Hubungan Kepadatan Hunian terhadap ISPA pada Balita

79 Hasil observasi di lapangan, sebagian besar kamar balita tidak tertutup pintu, hanya bersekatan dengan ruang tamu dan warga tidak banyak menggunakan AC di dalam kamar sehingga kelembaban ruangan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. ISPA pada balita di kelurahan Ciputat mungkin bisa disebabkan oleh faktor lain seperti mungkin dari penularan penghuni kamar yang sedang mengalami ISPA dan tidur satu ruangan dengan balita. Walaupun tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat rendah, tetap perlu diadakan upaya penyehatan kelembaban ruang tidur balita seperti yang tercantum pada peraturan RI No.1077MENKESPERV2011 yang meliputi : 1 Bila kelembaban udara kurang dari 40, maka dapat di lakukan upaya penyehatan antara lain : a Menggunakan alat untuk meningkatkan kelembaban seperti humidifier alat pengatur kelembaban udara b Membuka jendela rumah c Menambah jumlah dan luas jendela rumah d Memodifikasi fisik bangunan meningkatkan pencahayaan,sirkulasi udara 2 Bila kelembaban udara lebih dari 60, maka dapat dilakukan upaya penyehatan antara lain : a Memasang genteng kaca b Menggunakan alat untuk menurunkan kelembaban seperti 80 humidifier alat pengatur kelembaban udara

6.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap ISPA pada Balita

Asap rokok yang di keluarkan oleh seorang perokok mengandung bahan toksik yang berbahaya dan akan menimbulkan penyakit serta menambah resiko kesakitan dari bahan toksik tersebut Kusnoputranto, 2000. Hasil penelitian pada tabel 5.8 yang dilakukan di kelurahan Ciputat menunjukkan sebagian besar balita 54 61,8 tinggal didalam rumah dengan penghuni merokok dan 34 38,6 tidak tinggal dengan penghuni yang merokok. Tingginya jumlah balita yang tinggal bersama penghuni rumah yang merokok dimungkinkan bahwa sebagian besar balita sering terpapar dan menghirup bahan toksik yang berbahaya untuk kesehatan. Asap rokok adalah sebuah campuran asap yang di keluarkan dari hasil pembakaran tembakau yang mengandung Polyclinic Aromatic Hydrocarbons PAHs dan berbahaya bagi kesehatan Depkes, 2011. Manusia yang menghirup asap rokok bisa disebut perokok pasif dan berisiko lebih besar pada kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Citra 2012 bahwa perokok pasif yang lebih rentan terkena penyakit gangguan pernafasan dibanding dengan perokok aktif . Hasil uji chi square pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok penghuni rumah terhadap kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0,409 p0,05. Namun, diketahui bahwa balita yang tinggal di rumah dengan penghuni merokok mempunyai resiko 1,7 kali