HPS Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe

5. Sering bertatap dengan media komunikasi massa seperti radio dan telivisi. Pengaruh insentif Ibu ini tertarik pada Posyandu karena Posyandu memberi insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu untuk pengadopsian mempercepat inovasi kesehatan ia mernberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan tetapi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali biasanya pengadopsian inovasi juga berhenti. Inilah yang merupakan masalah pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif. Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita menganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relatif itu sendiri, yang tidak mungkin terpeliharanya pengadopsian inovasi kesehatan. Insentif yang diberikan oleh Posyandu adalah suatu cara untuk merintis masyarakat desa secara bertahap agar bisa membiayai kesehatan mereka. Pemanfaatan pekarangan Ibu ini tidak memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk tanaman bergizi karena pekarangan rumahnya sangat sempit dan rumahnya berada di pinggir pantai.

2. HPS

Pada usia yang sangat muda 15 tahun ia telah dikawinkan oleh orang tuanya. Karena menurut orang tuanya wanita tidak perlu berpendidikan tinggi dan bila wanita M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. bersekolah terus bisa ia menjadi perawan tua. Umurnya sekarang mencapai 32 tahun. Ia terlabat hamil anak pertama selama empat tahun dan mempunyai lima orang anak. Anak yang pertama kelas 1 SMP, anak yang kedua kelas 5 SD, anak yang ketiga kelas 3 SD, anak yang keempat dan kelima belum sekolah. Ibu ini memperoleh pendidikan sampai kelas 6 SD. Suami tamatan SMP. Pengamatan terhadap tempat tinggal, rumahnya berada di pinggiran aliran sungai, rumah sederhana Air minum diperoleh dari sumur yang dibuat sendiri sumur gali. Situasi dalam rumah sudah ada kamar-kamar. Mobilitas ke kota dilakukan, kalau sangat penting itu pun dilakukan hanya dtiga kali dalam seminggu. Kota yang bisa dikunjunginya adalah Lhokseumawe. Menurut dia, kalau ke Lhokseumawe mengunjungi famili. Ibu ini tidak mempunyai satupun media komunikasi massa seperti radio. ia mendengarkan radio pada tetangga dan menonton televisi di rumah kepala tetangga. Ia senang mendengarkan siaran pedesaan di radio terutama masalah masalah pertanian. Menurut Ibu interpersonal ini saluran komunikasi memegang peranan penting dalam Posyandu. Dalam penyebaran peranan Program Posyandu yaitu meliputi lima kegiatan terpadu yaitu keluarga berencana, kesehatan Ibu dan anak, gizi, imunisasi dan diare yang tersebar melalui jalur tetangga dan disamping komunikasi antar Ibu- Ibu balita, kader yang mengunjungi rumah. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Ibu ini memperoleh persuasi dari kader dan suaminya sebagai pengurus Posyandu. Keputusan untuk mengikuti program kesehatan setelah mendapatkan penyuluhan dari kader atau kunjungan rumah dari kader. Keputusannya diperkuat setelah ia berkunjung ke Posyandu dan kesadarannya semakin bertambah, karena Posyandu sangat bermanfaat bagi Ibu-Ibu balita. Di Posyandu ia diberi penyuluhan oleh dokter mengenai program kesehatan yaitu: Ibu ini mempunyai lima orang anak, tiga orang anaknya dirawat oleh dukun terlatih dan dua dirawat oleh bidan. Apabila ada Ibu-Ibu yang akan bersalin ditolong oleh mertuanya. Ia mengikuti KB setelah lima orang anaknya. Alat KB yang dipakai adalah pil. Ia lebih senang menggunakan pil daripada alat kontrasepsi lainya. Dan tidak mempunyai keluhan selama makan obat-obat KB. Ia malu menggunakan alat kontrasepsi seperti pemasangan Intra Uterine Device IUD . Ibu ini mengetahui cara-cara bila Ibu sedang hamil, antara lain, harus makan makanan bergizi, suntik pada umur kehamilan 6 bulan. Pada waktu hamil ia dirawat oleh dukun terlatih dan bidan. Gizi tiap bulan untuk mengetahui ia menimbang anaknya berat badannya. Mereka sudah mempunyai kartu menuju sehat KHS. KHS adalah kartu yang bertujuan untuk mengetahui naik tau turun timbangan anak. Selain memberi air susu Ibu ia juga memberikan makanan tambahan seperti bubur. Pada umur enam bulan anaknya diberi makanan lunaklembek. Dan pada umur satu tahun diberi makanan padat. Dua tahun anaknya dihentikan memperoleh ASI. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Ibu ini rajin mengunjungi Posyandu untuk mendapatkan imunisasi bagi anaknya. Bisa juga suaminya membawa anaknya ke Posyandu. Anaknya sudah diimunisasi dengan suntikan lengkap TT, BCG, polio, campak dan OPT. Ia mengetahui apa yang disebut diare yaitu berak berak encer lebih dari tiga kali sehari. Pengobatan diare dilakukan dengan oralit dan larutan gula garam. Cara membuat larutan gula garam, yaitu 1 sendok gula, ¼ sendok garam dapur dan air 1gelas kemudian diaduk. Apabila anaknya buang air besar tetap diberi ASI. Ia juga mengetahui anak sehat, yaitu anak yang timbangannya naik, tidak sakit-sakit dan napsu makan baik. Pekarangan tidak dimanfaatkan untuk tanaman bergizi, karena halaman sempit. ia juga tidak beternak ayam dan itik, ayam sering mati diserang penyakit dan tidak ada penyuluhan tentang cara-cara beternak ayam kampung. Ia mempunyai kebun yang ditanami seperti pisang, kacang tanah dan buah-buahan lainnya. Bila ia ke pasar ia membeli dan daging sekali dijual jarang sayur-sayuran, Makanan bergizi sudah dipahami sering tidak tetapi dipenuhi karena keuangan terbatas. Pengobatan yang diadakan oleh Posyandu sangat bermanfaat bagi Ibu-Ibu balita karena menghemat biaya dan transport Ibu-Ibu balita tidak perlu lagi ke Puskesmas. Dokter atau bidan yang memberi pelayanan dan pengobatan di Posyandu cukup menciptakan keakraban dan kehangatan dalam melayani Ibu-Ibu balita. Dokter atau bidan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Aceh dalam berkomunikasi dengan Ibu-Ibu balita untuk memudahkan pelayanan pengobatan. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Analisis Ibu ini tidak mempunyai radio. ia mendengarkan radio dan menonton televisi pada rumah tetangganya, ia sangat jarang sekali membaca surat kabar, tetapi Ibu ini sudah terdapat media massa. Informasi kesehatan tidak diperoleh lewat media massa tetapi diperoleh lewat kader, dokter, bidan dan poster. Komunikasi interpersonal sangat memegang peranan penting. Ibu ini memperoleh informasi kesehatan lewat komunikasi interpersonal. Disalurkan Informasi kesehatan lewat jaringan kader, bidan dan dokter. Ibu ini memperoleh juga informasi kesehatan lewat poster Posyandu, poster sifatnya visual. Bagi orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah sulit memahami poster. Poster itu memerlukan penjelasan karena banyak pesan pesan komunikasi yang terdapat di dalamnya sulit dipahami oleh Ibu-Ibu balita yang tingkat pendidikannya rendah. Ibu ini rajin mengunjungi Posyandu. Pada awalnya ia berkunjung ke Posyandu karena penyampaian oleh kader dan pemuka masyarakat. Ibu ini berpartisipasi karena ada yang memberi dorongan, Partisipasinya bukan karena dorongan sendiri. Partisipasi yang berlaku di lingkungan adalah partisipasi karena dorongan. Ibu ini mengadopsi inovasi kesehatan lewat kunjungan kader ke rumahnya. Pertama-tama ia diberi tahu oleh kader tentang program kesehatan Posyandu. Ibu ini memperoleh pengetahuan dan persuasif lewat kader. Setelah ia mempero1eh M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. pengetahuan dan persuasi ia selalu berkunjung ke Posyandu. Berdasarkan pengetahuan dan persuasi yang diperolehnya dari kader ia mengambil keputusan dan menilai bahwa Posyandu itu sangat bermanfaat baginya. Ia melaksanakan dan mengambil keputusan untuk mengadopsi program kesehatan Posyandu atas dasar bahwa Posyandu itu sangat berguna bagi Ibu-Ibu balita dan anaknya. Adopsi Inovasi kesehatan Posyandu tidak diterima lewat saluran komunikasi massa. Menurutnya program kesehatan Posyandu manfaatnya besar, mudah dilaksanakan karena terpadu, risiko kecil, cocok dengan kondisi Ibu-Ibu balita di desa karena murah, tidak rumit mudah dipraktekkan seperti membuat larutan gula garam. Perjalanan waktu proses adopsi inovasi kesehatan Posyandu tidak memakan jangka wakgu yang lama. Karena inovasi kesehatan ini memberikan insentif bagi Ibu-Ibu balita. Struktur sosial dan norma sistem sosial masyarakat Lingkungan tidak menolak inovasi kesehatan. Orang-orang yang tingkat sosial ekonominya lemah dan tingkat pendidikan relatif rendah inovasi kesehatan sangat membantu baginya dalam meningkatkan kesehatannya. Konsekuensi berupa menolak kehadiran inovasi kesehatan di desa tidak ada. Berlainan halnya dengan inovasi traktor banyak petani yang menolak karena harganya mahal sulit dijangkau oleh petani kecil. Norma sistem sosial Ibu ini me1iputi sistem sosial ekonomi, ciri-ciri kepribadian dan ciri-ciri komunikasi. Norma sistem sosial tersebut dapat diuraikan dibawah ini. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Sistem sosial ekonomi 1. Pendidikan relatif rendah tidak tamat SMP namun dapat memahami bahwa sehat itu hak seseorang. 2. Status sosialnya sangat rendah ditandai dengan tingkat kehidupan dan pendapatan sangat lemah serta rumah sederhana. 3. Mobi1itas sosial sangat rendah 4. Petani kecil dengan lahan yang sangat sempit dipekarangan rumah. 5. Orientasi ekonominya sangat tradisionil karena struktur perekonomian di Lingkungan sangat ditentukan oleh ikatan-ikatan sistem pertanian. Para konsumen adalah petani -petani keci1 sehingga perekonomian tidak bisa berkembang ke arah yang lebih besar. 6. Pekerjaan pokoknya adalah petani sayur-sayuran. Ciri kepribadian 1. Hubungan interpersonal sangat kuat dengan pria kekerabatan dan keke1uargaan yang menonjol tidak ada aturan-a£uran formal yang mengikat misalnya dalam bertamu sangat interpersonal sifatnya. 2. Masih dogmatis yakni mempercayai pengobatan-pengobat an tradisionil bersalin melalui dukun beranak, namun sudah menerima inovasi kesehatan modern karena selalu berkunjung ke Posyandu. 3. Sudah terbuka terhadap perubahan. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. 4. Orientasinya terhadap pendidikan sangat rendah karena ia berpendidikan rendah. 5. Ingin berubah kearah kehidupan yang lebih baik, anak anaknya masih SD. Ciri komunikasi 1. Ikut dalam kegiatan partisipasi seperti sosial mengikuti kegiatan PKK. 2. Dalam berkomunikasi yang digunakan adalah komunikasi interpersinal. 3. Komunikasinya hanya dalam lingkungan Lingkungannya. 4. Sering berkomunikasi dengan kader kesehatan. 5. Sering bertatap dengan media komunikasi massa seperti radio. Pengaruh insentif Ibu ini tertarik pada Posyandu karena Posyandu memberi untuk insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu memberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan tetapi mempercepat pengadopsian kesehatan inovasi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali biasanya pengadopsian inovasi juga berhenti. lnilah yang merupakan masalah pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif. Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita menganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relatif itu sendiri, yang tidak mungkin terpeliharanya pengadopsian inovasi kesehatan. Insentif yang diberikan oleh Posyandu adalah suatu cara untuk derintis masyarakat desa secara bertahap agar bisa membiayai kesehatan mereka. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008.

3. MR