Pengaruh insentif
Ibu ini tertarik pada Posyandu karena Posyandu memberi insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu untuk mempercepat pengadopsian inovasi kesehatan ia
memberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan tetapi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali bisanya pengadopsian
inovasi juga berhenti. Inilah yang merupakan masalah pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif.
Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita menganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relatif itu sendiri,
yang tidak mungkin terpeliharanya pengadoopsian inovasi kesehatan. Insentif yang diberikan oleh Posyandu adalah suatu cara untuk merintis masyarakat Lingkungan
secara bertahap agar bisa membiayai kesehatan mereka.
4. HD
Ibu ini pada usia yang cukup muda, 16 tahun, sudah dikawinkan oleh orang tuanya. Ia hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SD. Setelah naik kelas 3 ber-
henti sekolah. Umurnya sekarang mencapai 32 tahun. ia memperoleh 4 orang anak, 3 perempuan dan 1 laki-laki. Sudah 16 tahun lamanya membina rumah tangga.
Suaminya adalah seorang petani, pendidikan suami tidak tamat SD Ia tidak memiliki sama sekali salah satu media komunikasi massa. Ia tidak
pernah membaca surat kabar. Ia mendengarkan radio dan nonton telivisi yang sangat
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
penting pada tetangga, disenangi adalah lagu-lagu. Menonton sinetron di televisi sangat suka sekali.
Menurut Ibu ini saluran komunikasi interpersonal memegang peranan penting dalam menyebarkan program-program kesehatan Posyandu yang meliputi lima
program yaitu keluarga berencana, kesehatan KIA, Ibu dan anak gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Posyandu dan program-programnya tersebar melalui jalur
tetangga dan jalur komunikasi tatap muka antar Ibu-Ibu balita, disamping kader berperan aktif mengunjungi yang rumah-rumah Ibu balita.
Pengetahuan tentang Posyandu dikenal pertama kali melalui kader. Posyandu tersebar melalui saluran komunikasi interpersonal. Media komunikasi massa tidak
mendukung penyebaran Posyandu di Banda Sakti. Pertama kalinya ke Posyandu karena dorongan kader dan sekarang sudah sadar sendiri. Pesan-pesan kesehatan
diterima melalui penyampaian kader dan penyuluhan di Posyandu oleh dokter atau bidan dan kader. Keputusan yang diambil untuk menerima Posyandu atas dorongan
sendiri setelah mengetahui manfaatnya dari kader. Program kesehatan Posyandu sudah sadar sendiri. Kegunaan Posyandu adalah untuk memperbaiki kesehatan anak
balita. Program kesehatan Posyandu meliputi lima program yang diketahui melalui
penyuluhan dokter, bidan dan kader. Ia mengikuti KB setelah mempunyai 4 orang anak. Alat KB yang digunakan adalah suntikan. Ia alat kontrasepsi Suntik dalam 3
bulan sekali. Selama menggunakan alat KB ia tidak mempunyai keluhan. Alat KB
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
yang lain tidak digunakan seperti sipiral, karena mereka waktu pemasangan spiral. Sebelum ibu ini ber-KB, jarak kelahiran anaknya yaitu dua anak lahir dalam waktu 3
tahun. Bersalin melalui dukun terlatih atau dukun bayi. Ibu ini memahami kesehatan Ibu mengenai cara perawatan hamil, antara lain
makan makanan yang bergizi dan suntik TT. Pada waktu hamil ia dirawat oleh dukun dan bersalin melalui dukun.
Ia menimbang anaknya setiap bulan untuk mengetahui berat badannya. Berat badan anaknya mencapai 12,6 kg dalam usia 2 tahun lebih. Ia mempunyai kartu
menuju sehat KMS . KMS yaitu kartu yang mencatat timbangan anak balita. Ia mengetahui apabila Ibu menyusui perlu minum air banyak dan makan makanan
bergizi. Makanan bergizi adalah makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna. Adapun pengertian anak sehat adalah anak yang tidak sakit, timbangan
naik dan nafsu makan baik. Pada umur 5 bulan anaknya diberi makanan lunaklembek, dan umur 8 bulan diberikan makanan padat.
Anaknya sudah diimunisasi dengan suntikan TT, BCG, DPT, polio dan campak. Ia mengetahui apa yang disebut diare, yaitu berak-berak encer lebih dari tiga
kali sehari. Pengobatan diare dilakukan dengan oralit dan larutan gula garam LGG. Ia memahami cara membuat larutan gula garam yaitu sendok 1 gula, 14 sendok teh
garam dapur dan satu gelas air lalu diaduk. Apabila anaknya berak-berak tetap diberi ASI. Ia aktif mengikuti Posyandu. Adapun kegiatan mengenai kebersihan lingkungan,
lingkungan Ibu ini sudah bersih dan teratur, ada WC, dan tempa tempat comberan,
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
buangan sampah. Situasi rumahnya sudah ada kamar-kamar. Rumahnya sederhana tetapi bersih.
Pekarangan dimanfaatkan dengan menanam sayur sayuran, tetapi tidak itik karena beternak ayam dan selalu diserang penyakit. Tidak ada penyuluhan mengenai
cara memelihara ayam kampung. Pengobatan yang diadakan oleh Posyandu sangat bermanfaat bagi Ibu-Ibu
balita, karena menghemat biaya dan transpor Ibu-Ibu balita tidak perlu lagi ke Puskesmas. Dokter atau bidan yang memberi pelayanan dan pengobatan di Posyandu
cukup menciptakan keakraban dan kehangatan dalam melayani Ibu-Ibu balita. Dokter atau bidan menggunakan bahasa Aceh dalam berkomunikasi dengan Ibu-Ibu
balita untuk memudahkan pelayanan pengobatan.
Analisis
Ibu ini tidak mempunyai radio, tetapi sering mendengarkan radio pada tetangga. ia menonton televisi di rumah tetangga. Tidak pernah membaca surat kabar.
Bila mendengarkan radio yang disenangi adalah drama dan lagu lagu. informasi kesehatan lebih banyak diperoleh lewat Posyandu.
Ibu ini memperoleh informasi kesehatan lewat komunikasi interpersonal. Informasi kesehatan disalurkan lewat jaringan kader, bidan dan dokter. Komunikasi
interpersonal sangat memegang peranan penting. Ibu ini memperoleh juga inforrnasi kesehatan lewat poster Posyandu. Poster
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
sifatnya visual. Bagi orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah sulit memahami poster. Poster itu memerlukan penjelasan karena banyak pesan-pesan komunikasi
yang terdapat di dalamnya sulit dipahami oleh Ibu-Ibu balita yang tingkat pendidikannya rendah.
Ibu ini rajin mengunjungi Posyandu. Pada awalnya ia berkunjung ke Posyandu karena penyampaian oleh kader. Ibu ini berpartisipasi karena ada yang
memberi dorongan. Partisipasinya bukan karena dorongan sendiri. Partisipasi yang berlaku karena didasarkan atas insentif.
Ibu ini mengadopsi inovasi kesehatan lewat kunjungan kader ke rumahnya. Pertama-tama ia diberi tahu oleh kader tentang program kesehatan Posyandu. Ibu ini
memperoleh pengetahuan dan persuasi lewat kader. Setelah ia memperoleh pengetahuan dan persuasi ia selalu berkunjung ke Posyandu. Berdasarkan
pengetahuan dan persuasi yang diperolehnya dari kader ia mengambil keputusan dan menilai bahwa Posyandu itu sangat bermanfaat baginya. Ia melaksanakan dan
mengambil keputusan untuk mengadopsi program kesehatan Posyandu atas dasar bahwa Posyandu itu sangat balita. Berguna bagi Ibu-Ibu balita.
Adopsi inovasi kesehatan Posyandu tidak diterima lewat saluran komunikasi massa. Menurutnya program kesehatan Posyandu manfaatnya besar, mudah
dilaksanakan karena terpadu, risiko kecil, cocok dengan kondisi Ibu-Ibu balita di lingkungan karena murah, tidak rumit mudah dipraktekkan seperti membuat larutan
gula garam. Perjalanan waktu proses adopsi inovasi kesehatan Posyandu tidak
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
memakan jangka waktu yang lama. Karena inovasi kesehatan ini memberikan insentif bagi Ibu-Ibu balita.
Struktur sosial dan norma sistem sosial masyarakat tidak menolak inovasi kesehatan. Orang-orang yang tingkat sosial ekonominya lemah dan tingkat
pendidikan relatif rendah inovasi kesehatan sangat membantu baginya dalam meningkatkan kesehatannya. Konsekuensi berupa menolak kehadiran inovasi
kesehatan di lingkungan tidak ada. Berlainan halnya dengan inovasi traktor banyak petani yang menolak karena harganya mahal sulit dijangkau oleh petani kecil.
Norma sistem sosial
Norma sistem sosial Ibu ini meliputi sistem sosial ekonomi, ciri-ciri kepribadian dan ciri-ciri komunikasi. Norma sistem sosial tersebut dapat diuraikan
dibawah ini.
Sistem sosial ekonomi
1. Pendidikan relatif rendah tidak tamat SD namun dapat baca tulis.
2. Status sosialnya sangat rendah ditandai dengan tingkat kehidupan dan pendapatan
sangat lemah serta rumah sederhana. 3.
Mobilitas sosial sangat rendah 4.
Petani kecil dengan lahan yang sangat sempit. 5.
Orientasi ekonominya sangat tradisionil karena struktur perekonomian di
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
lingkungan sangat ditentukan oleh ikatan-ikatan sistem pertanian. Para konsumen adalah petani-petani kecil sehingga perekonomian tidak bisa berkembang ke arah
yang lebih besar. 6.
Pekerjaan pokoknya- adalah petani.
Ciri kepribadian
1. Hubungan interpersonal sangat kuat dengan pola kekerabatan dan kekeluargaan
yang menonjol tidak ada aturan-aturan formal yang mengikat misalnya dalam bertamu sangat interpersonal sifatnya.
2. Masih dogmatis yakni mempercayai pengobatan-pengobatan tradisionil bersalin
melalui dukun beranak, namun sudah menerima inovasi kesehatan modern karena selalu berkunjung ke Posyandu.
3. Sudah terbuka terhadap perubahan.
4. Orientasinya terhadap pendidikan sangat rendah karena ia berpendidikan rendah.
5. Ingin berubah kearah kehidupan yang lebih baik, anak anaknya sekolah di SD.
Ciri komunikasi
1. Ikut dalam kegiatan partisipasi sosial seperti mengikuti kegiatan PKK.
2. Dalam berkomunikasi yang digunakan adalah komunikasi interpersonil
3. Komniikasinya hanya dalam lingkungan Lingkungannya.
4. Sering berkomunikasi dengan leader kesehatan.
M. Nasir : Peran Posyandu dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe.
USU e-Repository © 2008.
5. Sering bertatap dengan media komunikasi massa seperti radio.
Pengaruh insentif
Ibu ini tertari pada Posyandu karena Posyandu memberi insentif. Salah satu strategi pemasaran Posyandu adalah memberikan insentif kepada Ibu-Ibu balita. Akan
tetapi sering kali efek insentif itu agak mengecewakan. Apabila insentif itu ditarik kembali bisanya pengadopsian inovasi juga berhenti. Inilah yang merupakan masalah
pokok sejauh mana Posyandu dapat mempertahankan insentif. Apabila insentif Posyandu dihentikan kemungkinan Ibu-Ibu balita
menganggap insentif itu sebagai bagian terpisah dari keuntungan relative itu sendiri, yang tidak mungkin terpeliharanya pengadopsian inovasi kesehatan. Insentif yang
diberikan oleh Posyandu dalam suatu cara untuk merintis masyarakat lingkungan secara bertahap agar bisa membiayai kesehatan mereka.
5. AM