5. Sering bertatap dengan media komunikasi massa seperti radio.
Pengaruh insentif
Ibu ini tertari pada Posyandu karena Posyandu memberi insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu adalah memberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan
tetapi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali bisanya pengadopsian inovasi juga berhenti. Inilah yang merupakan masalah
pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif. Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita
menganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relative itu sendiri, yang tidak mungkin terpeliharanya pengadopsian inovasi kesehatan. Insentif yang
diberikan oleh Posyandu dalam suatu cara untuk merintis masyarakat lingkungan secara bertahap agar bisa membiayai kesehatan mereka.
5. AM
Ibu ini kawin pada usia 20 tahun setelah menamatkan pendidikan di Diploma III Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD di Lhokseumawe.
Ia mempunyai dua orang anak. Anak pertama perempuan berumur 2 tahun. Anak kedua laki-laki berumur 2 bulan. Pekerjaan guru SD, dia mengajar di kelas III.
Suaminya adalah sarjana IAIN Jamiah Arraniri , Fakultas Usuluddin, tamat tahun 1987 di Banda Aceh. Pekerjaan suami adalah guru SMP.
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
Ibu ini bisa membaca surat kabar karena disekolahnya ada surat kabar. Berita-berita yang sering di bacanya antara lain, kesehatan dan keluarga berencana.
Ia mempunyai radio. Berita-berita yang sering didengarkan adalah siaran pedesaan. Ia belum mempunyai televisi, sangat jarang sekali menonton televisi.
Siaran yang disenangi adalah siaran pendidikan dan siaran pedesaan serta sinetron tentang keluarga bahagia.
Pengetahuan tentang Posyandu dikenalnya pertama kali melalui kader. Menurut Ibu ini Posyandu tersebar dan dikenal oleh Ibu-Ibu balita melalui kader dan
saluran komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi melalui jalur tatap muka antar Ibu-Ibu balita dan jalur antar tetangga. Peranan media massa seperti radio, televisi
dan surat kabar tidak menunjang dalam penyebaran program kesehatan dalam Posyandu. Ibu-Ibu bali mengenal program kesehatan Posyandu melalui kader saluran
tetangga dan pemuka masyarakat. Ibu ini mengenal Posyandu melalui kader. Setelah mengenal Posyandu ia
terdorong untuk mengikuti karena Posyandu banyak manfaatnya. Program kesehatan dikenal melalui Posyandu. Keputusan yang diambil dalam mengikuti Posyandu
adalah keputusan sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya dalam Posyandu.
Menurut Ibu ini manfaat Posyandu untuk membantu Ibu-Ibu balita dalam memperbaiki kesehatannya. Dengan adanya Posyandu di Banda ini tidak perlu lagi ke
Puskesmas, sehingga menghemat tenaga dan biaya.
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
la mengenal program kesehatan Posyandu yaitu, antara lain, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, kesehatan Ibu dan anak, gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare. la belum masuk keluarga berencana karena baru dua anaknya. ia masih ingin mempunyai anak. Adapun mengenai jumlah anak yang dinginkan tidak
disebutkan. Tetapi ia mengikuti juga penyuluhan KB, kawin pada umur 20 tahun. Satu tahun sesudah ia kawin baru memperoleh anak.
Ibu ini pada waktu hamil 7 bulan, ia disuntik TT. Ia mengerti pada waktu hamil Ibu-Ibu balita perlu makanan bergizi supaya anak yang dikandung itu sehat.
Apabila menyusukan anak ia perlu minum air banyak. la aktif menimbang anaknya. Gizi anaknya diatur dengan baik, yaitu tiga kali
makan dalam sehari, yaitu pagi, siang dan malam. Tetapi, Ibu ini sering anaknya tidak mau makan karena tidak disenangi makanannya. la mempunyai kartu menuju
sehat KMS. KMS ialah kartu yang mencatal hasil penimbangan anak-anak balita. Selain itu diberi juga tambahan makanan anaknya yaitu bubur.
Pada umur 4 sampai 6 bulan diberi makanan lunak. Berat badan anagnya yang pertama 10,5 kg, umurnya 2 tahun 6 bulan. Berat badan yang kedua 4,6 kg umurnya 1
bulan. Menurut Ibu ini, untuk memperbaiki gizi anak Ibu balita setiap bulan harus ditimbang, diatur makanannya dan diberi vitamin A dan B.
Pengertian mengenai anak sehat dan makanan sehat. Anak sehat menurutnya adalah anak yang tidak sakit, berat badan naik, nafsu makan baik dan tidur baik.
Makanan sehat adalah makanan yang meliputi empat sehat lima sempurna, dimana
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
terdapat di dalamnya zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Zat tenaga meliputi antara lain beras, mie dan ubi kayu. Zat pembangun yaitu ikan, daging dan telur. Zat
pengatur adalah buah-buahan seperti pepaya, nenas, pisang dan semangka. Anak pertama yang sudah lengkap imunisasinya. Setiap bulan anaknya masih ditimbang
karena belum cukup umurnya 5 tahun. Anak yang kedua belumlengkap imunisasinya. Ia mengetahui yang disebut diare, yaitu berak-berak encer lebih dari tiga kali
sehari. Pengobatannya adalah larutan gula-garam. Menurutnya cara pembuatan larutan gula garam yaitu 1 sendok gula, 14 sendok garam dapur dan 1 gelas air lalu
diaduk. Apabila anaknya menceret diberi tetap ASI. Anaknya disapih pada usia 2 tahun.
Ibu ini adalah salah seorang anggota tim penggerak PKK. Ia aktif sebagai pengerus kegiatan PKK dan Posyandu. Adapun mengenai kebersihan lingkungan, Ibu
ini lingkungannya cukup bersih, rumah sederhana dan ada kamar-kamar. Rumahnya memiliki comberan, WC, dan tempat pembuangan sampah.
Pekarangannya dimanfaatkan dengan baik, ia menanam sayur-sayuran sebagai taman gizi kebutuhan rumah tangga dan bunga-bungaan. Tetapi tidak beternak ayam
dan itik karena selalu diserang penyakit dan tidak ada penyuluhan mengenai cara memelihara ayam kampung yang baik.
Pengobatan yang diadakan oleh Posyandu sangat bermanfaat bagi Ibu-Ibu balita dan masyarakat umum. Ibu-Ibu balita tidak perlu lagi ke Puskesmas. Dokter
atau bidan yang memberi pengobatan dan pelayanan di Posyandu cukup menciptakan
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
keakraban dan kehangatan dalam melayani Ibu Ibu balita. Dokter atau bidan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Aceh dalam berkomunikasi dengan Ibu-
Ibu balita untuk memudahkan pelayanan dan pengobatan.
Analisis
Ibu ini sering membaca surat kabar dan mendengarkan radio. Tetapi ia belum mempunyai televisi. Ibu ini memperoleh banyak informasi tambahan. Informasi
kesehatan diperolehnya lewat Posyandu terutama program kesehatan Posyandu. Ibu ini memperoleh informasi kesehatan lewat saluran komunikasi
interpersonal. Informasi kesehatan disalur kan lewat jaringan kader, bidan dan dokter. Komunikasi interpersonal sangat memegang peranan penting. Ibu ini memperoleh
juga informasi kesehatan lewat poster Posyandu. Bagi Ibu ini cukup memahami poster-poster kesehatan karena tingkat pendidikan Ibu ini adalah tamatan SPG. Ibu ini
rajin mengunjungi Posyandu. Pada awalnya ia berkunjung ke Posyandu karena penyampaian oleh kader. Peranan Kader sangat aktif dalam menggerakkan Ibu-Ibu
balita untuk berpartisipasi dalam Posyandu. Karena pada tahap permulaan Posyandu belum dikenal oleh Ibu-Ibu balita. Informasi tentang Posyandu tidak diperoleh lewat
media massa. Ibu kesehatan lewat ini mengadopsi inovasi kunjungan kader ke rumahnya.
Pertama-tama ia diberi tahu oleh kader tentang program kesehatan Posyandu. Ibu ini memperoleh pengetahuan dan persuasi lewat kader. Ia selalu memperoleh
pengetahuan dan persuasi pada saat berkunjung. Ia melaksanakan dan mengambil
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
keputusan untuk mengadopsi program kesehatan Posyandu atas dasar bahwa Posyandu itu sangat berguna bagi Ibu-Ibu balita.
Adopsi Posyandu tidak diterima inovasi kesehatan lewat saluran komunikasi massa. Menurutnya program kesehatan Posyandu besar, mudah dilaksanakan
manfaatnya karena terpadu, risiko kecil, cocok dengan kondisi Ibu-Ibu balita di lingkungan karena murah, tidak rumit mudah dipraktekkan seperti membuat larutan
gula garam. Struktur sosial dan norma sistem sosial masyarakat desa tidak menolak
inovasi kesehatan. Orang-orang yang tingkat sosial ekonominya lemah tetapi tingkat pendidikan adalah D III PGSD mudah menerima inovasi kesehatan.
Norma sistem sosial Ibu ini me1iputi sistem sosial ekonomi, ciri-ciri kepribadian dan ciri-ciri komunikasi. Norma sistem sosial tersebut dapat diuraikan
dibawah ini:
Sistem sosial ekonomi
1. Pendidikan Diploma III PGSD.
2. Status sosialnya sederhana ditandai dengan tingkat kehidupan dan pendapatan
sangat sederhana, pekerjaan pokok guru SD dan rumah sederhana. 3.
Mobilitas sosialnya cukup status sebagai guru SD.
Ciri kepribadian
1. Hubungan interpersona1 sangat kuat yaitu kekerabatan dan kekeluargaan sangat
menonjol sebagai ciri kehidupan di desa.
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
2. Memiliki sikap lebih berkenan terhadap perubahan.
3. Memiliki sikap lebih berkenan terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan.
4. Motivasinya untuk meningkatkan taraf hidup cukup baik.
5. Kesehatan adalah hal yang sangat utama beginya.
Ciri komunikasi
1. Ikut dalam kegiatan partisipasi sosial seperti mengikuti kegiatan PKK.
2. Dalam berkomunikasi yang digunakan adalah komunikasi interpersonal.
3. Komunikasinya lebih bersifat terbuka bukah hanya dalam lingkungan.
4. Sering berkomunikasi dengan kader kesehatan.
5. Sering bertatap dengan media komunikasi Massa seperti radio dan telivisi.
Pengaruh insentif
Ibu ini tertarik pada Posyandu karena Posyandu memberi insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu untuk mempercepat pengadopsian inovasi kesehatan ia
memberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan tetapi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali bisanya pengadopsian
inovasi juga berhenti. Inilah yang merupakan masalah pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif.
Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita rnenganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relatif itu sendiri,
yang tidak mungkin terpeliharanya pengadopsian inovasi kesehatan. Insentif yang diberikan oleh Posyandu dalam suatu cara untuk merintis masyarakat secara bertahap
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
agar bisa membiayai kesehatan mereka. Ibu ini memanfaatkan pekgngan rumahnya untuk tanaman bergizi oleh karena
Ibu ini adalah seorang guru ia memperhatikan gizi. Gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan dan kecerdasan anak.
6. S H D