Tahapan Berinteraksi dengan Umat Marhalah Al-Tafaul Ma’a Al-

kehidupan manusia bagi An-Nabhanni berakar pada persoalan aqidah, maka jika persoalan manusia ingin dipecahkan, dan bahkan bisa mengarah pada kebangkitan, hal yang harus dibenahi adalah persoalan aqidah sebagai landasan berfikirnya. Dalam ungkapan yang lebih konseptual terkait ideologi An-Nabhani terdiri dari dua unsur penting. 35 Pertama, fiqrah konsepsi yang memuat aqidah aqliyah dan sistem aturan nizam merupakan pemecahan terhadap berbagai permasalahan dalam bentuk sekumpulan hukum syara yang mengatur kehidupan manusia dengan berbagai masalahnya seperti hukum-hukum ibadah, hukum jual beli, pernikahan dan lain sebagainya. Unsur pertama ini menurut An-Nabhani perlu dijadikan al-aqidah al- fiqriyah aqidah berfikir dan al-qiyadah al-fiqriyah kepemimpinan ideologis. Unsur kedua dalam ideologi adalah thariqah yaitu, cara menerapkan berbagai pemecahan terhadap permasalahan manusia, cara untuk memelihara aqidah, dan cara untuk menyebarkan aqidah. Adapun kitab mafahim hizb al-tahrir kitab ini bisa dikatakan sebagi kelanjutan dari kitab sebelumnya. Kitab mafhim ini lebih menjelaskan pada pernyataan visi dan misi HTI, sedangkan nizam merupakan manifesto ideologi HTI. Dalam mahfim ini ditegaskan bahwa HTI merupakan partai politik yang memiliki visi ingin melangsungkan kembali kehidupan Islam isti‟naf al-hayat al-Islamiyah. Pada ummnya visi-misi ini berlaku pada semua HTI di seluruh dunia, termasuk di UIN 35 Ibid., h. 168-169. Jakarta. Visi dan misi HTI UIN Jakarta, secara substansial memiliki keterkaitan dengan visi-dan misi HT secara global. Kedua, untuk merealisasikan misi kebangkitan dan menggerakan kebangkitan melalui dakwah Islam ke seluruh dunia, serta menegakan kembali daulah khilafah Islam yang bisa menjamin diterapkannya syariat Islam secara universal. Kitab yang terakhir al-takattul al-hizb, kitab ini menjelaskan secara rinci dan oprasional langkah-langkah pembentukan HTI dan strategi perjuangannya untuk mencapai cita-cita ideologi dan visi-misinya. HTI diyakini oleh An-Nabhani bisa berkembang seprti yang diharapkan jika sejak awal pembentukannya memperhatikan dua hal penting, yaitu: ideologi dan kualitas manusia pengemban HTI. Dalam pembahasan sebelumanya, ideologi terdiri dari dua nsur yaitu fiqrah dan tariqah. Kitab terakhir ini mengingatkan kembali pentingnya ideologi terutama dalam unsur fiqrah. Ideologi harus terinternalisasikan oleh seseorang yang berperan sebagai cikal bakal bagi perkembangan awal HTI. berangkat dari yang pertama ini, maka akan terbentuk cikal bakal berikutnya. Perkembangan ini dikalangan aktivis HTI dikenal dengan al-khalaqah ula, sebagai awal terbentuknya organisasi kepartaian. Karena sejak awal telah adanya internalisasi, maka ikatan yang akan terbentuk adalah ikatan ideologis dan ikatan seperti ini merupakan karakter HTI. Setrategi selanjutnya dalam tahapan berinteraksi dengan umah HT mmberlakukan tahapan tathqif jama‟i pembinaan kolektif. Dalam pembinaan ini HT lebih terlihat inklusif, karena kegiatan ini dilakukan melalui pengajian-pengajian umum secara langsung, di masjid-masjid, gedung, media, buku dan lain-lain. Dalam pengamatan penulis HTI UIN Jakarta cukup intensif dalam melakukan tathqif jama‟i yang berbentuk seminar, dialog publik, maupun penyebaran opini publik melalui media. Kegiatan seperti ini dilakukan HTI bertujuan untuk memperkenalkan HTI kepada masyarakat khususnya masyarakat terpelajar seperti mahasiswa. Dalam melakukan tathqif jama‟i yang berbentuk seminar, para aktivis HTI biasanya membagi seminar ini ke dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama biasanya bersifat inklisif, artinya seminar ini bebas diikuti oleh siapa saja yang memiliki ketertarikan dengan HTI. Sebagai contoh pada tahun 2004 HTI UIN Jakarta menyelenggarakan seminar nasional khilafah bertajuk “Penegakan Syari‟at Islam Relefankah ?...”. Seminar ini dihadiri oleh hampir seluruh perwakilan dari organisasi- oransasi di lingkungan kampus UIN Jakarta, sehingga Aula Student Center pada saat itu tidak mampuh menampung peserta yang hadir. 36 Selain seminar yang dilaksanakan pada 2004, pengurus komisariat HTI UIN Jakarta juga kembali melaksanakan program seminar di 2012-2013. Pada tahun ini seminar HTI bersifat rutin, diadakan se-minggu satu kali di masjid-masjid sekitar kampus. Menurut keterangan keterangan Ust. Fadlan menyebutkan: Pada tahaun 2012 hingga 2013, HTI UIN Jakarta memutuskan kebijakan baru yaitu berkenaan dengan diselenggarakannya seminar bertajuk Islam: “Aqidah, dan Syariah, Solusi Problematika Umat”. Seminar ini akan dilaksanakan se-minggu satu kali di 36 Yuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, h. 65. tempat-tempat tertentu khususnya di masjid-masjid, karena selama ini kami para aktivis HTI selalu membangun hubungan baik dengan pengurus-pengurus di masjid- masjid. Adapun masjid yang telah kami ajak kerjasama yaitu masjid al-mukhlisin Legoso Ciputat, masjid Fathullah UIN Jakarta dan lain-lain. 37 Untuk memperkenalkan HTI pada mahasiswa, dalam setiap kegiatannya HTI UIN Jakarta selalu membagikan selembaran yang isinya tentang pandangan atau sikap-sikap HTI terhadap isu yang diangkat dalam seminar tersebut. Selain untuk memperkenalkan HTI, kegiatan seminar tersebut juga sebagai media untuk mensosialisasikan gagasan besar HTI seperti penerapan syariat Islam dan mendialogkan secara kritis isu-isu terutama yang berhubungan dengan politik kontemporer, seperti kepemimpinan, ekonomi kapitalis, hukum dan lain-lain. Aktivistas tathqif jama‟i di HTI UIN Jakarta dilakukan juga dengan pembuatan opini di media-media kampus seperti radio kampus KPI, webset, buletin mingguan dan sebaginya. Pada saat ini menurut Ust. Gustar ketua Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta menyebutkan: Kami di Gema Pembebasan selalu melakukan aktivitas dakwah dan melakukan kritik sosial melalui buletin khusus Gema Pembebasan yang diterbitkan se-minggu satu kali. Dalam buletin itu, kami isinya tidak hanya soal isu-isu syariat, namun kami menuangkan isu umum juga, kemudian kami hubungkan dengan Islam sebagai solusi bagi permaslahan-permasalahan sekarang. Menurut kami, hanya dengan syariat Islam dan struktur politik khilafah semua masalah yang ada di Indonesia bisa atasi dan itu kami selalu tuangkan dalam buletin kami. Adapun tujuan dibuatnya buletin tersebut, kami mengharapkan agar mahasiswa sadar akan pentingnya syariat Islam dan khlafah Islamiyah . 38 37 Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, Pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. 38 Wawancara penulis dengan Gustar Pengurus Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta, pada 29 Maret 2013, pukul 20.00 wib , di Masjid Fathullah Ke. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. Berbagai kegiatan tathqif jama‟i ini tidak hanya dilakukan oleh kaum laki- laki, namun kaum perempuan juga ikut aktif didalam pelaksanaan ini. Salah satu kegiatan HTI perempuan yang baru-baru ini dilaksanakan adalah dialog interaktif di Saung Bambu. INA Ciputat dan tema yang diangkat adalah “Menjawab Pertanyaan Seputar Khilafah ”. 39 Aktivitas lainnya yang termaktub dalam tahap berinteraksi dengan umut marhalah al-tafaul m a‟a al-ummah, adalah al-sira‟ al-fikri pergolakan pemikiran. Gerakan ini didasarkan pada buku yang berjudul Mengenal Hizb Al-Tahrir: Partai politik Ideologis, yang menyatakan bahwa kegiatan ini beroientasi untuk menentang kepercayaan dan ideologi, aturan dan pemikiran kufur; menentang segala bentuk akidah yang rusak, pemikiran yang keliru, persepsi yang salah dan sesat dengan cara mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan dan pertentangannya dengan Islam. 40 Al- Sira‟ Al-Fikri pergolakan pemikiran, merupakan aktivitas politik HT yang bergerak dalam ranah pemikiran. Menurut para aktivis HT bahwa berbagai ketidak stabilan sosial yang selama ini terjadi di dunia Islam adalah akibat adanya gagsan-gagasan yang diproyeksikan dengan sengaja oleh Barat untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu, penting kiranya melakukan sebuah gerakan pemikiran yang ditunjukan untuk membendung gagsan-gagsan Barat. 39 Muslima h HTI Chapter UIN Jakarta, “Dialog Interaktif:Menjawab Pertanyaan Seputar Khilafah”, Pamflet Selembaran, 10 April 2013, bg 1. 40 Anonim, Mengenal Hizb al-Tahrir: Partai Politik Islam Ideologios, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002, h. 37. Salah satu aktivitas yang ditunjukan oleh para aktivis HT yang dapat dikelompokan sebagai bagian dari gerakan al- sira‟ al-fikri adalah buku Persepsi Budaya dari Barat. Dalam buku ini Zallum berusaha membantah pemikiran dari Barat yang dinilai bertentangan denga Islam seperti terorisme, dialog antar agama, jalan tengah sikap moderatkompromi, fundamentalisme dan lain-lain. 41 Dalam pengamatan penulis, aktivitas HT yang mengarah pada al- sira‟ al-fikri pergilakan pemikiran juga banyak dipraktekan oleh aktivis HTI di UIN Jakarta. Berbagai sarana sosial seperti media, selembaran, dialog, diskusi, dimanfaatkan sebagai sarana pembuatan opini publik untuk mengkritik ide-ide kufur Barat. Dalam teori gerakan sosial aktivitas seperti ini dijelaskan dalam pendekatan framing isu dimana gerakan sosial terlibat dalam skema interpretasi yang memungkinkan seseorang untuk mencari dasar legitimasi dan motivasi untuk terlibat dalam gerakan sosial. Dalam hal ini, gerakan sosial terlibat dalam proses produksi makna bagi peserta, target sasaran, dan pengamat gerakan. Dengan demikian, gerakan adalah agen-agen penanda yang secara aktif membentuk dan membangun makna yang sudah ada. 42 Di UIN Jakarta HTI sangat produktif dalam pembuatan makna, hal ini tertuang dalam beberapa tulisan dan penafsiran HTI terhadap isu-isu yang berkembang di Indonesia. Dalam interpretasi politik HTI, Islam difahami sebagai unit 41 Zallum, Persepsi-Persepsi Budaya dari Barat, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 1999, 7-57. 42 Mukhtadi., Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 24-25. integral dengan negara, artinya agama dan negara adalah satu kesatuan Islam wa al- daulah. Oleh kerena itu, HTI melakukan pembingkaian prognostik dalam menghadapi persoalan umat Islam dengan menawarkan gagasan Islam adalah solusi al-Islam huwa al-hall. Berdasarkan ijtihad seperti ini, maka dalam praktek gerakan pemikiran al- sira‟ al-fikri HTI UIN Jakarta selalu menghubungkan berbagai masalah dengan Islam sebagai solusinya. Hal ini termaktub dalam beberapa tulisan HTI di Kampus UIN Jakarta seperti dalam buletin Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta edisi I November 2012. Dalam buletin tersebut HTI mengambil tajuk “RUU Kementrian Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran”, yang didalamnya memuat beberapa tema tulisan yaitu Penanganan Korupsi dengan Syari‟ah, Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Menyongsosng Kebangkitan Islam dan RUU Kebangkitan Nasional. 43 Selain melalui media tulis gerakan al-si ra‟ al-fikri, HTI juga diaplikasikan melalui gerakan intelektual, yaitu dengan membentuk beberapa kelompok-kelompok studi ekstra kampus seperti Muslim Science Community, LISMA HTI, Muslimah HTI, Gema Pembebasan dan lain-lain. 44 Dalam aksinya kelompok-kelompok studi ini 43 HTI UIN Jakarta, “RUU Keamanan Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran,” Buletin Gema Pembebasan, edisi I November 2012, 1 44 Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. cukup rutin melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perkembangan pemikiran seperti diskusi, seminar, membuat tulisan-tulisan, dialog interktif dan sebagainya. Dari berbagai kegiatan yang pernah penulis ikuti di HTI UIN Jakarta menunjukan bahwa, hampir setiap minggu HTI mengadakan program diskusi, bahkan dalam satu minggunya mereka bisa mengadakan dua sampai tiga kali diskusi rutin. Adapaun topik yang biasa disajikan itu beragam, seperti konflik Timur Tengah, korupsi, migas, syari‟at Islam, deemokrasi, ekonomi Islam, dan sebaginya. Kelompok-kelompok studi ini sengaja dibentuk dengan harapan agar dapat mempengaruhi mindset mahasiswa yang telah terkonstruk fikirannya oleh ide-ide Barat, sehingga mereka bisa kembali sadar dan meyakini Islam sebagai solusi dari setiap persoalan. Para aktivis HTI menyadari bahwa ide-ide Barat telah banyak merasuki alam pikiran masyarakat, bahkan ide tersebut telah membudaya dalam gaya hidup mereka. Maka dari itu, usaha untuk merubah realitas tersebut tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan gerakan fisik saja, namun perlu ada gerakan pemikiran yang akan merubah secara fundamental terhadap kondisi tersebut. Gerakan lainya yang menjadi ciri khas HT dalam marhalah al- tafaul ma‟a al- ummah adalah al-kifah al-siyasi Perjuangan Politik. Sebagaimana telah disebutkan di bab sebelumnya, HTI dari awal dibentuk adalah organisasi politik. Oleh karena itu, HTI memiliki aktivitas politik. Dalam pandangan HTI, politik difahami sebagai aktivitas memelihara urusan umat, sedangkan politik dalam konteks Islam difahami HTI sebagai aktivitas memelihara dan mengatur urusan umat yang didasarkan pada ketentuan syari‟at Islam. 45 Menurut Ust. Fadlan ketika mengemukakan pandangan HTI terkait dengan politik menyebutkan bahwa : Bagi kami kerena HTI sejak awal adalah gerakan politik, maka berbagai aktivitas yang kami lakukan kami anggap gerakan politik. Kami mengimani bahwasanya hanya dengan gerakan politiklah kondisi sosial akan berubah. Adapun perjuangan di luar jalur politik meskipun itu dakwah Islam, kami masih meragukannya apabila ingin mengadakan perubahan secara menyeluruh. Dalam pandangan kami, Islam adalah negara dan politik, jadi perjuangan politiklah yang kami anggap lebih efektif, agar Islam bisa kembali dipraktekan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. 46 Meskipun HTI memiliki orientasi politik dan mengambil jalur politik dalam setiap gerakannya, namun HTI berbeda dengan organisasi kegamaan dan organisasi politik pada umumnya. Jamaah Tabliqh misalnya, mereka fokus pada dakwah murni, berkutat dalam hal transformasi kepercayaan individu terhadap nilai-nilai Islam, tapi mengabaikan keterlibatan aktif dalam politik. Selanjutnya gerakan Islam lainnya adalah PKS, gerakan ini menawarkan proyek Islamsasi dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Usaha PKS untuk mewujdkan Islamisasi, sebenarnya memliki kesamaan dengan gerakan Islam pada umumnya termasuk HTI dan Jamaah Tabligh yaitu terciptanya masyarakat yang dipandu oleh syari‟at Islam. 47 Meskipun PKS dan HTI adalah gerakan politik, akan tetapi pola gerakan yang dijalankan dari kedua organisasi tersebut memiliki perbedaan. Dalam menjalankan 45 Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 196. 46 Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. 47 Mukhtadi., Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 169. Islamisasinya PKS menggunakan pendekatan Islamisasistruktural. 48 Namun, Islamisasi struktural yang ditempuh PKS mengambil bentuk partisipasi politik formal yang ditunjukan untuk merekonstruksi kebijakan dan institusi negara dalam rangka menerapkan hukum Islam syari‟at di masyarakat. 49 Keberadaan ijtihad politik sepertri ini, menuntun PKS lebih bersifat ingklusif terhadap mekanisme demokrasi, bahkan PKS terlibat dalam partisipasi politik demokrasi di Indonesia. Lain halnya dengan HTI, perjuangan politik HTI tetap mengambil bentuk partai politik, tapi partai politik menurut HTI adalah partai yang harus melakukan pendidikan politik. Pendidikan politik ini bertujuan untuk menanamkan mafahim persepsi kehidupan sebagaimana telah dijelaskan dalam syari‟at Islam, dan Ideologi Islam. Kemudian, partai politik harus melakukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat bisa melalukan barganing position terhadap negara, sehingga negara tidak menyeleweng dari tugasnya. 50 Dalam hal pemberdayaan terhadap umat partai politik harus mampuh melakukan dua hal: Pertama, partai politik harus memperkenalkan Islam kepada umat secara sistematis dan utuh. Islam adalah ideologi way of life yang memuat tata aturan hubungan manusia dengantuhannya, manusia dengan sesamanya. Maka dari itu, belum bisa dikatagorikan sebagai ideologi umat dan berpengaruh di seluruh aspek 48 MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera: Terwujudnya Masyarakat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermanfaat, tanpa penerbit, tanpa tempat, 2007, h. 42. 49 MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera: Terwujudnya Masyarakat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermanfaat, h. 50 50 Wawancara penulis dengan Ust. Hanif aktivis senior HTI Fakultas Ushulludin dan Filsafat UIN Jakarta, pada 11 Mei 2013, di Bescamp HTI UIN Jakarta. Pukul 20:30 wib. kehidupan jika yang diserukan dari Islam hanya aspek parsial saja, misalnya akhlak dan ibadah. 51 Adapun mekanisme pemberdayaannya yaitu dengan melakukan pembinaan agar menjadikan Islam keyakinan dan standar kehidupan. Selanjutnya adalah paratai politik harus mampuh melakukan pencerdasan umat secara politik. Umat perlu diperkenalkan dengan politik Islam yakni, politik sebagai kegiatan mengurus persoalan umat. Selama ini, perjuangan HTI dalam melakukan dakwah dan mewujudkan cita- cita politiknya baru hanya sebatas pada tahap berinteraksi dengan umat marhalah al- tafaul ma‟a al-ummah, diamana pada tahap ini para aktivis HTI berjuang untuk menyeragamkan persepsi melalui proses interaksi. Setelah fase ini bisa dilakukan, fase selanjutnya adalah Tahapan Pengambilan Kekuasaan istilam al-hukum.

3. Tahapan Pengambilan Kekuasaan Istilam Al-Hukum

Tahapan yang terakhir dalam pola gerakan dan strategi kaderisasi dalam HTI adalah istilam al-hukum pengambilalihan kekuasaan. Sebagimana telah disebutkan bahwa sejak awal HTI memiliki misi politik yaitu mendirikan struktur politik Islam khilafah Islamiyah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan misi tersebut maka HT mengkonseptualisasikan agenda khusus yang tertuang dalam agenda istilam al- 51 Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib , di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tanmgerang Selatan Prov. Banten. hukum. Menurut HTI secara filosofi, tahapan ini memiliki geneologi yang kuat dengan strategi perjuangan Rasulullah ketika berjuang menegakan Islam pada penduduk Arab. Dalam sejarah Rasulullah, tahapan terpenting perjuangan Rasul adalah ketika ia berhasil mendirikan negara Islam yang ditandai dengan adanya Piagam yang sangat terkenal yaitu Piagam Madinah. Jadi menurut HTI perjuangan dakwah Islam tidak hanya sampai pada pembentukan moral umat saja, namun perjuangan Islam harus sampai pada terciptanya tatanan politik Islam di bawah struktur khilafah Islamiyah. Agenda istilam al-hukum yang dikonseptualisasikan oleh HT adalah tahapan terakhir dalam perjuangan dakwah Islam HT. Di bawah ini disajikan tabel tahapan-tahapan sebagai strategi yang ditempuh HT untuk menegakan kembali daulah khilafah Islam: 52 52 Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al- Tahrir Indonesia, h. 26. Fase Sebelum Daulah Berdiri Fase Berdirinya Khilafah Fase Setelah Daulah Berdiri 1. Fase pembinaan tathqif tahapan pembinaan dan pengkaderan untuk melahirkan individu- individu yang meyakini fiqrah dan tariqah Islam guna membentuk kerangka gerakan. 2. Fase berinteraksi dengan Masyarakat tafa‟ul ma‟a al- ummah: Tahapan berinteraksi dengan masyarakat agar masyarakat turut memikuk kewajiban menerapkan Islam serta Fase berdirinya daulah khilafah ditandai dengan dibaiatnya seorang khilafah oleh kaumuslimin Setelah daulah khilafah berdiri, maka metode dakwah untuk menyebarkan Islam yang paling menonjol adalah jihad memerangi kesirikan, dan kekafiran di seluruh penjuru dunia. Kemudian menggabungkan negeri-negeri di seluruh dunia ke dalam naungan khilafah Islamiyah. Sebagaimana tertera pada tabel di atas, pada fase ketiga setelah berdirinya khilafah Islamiyah, maka metode dakwah HTI mengalami perubahan. Sebelum mencapai pada fase ke-tiga, metode dakwah HTI menghindari unsur kekerasan. Menurut Ust. Fadlan menyebutkan bahwa: Penggunaan kekerasan sebagai tariqah untuk mencapai tujuan dakwah tidak boleh dilakukan oleh para aktivis HTI, baik di aktivis HTI yang di UIN Jakarta maupun yang di daerah-daerah lain sebelum daulah khilafah Islam berdiri. Selama keadaan belum berdiri ini, aktivitas kami hanya dibatasi pada aktivitas fikriyah pemikiran, yakni dengan cara menghujat dan menghancurkan pemikiran-pemikiran dan keyakinan-keyakinan yang merusak batil. Selama ini, kami di UIN Jakarta telah melakukan aktivitas itu melalui beberapa bentuk kegiatan seperti pembuatan opini melalui buletin maupun dalam bentuk diskusi langsung dengan para mahasiswa baik dikelas maupun diluar kelas . 53 Meskipun HTI memiliki proyek politik berdirinya khilafah Islamiyah dalam konteks global, akan tetapi pada saat ini aktivitas HTI di seluruh dunia termasuk di Indonesia baru hanya sampai pada tahap berinteraksi dengan umat tafa‟ul ma‟a al- ummah. Maka dari itu, aktivitas yang dilakukan oleh HT adalah aktivitas berinteraksi bukan gerakan jihad sebagaimana tertera dalam tahapan tekahir HT. 53 Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, Pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib. di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten. menjadikannya sebagai masalah utama. Dalam fase ini terdapat lima kegiatan, yaitu: thaqifah murakkaz, tatqif jama‟i, al-sira‟al- fikri, khifah al-siyasi, dan tabanni al-masallih al-ummah

F. Faktor-Faktor yang Mendukung Eksistensi HTI di Kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Sejak menit pertama diperkenalkannya HTI di kampus UIN Jakarta pada 2001, hingga saat ini aktivitas HTI masih berjalan dengan baik. Bahkan, tidak menuntut kemungkinan HTI telah mengalami peningkatan-peningkatan dalam berbagai aspek seperti intensitas gerakan, memperluas lingkup gerakan, keberadaan anggota, jejaring dan lain sebagainya. Asumsi ini dapat dibuktikan melalui adanya berbagai kegiatan-kegiatan yang diprakarsai langsung oleh para aktivis HTI dan adanya beberapa aktivis HTI di hampir semua fakultas. Terpeliharanya sebuah organisasi tentunya berkaitan erat dengan berbagai faktor yang mendukung eksistensi organisasi tersebut baik di internal maupun faktor eksternal organisasi. Berkaitan dengan HTI di UIN Jakarta, penulis mengangkat dua variabel penting yang akan digunakan untuk menjelaskan faktor yang mendukung eksistensi HTI seperti jejaring dan keberadaan aktivis.

1. Jaringan

Dalam kajian gerakan sosial hampir semua aktivis Islam berakar dalam masyarakat yang berjejaring yang kompleks yang cenderung memilih informalitas ketimbang pelembagaan yang terformalkan. Jaringan dalam gerakan sosial tidak hanya memiliki implikasi mikro namun jaringan juga memiliki implikasi makro terutama saat mereka tersebar melintasi batas-batas negara. Jadi bukanlah hal yang mengejutkan jika jaringan-jaringan aktivis masjid, keluarga, pekerjaan, pendidikan, ulama, perkampungan akan menghubungkan dengan wilayah-wilayah yang lain. Berbicara tentang HTI sudah bisa dipastikan bahwa peran jaraingan memiliki keduduakan penting bagi HTI, baik dalam sekala mikro maupun skala makro. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa HTI adalah organisasi yang memiliki lingkup global melintasi batas-batas negara transnasional, maka keberadaan jaringan yang menghubungkan organisasi ini sangat dimungkinkan. Dalam sekala mikro yaitu konteks UIN Jakarta, HTI juga memanfaatkan berbagai jaringan sebagai strategi mobilisasi dan saluran bagi generasi-generasi penerus. Selanjutnya jaringan juga dapat mempermudah akses terhadap sumberdaya dari luar seperti kelembaga-lembaga informal dan formal di UIN Jakarta. Akses ini sangat penting bagi HTI kerena dengan adanya hubungan baik ke lembaga eksternal maka akan mempermudah HTI jika ingin mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan. Dalam pembahasan sebelumnya HTI dijelaskan bahwa HTI memiliki hubungan baik dengan lembaga-lembaga eksternal organisasi seperti masjid-masjid, BEM kampus, organisasi-organisasi eksternal kampus, bahkan lebaga-lembaga informal kampus seperti pengurus Student Center, Radio Dakwah dan Komunikasi dan lain-lain. Jaringan-jaringan ini dijadikan modal sosial untuk memperluas aksis HTI dalam menyebarkan gagasan-gagasannya. Adanya berbagai jaringan ke lembaga- lembaga di luar HTI ini dibuktikan melalui keterangan Ust. Fadlan ketika wawancara tertutup dengan penulis yaitu: Agar mempermudah aktivitas HTI di UIN ini, maka kita di HTI selalu membangun hubungan baik dengan berbagai lembaga-lembaga seperti BEM, penurus masjid di sekitar UIN, pengajian-pengajian masyarakat, bahkan saat ini kami sudah mulai masuk ke Radio Dakwah . 54 Jaringan-jaringan yang dibangun HTI tidak hanya mengandalkan jaringan konvensional seperti ke lembaga-lembaga saja, namun HTI juga membangun jaringan persoanal seperti jaringan keluarga, pertemanan bahkan ke yayasan-yayasan. Pola jaringan keluarga biasanya dibaguan melalui hubungan kaka ke adik, ayah ke anak maupun kesaudara-saudaranya. Selanjutnya, hubungan pertemanan biasanya mengambil pola hubungan pertemanan di kos-kosan, di kelas bahkan di tempat- tempat tertentu yang mendukung untuk para aktivis mengajak partisipan. Dalam keterangan Gustar, HTI UIN Jakarta juga berjejaring dengan kelompok-kelompok pengajian masyarakat. Strategi yang diambil biasanya dengan melibatkan diri pada pengajian-pengajian di masyarakat. Selain di masyarkat HTI UIN Jakarta juga memiliki jaringan ke yayasan-yayasan, sekolah-sekolah dan sebagainya. Pola seperti ini sengaja dibentuk agar gagasan-gagsan HTI bisa ditransfer tidak hanya pada mahasiswa tetapi juga kepada seluruh umat muslim di sekitar. 55 54 Wawancara penulis dengan Ustdz Fadlan ketua komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 Februari 2013 pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.. 55 Wawancara penulis dengan Gustar salah satu pembina hala qah‟am HTI UIN Jakarta, pada 25 Maret 2013, pukul 20.00 wib, di Masjid Fathullah, Komplek UIN Jakarta Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.