkan banyak tenaga perawat pelaksana. Saat itu, rumah sakit membuka kesempatan kepada perawat pelaksana sebagai tenaga bakti di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Singkil. Dan secara kebetulan juga, perawat yang diterima banyak yang masih fresh graduade dan juga berusia relatif muda. Hal ini dapat dilihat dengan status kepegawaian perawat yang rata-rata berstatus tenaga bakti non-PNS.

5.4.2. Hubungan Jenis Kelamin Perawat Pelaksana Terhadap Profesionalisme

Dokumen yang terkait

Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

10 149 126

Hubungan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan

0 81 123

Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Asuhan keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2011

1 76 108

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir

2 37 171

Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Sawahlunto Tahun 2012.

0 0 22

STUDI KOMPARATIF KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUANGAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN DI RSUD PADANG PANJANG TAHUN 2010.

0 0 10

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATANDI RUANG RAWAT INAP RSUD PASAMAN BARAT TAHUN 2010.

1 2 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Kepada Klien di IRNA RSUD Solok Tahun 2009.

0 0 6

Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat Tahun 2010.

0 0 7

Studi Komparatif Kinerja Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Karakteristik Ruangan dan Status Kepegawaian di RSUD Padang Panjang Tahun 2010.

0 0 7