Tahapan Berinteraksi dengan Umat Marhalah Al-Tafaul Ma’a Al-
kehidupan manusia bagi An-Nabhanni berakar pada persoalan aqidah, maka jika persoalan manusia ingin dipecahkan, dan bahkan bisa mengarah pada kebangkitan,
hal yang harus dibenahi adalah persoalan aqidah sebagai landasan berfikirnya. Dalam ungkapan yang lebih konseptual terkait ideologi An-Nabhani terdiri dari dua unsur
penting.
35
Pertama, fiqrah konsepsi yang memuat aqidah aqliyah dan sistem aturan nizam merupakan pemecahan terhadap berbagai permasalahan dalam bentuk
sekumpulan hukum syara yang mengatur kehidupan manusia dengan berbagai masalahnya seperti hukum-hukum ibadah, hukum jual beli, pernikahan dan lain
sebagainya. Unsur pertama ini menurut An-Nabhani perlu dijadikan al-aqidah al- fiqriyah aqidah berfikir dan al-qiyadah al-fiqriyah kepemimpinan ideologis.
Unsur kedua dalam ideologi adalah thariqah yaitu, cara menerapkan berbagai pemecahan terhadap permasalahan manusia, cara untuk memelihara aqidah, dan cara
untuk menyebarkan aqidah. Adapun kitab mafahim hizb al-tahrir kitab ini bisa dikatakan sebagi
kelanjutan dari kitab sebelumnya. Kitab mafhim ini lebih menjelaskan pada pernyataan visi dan misi HTI, sedangkan nizam merupakan manifesto ideologi HTI.
Dalam mahfim ini ditegaskan bahwa HTI merupakan partai politik yang memiliki visi ingin melangsungkan kembali kehidupan Islam
isti‟naf al-hayat al-Islamiyah. Pada ummnya visi-misi ini berlaku pada semua HTI di seluruh dunia, termasuk di UIN
35
Ibid., h. 168-169.
Jakarta. Visi dan misi HTI UIN Jakarta, secara substansial memiliki keterkaitan dengan visi-dan misi HT secara global.
Kedua, untuk merealisasikan misi kebangkitan dan menggerakan kebangkitan melalui dakwah Islam ke seluruh dunia, serta menegakan kembali daulah khilafah
Islam yang bisa menjamin diterapkannya syariat Islam secara universal. Kitab yang terakhir al-takattul al-hizb, kitab ini menjelaskan secara rinci dan
oprasional langkah-langkah pembentukan HTI dan strategi perjuangannya untuk mencapai cita-cita ideologi dan visi-misinya. HTI diyakini oleh An-Nabhani bisa
berkembang seprti yang diharapkan jika sejak awal pembentukannya memperhatikan dua hal penting, yaitu: ideologi dan kualitas manusia pengemban HTI. Dalam
pembahasan sebelumanya, ideologi terdiri dari dua nsur yaitu fiqrah dan tariqah. Kitab terakhir ini mengingatkan kembali pentingnya ideologi terutama dalam unsur
fiqrah. Ideologi harus terinternalisasikan oleh seseorang yang berperan sebagai cikal bakal bagi perkembangan awal HTI. berangkat dari yang pertama ini, maka akan
terbentuk cikal bakal berikutnya. Perkembangan ini dikalangan aktivis HTI dikenal dengan al-khalaqah ula, sebagai awal terbentuknya organisasi kepartaian. Karena
sejak awal telah adanya internalisasi, maka ikatan yang akan terbentuk adalah ikatan ideologis dan ikatan seperti ini merupakan karakter HTI.
Setrategi selanjutnya dalam tahapan berinteraksi dengan umah HT mmberlakukan tahapan
tathqif jama‟i pembinaan kolektif. Dalam pembinaan ini HT
lebih terlihat inklusif, karena kegiatan ini dilakukan melalui pengajian-pengajian umum secara langsung, di masjid-masjid, gedung, media, buku dan lain-lain.
Dalam pengamatan penulis HTI UIN Jakarta cukup intensif dalam melakukan tathqif jama‟i yang berbentuk seminar, dialog publik, maupun penyebaran opini
publik melalui media. Kegiatan seperti ini dilakukan HTI bertujuan untuk memperkenalkan HTI kepada masyarakat khususnya masyarakat terpelajar seperti
mahasiswa. Dalam melakukan tathqif jama‟i yang berbentuk seminar, para aktivis
HTI biasanya membagi seminar ini ke dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama biasanya bersifat inklisif, artinya seminar ini bebas diikuti oleh siapa saja yang
memiliki ketertarikan dengan HTI. Sebagai contoh pada tahun 2004 HTI UIN Jakarta menyelenggarakan seminar nasional khilafah bertajuk “Penegakan Syari‟at Islam
Relefankah ?...”. Seminar ini dihadiri oleh hampir seluruh perwakilan dari organisasi- oransasi di lingkungan kampus UIN Jakarta, sehingga Aula Student Center pada saat
itu tidak mampuh menampung peserta yang hadir.
36
Selain seminar yang dilaksanakan pada 2004, pengurus komisariat HTI UIN Jakarta juga kembali melaksanakan program seminar di 2012-2013. Pada tahun ini
seminar HTI bersifat rutin, diadakan se-minggu satu kali di masjid-masjid sekitar kampus. Menurut keterangan keterangan Ust. Fadlan menyebutkan:
Pada tahaun 2012 hingga 2013, HTI UIN Jakarta memutuskan kebijakan baru yaitu berkenaan dengan diselenggarakannya seminar bertajuk Islam:
“Aqidah, dan Syariah, Solusi Problematika Umat”. Seminar ini akan dilaksanakan se-minggu satu kali di
36
Yuliawati, “Peran Dakwah HTI di Lingkungan Kampus UIN Jakarta 2009”, h. 65.
tempat-tempat tertentu khususnya di masjid-masjid, karena selama ini kami para aktivis HTI selalu membangun hubungan baik dengan pengurus-pengurus di masjid-
masjid. Adapun masjid yang telah kami ajak kerjasama yaitu masjid al-mukhlisin Legoso Ciputat, masjid Fathullah UIN Jakarta dan lain-lain.
37
Untuk memperkenalkan HTI pada mahasiswa, dalam setiap kegiatannya HTI UIN Jakarta selalu membagikan selembaran yang isinya tentang pandangan atau
sikap-sikap HTI terhadap isu yang diangkat dalam seminar tersebut. Selain untuk memperkenalkan HTI, kegiatan seminar tersebut juga sebagai media untuk
mensosialisasikan gagasan besar HTI seperti penerapan syariat Islam dan mendialogkan secara kritis isu-isu terutama yang berhubungan dengan politik
kontemporer, seperti kepemimpinan, ekonomi kapitalis, hukum dan lain-lain. Aktivistas
tathqif jama‟i di HTI UIN Jakarta dilakukan juga dengan pembuatan opini di media-media kampus seperti radio kampus KPI, webset, buletin
mingguan dan sebaginya. Pada saat ini menurut Ust. Gustar ketua Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta menyebutkan:
Kami di Gema Pembebasan selalu melakukan aktivitas dakwah dan melakukan kritik sosial melalui buletin khusus Gema Pembebasan yang diterbitkan se-minggu satu
kali. Dalam buletin itu, kami isinya tidak hanya soal isu-isu syariat, namun kami menuangkan isu umum juga, kemudian kami hubungkan dengan Islam sebagai solusi
bagi permaslahan-permasalahan sekarang. Menurut kami, hanya dengan syariat Islam dan struktur politik khilafah semua masalah yang ada di Indonesia bisa atasi dan itu
kami selalu tuangkan dalam buletin kami. Adapun tujuan dibuatnya buletin tersebut, kami mengharapkan agar mahasiswa sadar akan pentingnya syariat Islam dan khlafah
Islamiyah
.
38 37
Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, Pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota
Tangerang Selatan Prov. Banten.
38
Wawancara penulis dengan Gustar Pengurus Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta, pada 29 Maret 2013, pukul 20.00 wib , di Masjid Fathullah Ke. Pisangan Kec. Ciputat Kota Tangerang
Selatan Prov. Banten.
Berbagai kegiatan tathqif jama‟i ini tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-
laki, namun kaum perempuan juga ikut aktif didalam pelaksanaan ini. Salah satu kegiatan HTI perempuan yang baru-baru ini dilaksanakan adalah dialog interaktif di
Saung Bambu. INA Ciputat dan tema yang diangkat adalah “Menjawab Pertanyaan
Seputar Khilafah ”.
39
Aktivitas lainnya yang termaktub dalam tahap berinteraksi dengan umut marhalah al-tafaul m
a‟a al-ummah, adalah al-sira‟ al-fikri pergolakan pemikiran. Gerakan ini didasarkan pada buku yang berjudul Mengenal Hizb Al-Tahrir: Partai
politik Ideologis, yang menyatakan bahwa kegiatan ini beroientasi untuk menentang kepercayaan dan ideologi, aturan dan pemikiran kufur; menentang segala bentuk
akidah yang rusak, pemikiran yang keliru, persepsi yang salah dan sesat dengan cara mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan dan pertentangannya dengan Islam.
40
Al- Sira‟ Al-Fikri pergolakan pemikiran, merupakan aktivitas politik HT
yang bergerak dalam ranah pemikiran. Menurut para aktivis HT bahwa berbagai ketidak stabilan sosial yang selama ini terjadi di dunia Islam adalah akibat adanya
gagsan-gagasan yang diproyeksikan dengan sengaja oleh Barat untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu, penting kiranya melakukan sebuah gerakan pemikiran yang
ditunjukan untuk membendung gagsan-gagsan Barat.
39
Muslima h HTI Chapter UIN Jakarta, “Dialog Interaktif:Menjawab Pertanyaan Seputar
Khilafah”, Pamflet Selembaran, 10 April 2013, bg 1.
40
Anonim, Mengenal Hizb al-Tahrir: Partai Politik Islam Ideologios, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002, h. 37.
Salah satu aktivitas yang ditunjukan oleh para aktivis HT yang dapat dikelompokan sebagai bagian dari gerakan al-
sira‟ al-fikri adalah buku Persepsi Budaya dari Barat. Dalam buku ini Zallum berusaha membantah pemikiran dari Barat
yang dinilai bertentangan denga Islam seperti terorisme, dialog antar agama, jalan tengah sikap moderatkompromi, fundamentalisme dan lain-lain.
41
Dalam pengamatan penulis, aktivitas HT yang mengarah pada al-
sira‟ al-fikri pergilakan pemikiran juga banyak dipraktekan oleh aktivis HTI di UIN Jakarta. Berbagai sarana
sosial seperti media, selembaran, dialog, diskusi, dimanfaatkan sebagai sarana pembuatan opini publik untuk mengkritik ide-ide kufur Barat.
Dalam teori gerakan sosial aktivitas seperti ini dijelaskan dalam pendekatan framing isu dimana gerakan sosial terlibat dalam skema interpretasi yang
memungkinkan seseorang untuk mencari dasar legitimasi dan motivasi untuk terlibat dalam gerakan sosial. Dalam hal ini, gerakan sosial terlibat dalam proses produksi
makna bagi peserta, target sasaran, dan pengamat gerakan. Dengan demikian, gerakan adalah agen-agen penanda yang secara aktif membentuk dan membangun makna
yang sudah ada.
42
Di UIN Jakarta HTI sangat produktif dalam pembuatan makna, hal ini tertuang dalam beberapa tulisan dan penafsiran HTI terhadap isu-isu yang
berkembang di Indonesia. Dalam interpretasi politik HTI, Islam difahami sebagai unit
41
Zallum, Persepsi-Persepsi Budaya dari Barat, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 1999, 7-57.
42
Mukhtadi., Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 24-25.
integral dengan negara, artinya agama dan negara adalah satu kesatuan Islam wa al- daulah. Oleh kerena itu, HTI melakukan pembingkaian prognostik dalam
menghadapi persoalan umat Islam dengan menawarkan gagasan Islam adalah solusi al-Islam huwa al-hall.
Berdasarkan ijtihad seperti ini, maka dalam praktek gerakan pemikiran al- sira‟ al-fikri HTI UIN Jakarta selalu menghubungkan berbagai masalah dengan
Islam sebagai solusinya. Hal ini termaktub dalam beberapa tulisan HTI di Kampus UIN Jakarta seperti dalam buletin Gema Pembebasan HTI UIN Jakarta edisi I
November 2012. Dalam buletin tersebut HTI mengambil tajuk “RUU Kementrian
Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran”, yang didalamnya memuat beberapa tema tulisan
yaitu Penanganan Korupsi dengan Syari‟ah, Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Menyongsosng Kebangkitan Islam dan RUU Kebangkitan
Nasional.
43
Selain melalui media tulis gerakan al-si ra‟ al-fikri, HTI juga diaplikasikan
melalui gerakan intelektual, yaitu dengan membentuk beberapa kelompok-kelompok studi ekstra kampus seperti Muslim Science Community, LISMA HTI, Muslimah
HTI, Gema Pembebasan dan lain-lain.
44
Dalam aksinya kelompok-kelompok studi ini
43
HTI UIN Jakarta, “RUU Keamanan Nasional: Konspirasi Penguasa Menuju Negara Tiran,” Buletin Gema Pembebasan, edisi I November 2012, 1
44
Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kel. Pisangan Kec. Ciputat Kota
Tangerang Selatan Prov. Banten.
cukup rutin melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perkembangan pemikiran seperti diskusi, seminar, membuat tulisan-tulisan, dialog interktif dan
sebagainya. Dari berbagai kegiatan yang pernah penulis ikuti di HTI UIN Jakarta menunjukan bahwa, hampir setiap minggu HTI mengadakan program diskusi, bahkan
dalam satu minggunya mereka bisa mengadakan dua sampai tiga kali diskusi rutin. Adapaun topik yang biasa disajikan itu beragam, seperti konflik Timur Tengah,
korupsi, migas, syari‟at Islam, deemokrasi, ekonomi Islam, dan sebaginya.
Kelompok-kelompok studi ini sengaja dibentuk dengan harapan agar dapat mempengaruhi mindset mahasiswa yang telah terkonstruk fikirannya oleh ide-ide
Barat, sehingga mereka bisa kembali sadar dan meyakini Islam sebagai solusi dari setiap persoalan. Para aktivis HTI menyadari bahwa ide-ide Barat telah banyak
merasuki alam pikiran masyarakat, bahkan ide tersebut telah membudaya dalam gaya hidup mereka. Maka dari itu, usaha untuk merubah realitas tersebut tidak bisa
diselesaikan hanya dengan mengandalkan gerakan fisik saja, namun perlu ada gerakan pemikiran yang akan merubah secara fundamental terhadap kondisi tersebut.
Gerakan lainya yang menjadi ciri khas HT dalam marhalah al- tafaul ma‟a al-
ummah adalah al-kifah al-siyasi Perjuangan Politik. Sebagaimana telah disebutkan di bab sebelumnya, HTI dari awal dibentuk adalah organisasi politik. Oleh karena itu,
HTI memiliki aktivitas politik. Dalam pandangan HTI, politik difahami sebagai aktivitas memelihara urusan umat, sedangkan politik dalam konteks Islam difahami
HTI sebagai aktivitas memelihara dan mengatur urusan umat yang didasarkan pada
ketentuan syari‟at Islam.
45
Menurut Ust. Fadlan ketika mengemukakan pandangan HTI terkait dengan politik menyebutkan bahwa :
Bagi kami kerena HTI sejak awal adalah gerakan politik, maka berbagai aktivitas yang kami lakukan kami anggap gerakan politik. Kami mengimani bahwasanya
hanya dengan gerakan politiklah kondisi sosial akan berubah. Adapun perjuangan di luar jalur politik meskipun itu dakwah Islam, kami masih meragukannya apabila
ingin mengadakan perubahan secara menyeluruh. Dalam pandangan kami, Islam adalah negara dan politik, jadi perjuangan politiklah yang kami anggap lebih efektif,
agar Islam bisa kembali dipraktekan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
46
Meskipun HTI memiliki orientasi politik dan mengambil jalur politik dalam setiap gerakannya, namun HTI berbeda dengan organisasi kegamaan dan organisasi
politik pada umumnya. Jamaah Tabliqh misalnya, mereka fokus pada dakwah murni, berkutat dalam hal transformasi kepercayaan individu terhadap nilai-nilai Islam, tapi
mengabaikan keterlibatan aktif dalam politik. Selanjutnya gerakan Islam lainnya adalah PKS, gerakan ini menawarkan proyek Islamsasi dalam kehidupan
bermasyarakat maupun bernegara. Usaha PKS untuk mewujdkan Islamisasi, sebenarnya memliki kesamaan dengan gerakan Islam pada umumnya termasuk HTI
dan Jamaah Tabligh yaitu terciptanya masyarakat yang dipandu oleh syari‟at Islam.
47
Meskipun PKS dan HTI adalah gerakan politik, akan tetapi pola gerakan yang dijalankan dari kedua organisasi tersebut memiliki perbedaan. Dalam menjalankan
45
Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, h. 196.
46
Wawancara penulis dengan Ust. Fadlan Ketua Komisariat HTI UIN Jakarta, pada 5 Febriari 2013, pukul 15.00 wib, di Masjid Baiturrahmah Legoso Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan
Prov. Banten.
47
Mukhtadi., Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 169.
Islamisasinya PKS menggunakan pendekatan Islamisasistruktural.
48
Namun, Islamisasi struktural yang ditempuh PKS mengambil bentuk partisipasi politik formal
yang ditunjukan untuk merekonstruksi kebijakan dan institusi negara dalam rangka menerapkan hukum Islam
syari‟at di masyarakat.
49
Keberadaan ijtihad politik sepertri ini, menuntun PKS lebih bersifat ingklusif terhadap mekanisme demokrasi,
bahkan PKS terlibat dalam partisipasi politik demokrasi di Indonesia. Lain halnya dengan HTI, perjuangan politik HTI tetap mengambil bentuk
partai politik, tapi partai politik menurut HTI adalah partai yang harus melakukan pendidikan politik. Pendidikan politik ini bertujuan untuk menanamkan mafahim
persepsi kehidupan sebagaimana telah dijelaskan dalam syari‟at Islam, dan Ideologi Islam. Kemudian, partai politik harus melakukan pemberdayaan masyarakat agar
masyarakat bisa melalukan barganing position terhadap negara, sehingga negara tidak menyeleweng dari tugasnya.
50
Dalam hal pemberdayaan terhadap umat partai politik harus mampuh melakukan dua hal: Pertama, partai politik harus memperkenalkan Islam kepada umat
secara sistematis dan utuh. Islam adalah ideologi way of life yang memuat tata aturan hubungan manusia dengantuhannya, manusia dengan sesamanya. Maka dari
itu, belum bisa dikatagorikan sebagai ideologi umat dan berpengaruh di seluruh aspek
48
MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera: Terwujudnya Masyarakat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermanfaat, tanpa penerbit, tanpa tempat, 2007, h. 42.
49
MPP PKS, Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera: Terwujudnya Masyarakat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermanfaat, h. 50
50
Wawancara penulis dengan Ust. Hanif aktivis senior HTI Fakultas Ushulludin dan Filsafat UIN Jakarta, pada 11 Mei 2013, di Bescamp HTI UIN Jakarta. Pukul 20:30 wib.
kehidupan jika yang diserukan dari Islam hanya aspek parsial saja, misalnya akhlak dan ibadah.
51
Adapun mekanisme pemberdayaannya yaitu dengan melakukan pembinaan agar menjadikan Islam keyakinan dan standar kehidupan. Selanjutnya adalah paratai
politik harus mampuh melakukan pencerdasan umat secara politik. Umat perlu diperkenalkan dengan politik Islam yakni, politik sebagai kegiatan mengurus
persoalan umat. Selama ini, perjuangan HTI dalam melakukan dakwah dan mewujudkan cita-
cita politiknya baru hanya sebatas pada tahap berinteraksi dengan umat marhalah al- tafaul ma‟a al-ummah, diamana pada tahap ini para aktivis HTI berjuang untuk
menyeragamkan persepsi melalui proses interaksi. Setelah fase ini bisa dilakukan, fase selanjutnya adalah Tahapan Pengambilan Kekuasaan istilam al-hukum.