HW Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe

1. HW

Pada usia yang sangat muda 14 tahun informan ini telah dikawinkan, karena keinginan orang tua. Umurnya sekarang usia kawin seorang wanita 20 tahun. Ia mempunyai 3 orang anak, anak pertama kelas tiga SD, anak kedua kelas dua dan anak ketiga belum bersekolah. Dari ketiga orang anaknya dua wanita dan satu pria. Ibu ini mengecap pendidikan sampai kelas dua SMP tidak tamat. Dua bulan sebelum naik kelas ia dikawinkan oleh orang tuanya. Pengamatan terhadap tempat tinggal. Rumah tempat tinggal Ibu ini ada disekitar tepi pantai. Rumahnya sederhana belum memiliki WC. Bila hendak membuang hajat dilakukannya di sekitar pantai di pinggir laut. Demikian juga rumahnya belum mempunyai sumber air bersih yang baik tetapi kebutuhan untuk minum air dimasak terlebih dahulu. Air minum diperoleh dari sumur yang dibuatnya sendiri sumur gali. Suaminya bekerja sebagai tukang bangunan yang sedang mengerjai bangunan di Calang Kabupaten Aceh Jaya Nanggroe Aceh Darussalam. Selama enam bulan ini, ia belum pernah menjenguk istri dan anak-anaknya. Namun ia tetap mengirim biaya hidup untuk anak-anak dan istrinya. Pendidikan suami hanya sampai kelas enam SD. Mobilitas ke kota dilakukan, kalau tidak penting sangat jarang dilakukan hanya tiga kali dalam satu muinggu. Kota yang bisa dikunjunginya adalah Lhokseumawe. Menurut dia, kalau ke Lhokseumawe mengunjungi famili dan belanja kebutuhan rumah tangga. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Ibu ini mempunyai radio dan siaran yang sering diikuti adalah siaran pedesaan dan kota termasuk mendengar musik. Sering menonton televisi, karena ibu ini memiliki televisi di di rumahnya juga sesekali membaca surat kabar. Siaran-siaran yang disenangi dalam mendengarkan radio adalah siaran pedesaan mengenai pertanian, kesehatan dan keluarga berencana. Di televisi yang disenangi adalah acara siaran pedesaan ragam khususnya Lingkungan. Adapun mengenai surat kabar Ibu ini jarang membaca surat kabar. Posyandu diketahuinya pertama kali diperoleh dari kader selebihnya melalui Kepala Desa, Pemuka Mayarakat menonton di televisi dan mendengar di radio. Tentang kehadiran ke Posyandu di desa ini diumumkan melalui Meunasah Surau. Komunikasi interpersonal cukup berperan, informasi tentang Posyandu tersebar melalui tatap muka antara Ibu Ibu balita, dan dari tetangga ke tetangga. Disamping itu, kader mengunjungi rumah-rumah Ibu balita untuk menyampaikan pesan kesehatan. Pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh kader meliputi program kesehatan Posyandu yaitu keluarga berencana, kesehatan Ibu dan anak KIA, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Menurutnya, melalui kader dan pemuka formal dan informal ia mengenal Posyandu. Ibu ini mendapat persuasi dari kader. Adapun keputusan untuk mengikuti Posyandu setelah memperoleh persuasi dan penyuluhan dari kader. Kader di Banda Sakti aktif mendatangi rumah Ibu-Ibu balita. Pertama kalinya ke Posyandu karena dorongan kader. Sekarang ke Posyandu karena kesadaran sendiri. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Kegunaan Posyandu sangat bermanfaat bagi Ibu-Ibu balita. Sejak adanya dan dengan direvitalisasikan kembali Posyandu di Banda Sakti maka Ibu-Ibu balita sudah dekat untuk memeriksakan kesehatan ibu dan anak-anaknya sehingga tidak perlu lagi ke Puskesmas yang jaraknya tidak berjauhan dengan rumahnya sekitar 2 kilo meter. Ibu ini setiap bulan membawa anaknya ke Posyandu. Keadaan kesehatan anak- anaknya setelah diperiksa dan pembinaan oleh Posyandu sudah baik dibanding sebelum dibawa ke Posyandu. Sebelum dibawa ke Posyandu anak-anak mereka sering sakit-sakit, kebersihan lingkungan belum juga teratur. Ibu ini cukup meyadari arti pentingnya Posyandu, karena di Posyandu mendapat pelayanan kesehatan dan penyuluhan dari dokter, bidan, dan kader. Ibu ini mengetahui program kesehatan melalui Posyandu. Di Posyandu diadakan penyuluhan oleh dokter, bidan, dan kader, terutama mengenai keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, kesehatan Ibu dan anak, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Seperti dikatakan, Ibu ini mempunyai tiga orang anak. Anak pertama dan anak kedua jaraknya tiga tahun. Setelah mempunyai tiga anak ini, ia masuk Keluarga Berencana., dengan memilih Alat Kontrasepsi yang dipakai adalah Pil KB. Alat KB yang lain tidak digunakan karena mereka malu seperti pemasangan Intra Uterine Device IUD . Selama minum Pil KB mereka tidak mempunyai keluhan. Ibu ini dirawat oleh dukun pada waktu ia hamil, tetapi sering juga ia ke bidan. Namun pada waktu Ibu ini bersalin ia dibantu oleh dukun terlatih. Pada waktu M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. hamil sering juga disuntik anti tetanus TT Tetanus Toxoid oleh bidan. Setiap bulan ia menimbang anaknya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kesehatannya. Ia juga memperoleh pemberian makanan tambahan PHT seperti bubur dan vitamin A. Pada umur enam bulan anaknya diberi makanan lunaklembek dan pada umur 14 bulan diberi makanan padat. Pada umur satu tahun anaknya berhenti menyusui. Ia memiliki kartu menuju sehat KMS. KMS bertujuan untuk mengetahui timbangan anak, naik atau turun. Selain i tu, ia mengetahui kalau Ibu menyusui perlu minum air banyak. Dan kalau Ibu hamil, perlu makan makanan bergizi. Makanan bergizi diketahui melalui kader dan radio serta di telivisi. Ibu ini selalu berkunjung di Posyandu untuk memperoleh imunisasi bagi anak-anaknya. Anak pertama dan anak kedua sudah di imunisasi. Anak ke tiga belum lengkap imunisasinya. Suntikan-suntikan yang pernah diperoleh anak-anaknya adalah suntikan TT, campak, polio, BCG, DPT. Sejak umur 3 bulan anaknya sudah mulai mendapatkan suntikan imunisasi. Ibu ini mengetahui diare, yaitu berak-berak encer lebih dari tiga kali sehari. Pengobatan diare dilakukan dengan oralit dan larutan gula garam LGG. Selain itu, ia bisa membuat sendiri larutan gula garam, yatiu 1 sendok gula ¼ sendok teh garam dapur dan air 1 gelas. Bila anaknya buang air besar tetap menyusui sesuai dengan petunjuk dokter yaitu apabila anak menceret tetap harus menyusu terus. Ia tahu apa yang disebut anak sehat, yaitu anak yang tidak sakit, timbangannya naik dan napsu M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. makannya bertambah. Ibu ini rajin mengunjungi Posyandu dan sering ikut pada kegiatan-kegiatan PKK bersama dengan isteri Kepala Dusun Lingkungan. Adapun mengenai kebersihan lingkungan, Ibu ini belum teratur pekarangannya, belum memiliki WC, Comberan, demikian pula tetangganya. Rumahnya, berada di pinggir pantai. Jarak rumahnya dari Posyandu sekitar 2 kilo meter. Ia tidak memanfaatkan perkarangan untuk tanaman bergizi, tidak berternak ayam dan itik. Ayam sering diserang penyakit dan tidak ada penyuluhan dari dokter atau penyuluh kehewanan untuk menyuntik ayam. Pekarangan sempit sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk tanaman bergizi. Ibu ini kalau ke pasar ia membeli ikan dan sayur-sayuran. Yang dibeli dipasar hanya ikan dan sayur-sayuran, daging jarang sekali. Ia sudah mengelahui makanan bergizi yaitu makanan sehat yang meliputi empat sehat lima sempurna. Tetapi makanan bergizi sering tidak dipenuhi bila keadaan pendapatan sangat terbatas. Pengobatan yang diadakan oleh Posyandu sangat bermanfaat bagi Ibu-Ibu balita, karena menghemat biaya dan transport. lbu-Ibu balita tidak perlu lagi ke Puskesmas. Dokter atau bidan yang memberi pelayanan dan pengobatan di Posyandu cukup menciptakan keakraban dan kehangatan dalam melayani Ibu-Ibu balita. Dokter dan bidan dalam memberikan penyuluhan sering menggunakan bahasa Aceh dalam berkomunikasi dengan Ibu-Ibu baling untuk memudahkan pelayanan pengobatan. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Analisis Ibu ini sudah memiliki media massa tertentu seperti radio, telivisi dan membaca surat kabar. Mereka sudah mendapatkan informasi tambahan lewat media massa berupa siaran pedesaan, pertanian dan KB. Dalam hubungannya dengan kesehatan, Ibu ini tidak memperoleh informasi kesehatan lewat media massa. Pemilikan media massa sangat sangat mendukung sekali keluarga di Kecamatan Banda Sakti. Ibu ini memiliki radio dan televisi. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi yang sangat memegang peranan penting. Ibu ini memperroleh informasi kesehatan lewat komunikasi interpersonal. Informasi disalurkan lewat tatap muka, pertemuan antar kelompok, penyuluhan oleh kader dan tokoh masyarakat. Komunikasi berlangsung secara oral. Dalam komunikasi oral secara tokoh peranan masyarakat sangat berperan dalam menyaring informasi yang datang dari luar. Tokoh masyarakat berperan sebagai gate-keeper. Jaringan komunikasi melalui tokoh-tokoh masyarakat dan para kader. Ibu ini memperoleh informasi kesehatan lewat poster-poster Posyandu. Poster Posyandu sifatnya visual. Bagi orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah sulit sekali memahaminya. Poster itu memerlukan penjelasan poster, karena banyak pesan- pesan komunikasi yang terdapat di dalamnya sulit dipahami oleh Ibu-Ibu balita yang tingkat pendidikan rendah. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Mobilitas Ibu ini sederhana hanya empat kali dalam seminggu dapat pergi ke Lhokseumawe dan tidak bisa setiap hari. Karena tingkat pendidikan rendah dan tingkat kehidupan sosial ekonominya agak lemah sehingga sangat jarang ke sana. Informasi kesehatan hanya diperoleh sendiri melalui kader Posyandu yang berkunjung ke rumahnya, radio dan telivisi.. lbu ini rajin mengunjungi Posyandu. Pada mulanya ia berkunjung ke Posyandu karena penyampaian oleh kader dan Kepala Desa. Ibu ini berpartisipasi karena ada yang memberi dorongan. Partisipasinya bukan karena dorongan sendiri. Partisipasi berlaku di desa adalah yang partisipasi karena dorongan, yaitu ada insentif. Ibu ini mengadopsi inovasi kesehatan lewat kunjungan kader ke rumahnya. Pertama-tama ia diberi tahu oleh kader tentang program kesehatan Posyandu. lbu ini memperoleh pengetahuan dan persuasi lewat kader. Setelah ia memperoleh persuasif pengetahuan dan ia selalu berkunjung ke Posyandu. Berdasarkan pengetahuan dan persuasi yang diperolehnya dari kader ia mengambil keputusan dengan adanya ke posyandu berarti penghematan uang karena ia menilai bahwa Posyandu itu sangat bermanfaat baginya. Ia melaksanakan dan mengambil keputusan untuk mengadopsi program kesehatan Posyandu atas dasar bahwa Posyandu itu sangat berguna bagi Ibu- Ibu hamil dan balita. Adopsi inovasi kesehatan Posyandu tidak diterima lewat saluran komunikasi massa. Menurutnya program kesehatan Posyandu manfaatnya besar, mudah M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. dilaksanakan karena terpadu, risiko kecil, cocok dengan kondisi Ibu-Ibu balita di lingkungan karena bahannya mudah, tidak rumit mudah dipraktekkan seperti membuat larutan gula garam. Perjalanan waktu proses adopsi inovasi kesehatan Posyandu tidak memakan jangka waktu yang lama. Karena alasan kesehatan ini memberikan insentif bagi Ibu- Ibu balita. Struktur sosial dan norma sistem sosial masyarakat desa tidak menolak inovasi kesehatan. Orang-orang yang tingkat sosial ekonominya lemah dan tingkat pendidikan relatif rendah inovasi kesehatan sangat membantu baginya dalam meningkatkan kesehatannya. Konsekuensi berupa menolak kehadiran inovasi kesehatan di desa tidak ada. Berlainan halnya dengan inovasi traktor banyak petani yang menolak karena harganya mahal sulit dijangkau oleh petani kecil. Norma sistem sosial Ibu ini meliputi sistem sosial ekonomi, ciri-ciri kepribadian dan ciri-ciri komunikasi. Norma sistem sosial tersebut dapat diuraikan dibawah ini. Sistem sosial ekonomi: 1. Pendidikan relatif rendah tidak tamat SMP namun dapat memahami sehat itu penting. 2. Status sosialnya sangat rendah ditandai dengan tingkat kehidupan dan pendapatan sangat lemah serta rumah sederhana. 3. Mobilitas sosial sangat rendah 4. Pembuat kue basah yang jumlahnya terbatas di taruk di warung kopi. 5. Orientasi ekonominya sangat tradisionil karena struktur perekonomian di M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Lingkungan sangat ditentukan oleh ikatan-ikatan sistem sistem sosial. Para konsumen adalah nelayan-nelayan kecil sehingga perekonomian tidak bisa berkembang ke arah yang lebih besar. 6. Pekerjaan pokok adalah membuat kue basah. Ciri kepribadian 1. Hubungan interpersonal sangat kuat dengan pola kekerabatan dan kekeluargaan yang menonjol tidak ada aturan-aturan formal yang mengikat misalnya dalam bertamu sangat interpersonal sifatnya. 2. Masih dogmatis yakni mempercayai pengobatan-pengobatan tradisionil bersalin melalui dukun beranak, namun sudah menerima inovasi kesehatan modern karena selalu berkunjung ke Posyandu. 3. Sudah terbuka terhadap perubahan. 4. Orientasinya terhadap pendidikan sangat rendah karena ia berpendidikan rendah. 5. Ingin berubah kearah kehidupan yang lebih baik, anak anaknya sedang sekolah di SD. Ciri komunikasi 1. Ikut dalam kegiatan partisipasi sosial seperti mengikuti kegiatan PKK. 2. Dalam berkomunikasi yang digunakan adalah komunikasi interpersonal. 3. Komunikasinya hanya dalam lingkungan - lingkungannya. 4. Sering berkomunikasi dengan kader kesehatan. M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. 5. Sering bertatap dengan media komunikasi massa seperti radio dan telivisi. Pengaruh insentif Ibu ini tertarik pada Posyandu karena Posyandu memberi insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu untuk pengadopsian mempercepat inovasi kesehatan ia mernberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan tetapi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali biasanya pengadopsian inovasi juga berhenti. Inilah yang merupakan masalah pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif. Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita menganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relatif itu sendiri, yang tidak mungkin terpeliharanya pengadopsian inovasi kesehatan. Insentif yang diberikan oleh Posyandu adalah suatu cara untuk merintis masyarakat desa secara bertahap agar bisa membiayai kesehatan mereka. Pemanfaatan pekarangan Ibu ini tidak memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk tanaman bergizi karena pekarangan rumahnya sangat sempit dan rumahnya berada di pinggir pantai.

2. HPS