Posyandu dalam Konteks Studi-Studi Difusi Inovasi Kesehatan

Bahwa inovasi kesehatan yang disampaikan oleh kader haruslah didasarkan atas kebutuhan yang ada pada diri ibu-ibu balita. Bahwa kader harus selalu berupaya membentuk pendapat yang positif pada diri sasarannya ibu-ibu balita, yaitu dengan memberikan rangsangan atau stimulus. Mendorong ibu-ibu balita untuk ikut serta dalam posyandu. Dengan keikutsertaan ini maka akan merangsang terjadinya perubahan sikap. Bila perubahan sikap telah terjadi, maka pembinaan perlu dilakukan agar mereka tetap ikut.

2.4. Posyandu dalam Konteks Studi-Studi Difusi Inovasi Kesehatan

Studi-studi inovasi telah banyak diamati dan dipelajari secara luas terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat. Para ahli komunikasi seperti Rogers bersama-sama Shoemaker dan Daniel Lenner telah banyak melakukan studi inovasi. Mereka telah menghimpun lebih dari 1500 publikasi ilmiah tentang inovasi sebagai hasil studi-studi empiris maupun non empiris di negara-negara maju dan negara-negara sedang berkembang. Ide-ide yang dikaji terutama diperkenalkan mesin traktor dikalangan petani-petani bibit unggul di Turki, teknik keluarga berencana diantara para ibu-ibu rumah tangga di Korea dan lain-lain. Studi difusi inovasi Rogers tersebut di atas jika dikaitkan dengan posyandu, maka posyandu adalah suatu studi difusi inovasi yang konteksnya adalah difusi inovasi kesehatan. Apabilah ditelaah lebih dalam tentang posyandu dalam studi difusi inovasi kesehatan, maka posyandu merupakan suatu organisasi atau lembaga kesehatan yang berperan sebagai komunikator atau medium dalam memberi jasa pelayanan dan pengobatan kepada ibu-ibu balita di pedesaan sebab 23 M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. dalam posyandu dilaksanakan program-program kesehatan terpadu. Dalam pelayanan kesehatan berlangsung kegiatan komunikasi yaitu komunikasi interpersonal antara dokter atau bidan dengan ibu-ibu balita. Ibu-ibu balita yang berkujung ke posyandu untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan. Masalah- masalah yang dikonsultasikan ibu-ibu balita di posyandu antara lain keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak KIA, gizi, imunisasi, penyakit diare, kehamilan, menyusui bayi, anak balita, perawatan bayi, pertumbuhan berat badan, perbaikan gizi ibu hamil dan anak balita. Dengan demikian posyandu memberikan jasa pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu balita. Komunikator dalam posyandu yaitu dokter atau bidan memberikan nasihat-nasihat dan pengobatan kepada ibu-ibu balita. Dialog yang terjadi antara dokter atau bidan dengan ibu-ibu balita merupakan komunikasi interpersonal. Jadi dalam posyandu terdapat suatu hubungan antara dokter atau bidan untuk membicarakan masalah-masalah kesehatan. Dalam hubungan ini Kreps 1981 mengatakan komunikasi yang efektif antara para medis atau dokter dan pasien ialah suatu hal yang penting dalam perawatan atau pengobatan penyakit. Posyandu merupakan organisasi yang berperan sebagai komunikator disamping menciptakan efektifitas. Gaya akan menimbulkan kepuasan bagi terjadi kesadaran dan keterbukaan. Pendleton Brunner, Conrad, 1982, Savage, melihat dari pendekatan fungsional sosial yaitu hubungan komunikasi dengan dokter serta kepuasan pasien di dalam menerima pelayanan kesehatan. Sedang faktor lainnya yang penting adalah faktor penghubung dalam ikatan tersebut. Di samping itu, ada faktor lain yang ikut menentukan tingkat efektifitas hubungan interpersonal yakni faktor gaya 24 M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. berkomunikasi, faktor itu adalah bagaimana orang perorangan membawakan dirinya serta berintraksi dalam komunikasi. Dalam hubungan pemberi pelayanan jasa kesehatan dengan pasien, maka pasien kadang-kadang lebih mengutamakan gaya berkomunikasi seorang pemberi jasa pelayanan kesehatan daripada apa yang dikatakan oleh dokter atau bidan tersebut Capella 1983, Celaga 1982 menjelaskan bentuk keterlibatan orang perorang dalam interaksi para pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan pasien dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain mengenai konsep keterlibatan orang per orangan. Konsep ini berkaitan dengan bagaimana mereka yang saling berinteraksi dapat memahami baik secara kognitif, emosional, maupun tingkah laku mengenai pokok pembicaraannya. Selain itu Pendleton 1983 mengatakan makna atau manfaat keterlibatan orang perorangan pada waktu tanya jawab tentang kesehatan. Faktor ini lebih dilihat dari sudut pandang pasien seperti misalnya bahwa kepuasan pasian akan banyak ditentukan oleh sikap pemberi jasa pelayanan itu sendiri. Pasien akan merasa apabila dokter dalam melakukan komunikasi dengan pasienya bersikap hangat, ada perhatian dan memang merasa wajib membantunya. Apabila pendekatan-pendekatan tersebut di atas diamati, peranan komunikasi sangat penting terutama komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi interpersonal gaya berkomunikasi sangat menentukan untuk menciptakan kepuasan dalam hubungan antara dokter atau bidan dengan ibu-ibu balita. Posyandu sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam penyebaran programnya kepada ibu-ibu balita menggunakan komunikasi interpersonal yaitu berupa penyuluhan dari kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader. 25 M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Selain komunikasi interpersonal posyandu menggunakan juga paradigma proses keputusan inovasi Rogers. Model Rogers di atas terdiri dari tiga bagian utama yaitu: 1 Antecedent, 2 proses, dan 3 konsekuensi. Antecedent adalah ciri-ciri yang ada pada situasi sebelum diperkenalkannya suatu inovasi misalnya inovasi kesehatan posyandu. Antecedent terdiri dari: 1 ciri-ciri kepribadian seseorang misalnya sikapnya terhadan perubahan 2 ciri-ciri sosialnya seperti seseorang 3 kuatnya kebutuhan Semua ciri-ciri ini mempengaruhi yang terjadi pada setiap orang. sosial seperti norma sistem sosial tradisional atau modern, toleransi terhadan penyimpangan dan kepaduan komunikasi juga mempengaruhi sifat proses keputusan inovasi pada anggota sistem sosial. Sumber dan saluran luasnya hubungan sosial nyata terhadap inovasi. Selain itu ciri sIstem komunikasi memberi rangsangan informasi selama proses keputusan inovasi itu berlangsung. Pada tahap persuasi seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang lebih dekat dan antar pribadi. Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima inovasi pada tahap keputusan ada kemungkinan untuk meneruskan atau menghentikan penggunaannya. Diskontinuasi tidak meneruskan penggunaan inovasi itu terjadi mungkin karena seseorang menemukan ide lain yang lebih baru atau bisa jadi karena kecewa terhadap hasil inovasi. Mungkin pula pada tahap keputusan seseorang menolak inovasi tetapi beberapa waktu kemudian mengadopsi karena pandangannya terhadap inovasi telah berubah. Seseorang biasanya mencari informasi lebih lanjut pada tahap konfirmasi, karena ia ingin mencari penguat bagi keputusannya. Kadangkadang seseorang memperoleh pesan-pesan yang 26 M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. bertentangan dengan keputusan yang dibuatnya. Hal ini menyebabkan terjadinya diskontinuansi atau terjadi pengadopsian terlambat. Dalam penerimaan suatu inovasi seperti inovasi kesehatan posyandu seseorang menerima inovasi biasanya melalui empat tahap proses keputusan inovasi. Proses keputusan inovasi tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut. Tahap pengenalan Tahap persuasi Tahap keputusan Tahap konfirmasi Tahap pengenalan Tahap di mana seseorang, sadar, tahu bahwa ada sesuatu inovasi Tahap persuasi Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak. Tahap keputusan Tahap dimana seseorang membuat keputusan apakah mereka menerima atau menolak inovasi yang dimaksud. Tahap konfirmasi Tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut. 27 M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. Selain tahap-tahap inovasi tersebut di atas inovasi memiliki.ciri-ciri. Ciri- ciri itu adalah sebagai berikut: 1. keuntungan relatif relative advantage yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru itu memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya. 2. keserasian compatibility apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai-nilai sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat istiadat dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan. 3. Kerumitan complexity yaitu apakah inovasi-tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderng dirasakan sebagai tambahan beban yang baru. 4. Dapat dicobakan triability yaitu bahwa sesuatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran lebih kecil sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. 5. Dapat dilihat observability yaitu suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan dalam menerimanya. Penyebaran suatu inovasi mengalami proses perjalanan waktu, cepat atau lambat diterima oleh klien tergantung dari ciri-ciri inovasi itu, apakah menguntungkan atau merugikan. Berdasarkan paradigma proses keputusan inovasi Rogers tersebut, penulis akan melihat sejauh mana proses penyebaran 28 M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. USU e-Repository © 2008. inovasi kesehatan posyandu dalam anggota sistem sosial ibu-ibu balita dengan merumuskan beberapa dalil sebagai berikut: 1. Apabila dalam posyandu pelayanan jasa kesehatan dokter atau bidan dapat menciptakan kepuasan, keakraban dan kehangatan pada ibu-ibu balita maka inovasi kesehatan yang disampaikan oleh dokter, bidan dan kader dapat diterima oleh-ibu-ibu balita. 2. Apabila komunikator berperan aktif dalam memberi informasi dan inovasi kesehatan, relatif akan mudah menyebar dalam masyarakat. 3. Inovasi kesehatan akan mudah diterima apabila komunikator cukup profesional dan terpercaya. 4. Setiap masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah dan menginginkan kemajuanperbaikan hidupnya dia dapat mengubah sikapnya kalau dirangsang dengan harapan-harapan positif. 5. Inovasi yang rendah biaya dan mudah dilaksanakan pengapdopsiannya cepat.

2.5. Posyandu dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Kesehatan