hampir s ama. Dalam menjelaskan istilah “fundamentalisme”, mereka tidak sekedar
mendaftar kriteria-kriteria yang mencari istilah tersebut. Lebih dari itu, mereka meletakan kriteria fundamentalisme dalam kerangka ideal type agar cara
penggunannya lebih fleksibel.
26
2. Teori Gerakan Sosial
Sebagaian kalangan dari para sarjana ilmu sosial umumnya memiliki perbedaan pandangan ketika memahami gerakan sosial. Namun, dari berbagai
perbedaan itu ada semacam kesepakatan yang muncul di kalangan mereka yaitu terkait dengan tiga faktor: kesempatan politik political opportunities, mobilisasi
sumber daya resource mobilitation, dan proses pembingkaian framing processes. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan ketiga faktor yang muncul
dalam studi gerakan sosial sebagai bagian dari media analisis untuk mengetahui berbagai masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Seperti pada umumnya para
peneliti gerakan sosial, penelitian ini juga akan berangkat dari analisis kemunculan sebuah gerakan sosial dalam hal ini HTI di kampus UIN Jakarta.
Untuk mendeteksi kemunculan gerakan sosial tersebut, maka akan diletakan pendekatan struktur kesempatan politik political opportunity structure yang
bertujuan untuk menganalisis kontek sosial dari kemunculan gerakan sosial. Argumen
26
Bahtiar Efendy dan Hendro Prasetyo, ed., Radikalisme Agama Jakarta: PPIM, 1998, h.xvii-xix.
utama dari pendekatan ini adalah bahwa berhasil atau tidaknya aktivis gerakan dalam mengembangkan klaim-klaim tertentu, atau mobilisasi massasuporter dan
menyebarkan pengaruh sangat tergantung pada konteks sosial-politik.
27
Adapun wilayah kerja pendekatan ini penulis gunakan hanya pada konteks mikro yaitu hanya
pada scope HTI di kampus UIN Jakarta. Variabel selanjutnya yang tidak kalah penting untuk digunakan dalam penelitian ini adalah studi tentang alat atau instrumen
atau mekanisme relasional dalam rangka menyediakan infrastruktur pendukung yang mereka butuhkan. Paling tidak terdapat tiga elemen penting dalam infrastruktur: basis
keanggotaan, jejaring komunikasi, dan pimpinan atau tokoh gerakan.
28
Studi tentang alat atau instrumen ini dikenal sebagai mobilisasi sumber daya .
29
Selain dimensi-dimensi kesempatan politik dan mobilisasi sumber daya, dalam teori gerakan sosial dibutuhkan untuk mengkaji bagaimana individu-individu
peserta mengkonseptualisasikan diri mereka sebagai suatu kolektivitas. Selain itu, gerakan sosial juga penting untuk mengetahui bagaimana para calon peserta
diyakinkan untuk berpartisipasi, dan cara dimana makna diproduksi, diartikulasikan dan disebarkan oleh aktor-aktor gerakan melalui proses interaktif. Dalam
perkembangan sebuah teoritis terhadap gerakan-gerakan sosial, minat ini umumnya mewujudkan melalui studi tentang framing pembingkaian.
27
Mukhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, h. 20.
28
Ibid., h. 22.
29
Wiktorowicz, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial, h. 32-39
Trend pembingkain ini akan coba penulis gunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini. Di beberapa aksinya HTI UIN Jakarta sering melakukan proses
framing untuk memobilisasi anggota, seperti terlihat dalam pembingkain terhadap isu-isu nasional maupun internasional.
3. Strategi
Dalam penelitian ini, HTI diklasifikasikan sebagai salah satu dari eksemplar kelompok fundamentalisme Islam dan ingin dipahami melalui perspektif teori
gerakan sosial. Dalam teori gerakan sosial dikemukakan bahwa, selain ideologi gerakan sosial juga dipengaruhi oleh basis massa dan strategy for action.
30
Sebagaimana disebutkan di atas, massa dalam gerakan sosial memiliki posisi penting karena melalui kekuatan massa atau kader, suatu gerakan akan lebih mudah
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam ideologi. Selanjutnya, karena keberadaan massakader sangat amat penting maka gerakan sosial juga meniscayakan
pada strategi yang dirancang secara cermat. Strategi ini berkaitan dengan tata cara untuk memperluas basis massa, pembinaan, serta strategi lainnya yang bisa
mengarahkan gerakan sosial agar bisa meraih tujuan secepat-cepatnya. Mengingat pentingnya sebuah strategi, maka HTI sebagai gerakan sosial
membutuhkan strategi-strategi untuk membina dan memperluas basis massa nya.
30
Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis: Pengalaman Hizb al- Tahrir Indonesia, h. 68.