tidak diukur dalam katagori jumlah, tetapi HTI berhasil dalam membentuk kader- kader yang militan dan berkomitmen. Keberadaan aktivis juga sangat berpengaruh
untuk melakukan rekrutmen anggota, sebab di HTI UIN Jakarta setiap anggota baik itu mudaris maupun hizbiyin diwajibkan untuk mengajak dan terus mendakwakhan
ide-ide ke-HTI an ke khalayak. Selaian berperan dalam merekrut anggota, para aktivis juga dituntut untuk
komitmen untuk terus bejuang menegakan ide-ide HTI meskipun mereka sudah tidak memegang setatus mahasiswa lagi. Dari segi material para aktivis juga di minta untuk
menyumbangkan waktu, tempat, serta uang seikhlasnya untuk perjuangan dakwah. Menurut keterangan Gustar saat berdialog dengan penulis dalam forum
halaqah‟am menyebutkan:
Kita tidak bisa memungkiri bahwa setuap perjuangan dakwak itu harus didukung oleh berbagai faktor, selain keberadaan para aktivis yang setia juga perjuangan
dakwah membutuhkan materi dana demi perjuangan dakwah Islam. Kami di HTI menerima sumbangan dari anggota tetapi sifatnya seiklasnya. Nanti setelah antum
penulis melanjutkan ke tahap berikutnya antum akan ditawarkan untuk membayar infak atau dalam bahasa kami biasa disbut Iltizmat. Dana itu nantinya akan di
kumpulkan sebagai sumbangan untuk perjuangan dakwah Islam di HTI
.
57
Selain sumbangan dari peserta halaqah ‟am, kader-kader lain yang statusnya
sudah menjadi hizbiyin juga turut memberikan partisipasi materi dalam bentuk sumbangan uang yang diberlakukan se-bulan satu kali. Namuan, sifatnya masih sama
57
Wawancara penulis dengan Gustar pembina penulis ketika mengikuti hallaqoh umum, Pada 2 Februari 2013, pukul 20.30 wib, di Masjid Al-Mugirah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota
Tangerang Selatan Prov. Banten.
yaitu setiap anggota tidak diwajibkan membayar melainkan hanya di minta seikhlasnya dan tanpa patokan nominal.
58
Aktivitas lainnya yang biasa dilakukan para aktivis HTI di UIN Jakarta adalah keterlibatan mereka pada berbagai kegiatan-kegiatan seperti diskusi, pembuatan
opini, sosialisasi ke mahasiswa dan masyarakat, pembuatan kelompok-kelompok studi dan lain-lain. Dari beragam pemaparan di atas, nampaknya sumberdaya yang
paling penting dari para aktivis HTI yaitu kesetiaan dan sikap konsisten yang dimiliki para aktivis terhadap HTI. Sebagaimana telah umum diketahui bahwa kader-kader
HTI cukup populer dengan militansi yang mereka miliki untuk organisasi, paling tidak inilah yang menjadi modal sosial HTI untuk tetap eksis di UIN Jakarta. Oleh
kerena itu, penulis memasukan aktivis adalah salah-satu faktor pendukung eksistensi HTI sejak menit pertama mereka masuk UIN hingga saat ini.
G. Eksistensi HTI sebagai Indikator Fundamentalis Islam di Kampus UIN Jakarta
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa keberadaan HTI di kampus UIN dimulai sejak tahun 2001, kemudian di tahun-tahun selanjutnya
HTI mempertajam pengaruhnya hingga pada tahap berinteraksi dengan umat. Tahapan ini merupakan tahapan ke dua dalam pola gerakan dan strategi kaderisasi
yang di bangun oleh HTI di kampus UIN. Pada level ini gerakan HTI lebih terlihat
58
Wawancara penulis dengan Gustar pembina penulis ketika mengikuti halaqah umum, Pada 2 Februari 2013, pukul 20.30 wib, di Masjid Al-Mugirah Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota
Tangerang Selatan Prov. Banten.
inklusif dalam artian mereka mulai membuka ruang dalam melakukan interaksi secara langsung pada mahasiswa.
Berbagai kegiatan-kegiatan HTI misalnya sudah mulai dilakukan secara terbuka diberbagai jurusan-jurusan, masjid-masjid sekitar kampus, media kampus,
dan seterusnya. Adanya berbagai kegiatan rutin dan kepengurusan organisasi HTI cabang Ciputat yang lingkupnya UIN Jakarta menunjukan bahwa HTI adalah
organisasi yang memiliki eksistensi di kampus UIN Jakarta, meskipun dalam tataran jumlah anggota HTI masih relative kecil dibandingkan dengan organisasi-organisasi
lain yang eksis di UIN Jakarta. Dalam wacana gerakan social HTI tergolong pada gerakan religio-politik yang
berusaha mengubah system sekuler dengan system yang didasarkan pada agama. Corak politik-keagamaan HTI terlihat jelas pada perjuangannya terhadap struktur
politik Islam di bawah khilafah Islamiyah.
59
Ideologi yang di pegang HTI adalah ideologi Islam, Islam bagi HTI bersifat universal sehingga Islam berada di segala
aspek kehidupan baik politik, social, ekonomi, hukum dan lain-lain. Komitmen HTI terhadap Islam menjadikan mereka terlihat ekslusif ketika
dihadapkan pada gagasan-gagasan dari luar Islam seperti pada gagasan politik demokrasi, ekonomi kapitalis, hukum yang di adopsi dari Barat dan sebagianya.
60
Pada ranah kultural terutama yang berhubungan dengan budaya berbusana atau tutup
59
Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al- Tahrir Indonesia, h. 93-120.
60
Ibid., 35.
aurat anggota HTI lebih menekankan pada budaya ketimuran yang diyakini sebagai budaya pro-
syari‟at Islam. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan banyaknya anggota HTI terutama muslimah HTI di lingkungan kampus UIN yang begitu ketat dalam
mengatur persoalan busana. Busana yang ditekankan muslimah HTI adalah busana yang menutup aurat seperti pemakaian jilbab, rok panjang, dan baju-baju muslimah
yang umumnya menutup seluruh bagian tubuh. Bagi mereka pemakain jins, rok mini, kaos pendek bagi wanita adalah budaya berbusana ala Barat yang sengaja
diperuntukan untuk merusak kultur berbusana Islam, untuk itu perlu dihindari.
61
Beberapa sikap dan karakter di atas melahirkan asumsi bahwa terdapat kemiripan-kemiripan terutama pada aspek karakter yang dimiliki gerakan Islam HTI
dengan gerakan fundamentalis atau lebih tepatnya dikenal dengan Islam fundamentalis. Meminjam apa yang dikonseptualisasikan
oleh Fazlur Rahman, fundamentalisme Islam merupakan reaksi terhadap kegagalan modernisme Islam
klasik, karena ternyata yang disebut terakhir ini tidak mampu membawa masyarakat dan dunia Islam kepada kehidupan yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai gantinya fundamentalisme Islam mengajukan tawaran solusi dengan kembali kepada sumber-sumber Islam yang murni dan otentik, dan menolak segala sesuatu
yang berasal dari warisan modernisme Barat.
62
61
Wawancara penulis dengan Zakiyatun Nufus anggota muslimah HTI UIN Jakarta dilakukan pada 27 Mei 2013, di kantin fakultas dakwah dan komunikasi. Pukul 13.00 wib.
62
Ahmad Nur Fuad, “Interrelasi Fundamentalisme dan Orientasi Ideologi Gerakan Islam Kon
temporer”, Jurnal Ilmiah, h. 4.