37
cadmium dimana jika terhirup atau masuk langsung ke pernafasan dapat menempel diparu-paru. Paparan partikel dengan kadar yang tinggi akan menimbulkan edema
pada trachea, bronchus, dan bronchiolus. Hasil Cahya 2011 menyatakan bahwa pencemaran udara akibat penggunaan
bahan bakar dimungkinkan berperan walaupun kecil. Rumah dengan bahan bakar minyak tanah memberikan kesempatan 3,8 kali lebih besar balita terkena ISPA
dibandingkan dengan bahan bakar gas. c.
Penggunaan obat nyamuk.
Pengendalian dan pemberantasan nyamuk dalam rumah sebagaian masyarakat cenderung menggunakan obat nyamuk yang terbuat dari bahan insektisida yang
disemprot dan obat nyamuk bakar. Semakin maraknya merk-merk obat penghilang nyamuk didalam rumah untuk mengusir vektor nyamuk. Terpengaruhnya masyarakat
dengan berbagai merk obat nyamuk membuat konsumsi akan obat nyamuk hampir disetiap rumah warga. Walaupun tujuan dari obat nyamuk tersebut baik, namun
terdapat dampak yang harus diperhatikan oleh penguni rumah. Obat nyamuk mengandung bahan-bahan kimia yang sulit terurai dalam waktu cepat. Jika obat
nyamuk itu mengendap setiap hari di bantal-atau tempat tidur manusia dan terhirup akan berdampak pada gangguan kesehatan baik bersifat kronik ataupun akut.
Sehingga perlu diperhatikan intensitas penggunaan obat nyamuk tersebut.
38
Hasil Penelitian Safwan 2003 yang menyatakan bahwa balita yang tingga didalam rumah yang menggunakan bahan bakar minyak tanah atau kayu berpeluang
menderita ISPA sebanyak 2,235 kali lebih tinggi dibanding dengan balita yang tinggal didalam rumah yang menggunakan bahan bakar gas. Selain itu,menurut
Wattimena 2004 mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dalam rumah terhadap ISPA pada balita. Rumah yang penghuninya mempunyai kebiasaan
merokok dalam rumah berpeluang meningkatkan kejadian ISPA pada balita sebsar 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang penghuninya tidak merokok
didalam rumah.
39
2.4 Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Hendrik L.Blum dalam Notoatmodjo 2003; Depkes RI, 2004; World Bank 2006 dan peneliti lain.
Faktor Lingkungan a. Rumah :
Kepadatan Hunian Ventilasi udara
Pencahayaan rumah Kelembapan
Suhu dalam ruang Letak dapur
Lantai rumah Dinding rumah
b. Sosial-Ekonomi a.
Pendidikan orang tua b.
Pekerjaan orang tua Faktor Perilaku :
a. Kebiasaan merokok
b. Bahan bakar masak
c. Penggunaan obat nyamuk.
Faktor Individu Balita : a.
Umur Balita b.
Status Gizi Balita c.
Imunisasi Balita d.
Pemberian ASI
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUTISPA
40
BAB III KERANGAKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
.3.1 KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori yang ada, dalam studi ini peneliti ingin melihat hubungan faktor pelayanan kesehatanindividu balita, lingkungan fisik rumah, faktor perilaku dan faktor
sosial terhadap ISPA pada balita. Berdasarkan teori H.L Blum derajat kesehatan sesorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pelayanan kesehatan genetik, lingkungan dan perilaku.
Variabel yang diambil dari keempat faktor tersebut adalah variabel yang paling berhubungan atau signifikan yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yakni status gizi, pemberian
ASI ekslusif menurut Mudehir 2002; kepadatan hunian, kelembapan ,ventilasi menurut Cahya 2011 ; kebiasaan merokok berhubungan dengan polusi udara dalam rumah menurut Avrianto
2006; kemudian pendidikan orang tua terkait pengetahuan yang didapat megenai penyakit ISPA dan cara penanggualnganya penyakit pada anak. Oleh karena itu, peneliti mengambil
beberapa variabel independen tersebut berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada hubungan masing-masing variabel dengan kejadian ISPA pada balita.
41
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
ISPA
Faktor Lingkungan dalam Rumah :
Kepadatan Hunian Rumah
Ventilasi rumah Kelembaban udara
Faktor individu balita : Status gizi
Pemberian ASI
eksklusif
Faktor Perilaku : Kebiasaan merokok
Faktor Sosial: Pendidikan orang tua
42
3.2 DEFINISI OPERASIONAL Variabel Dependen
No Variabel
Definisi Cara Ukur
Alat Ukur Skala Ukur
Kategori 1.
ISPA pada Balita
Balita yang mengalami gangguan penyakit infeks saluran pernafasan
akut atas pada anak berusia 1-5 tahun Depkes RI, 2007
wawancara kuisioner Ordinal
0= Mengalami ISPA 1=Tidak Mengalami ISPA
Variabel Independen
1. Kelembaban
Persentase kandungan uap air udara dalam ruangan tempat balita tidur
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829MenkesSKVII1999
Pengu- kuran
Hygrometer Ordinal
0=Tidak memenuhi syarat TMS, jika kelembaban dalam ruang kelas 40atau
60 DepKes RI, 2011 1=Memenuhi syarat MS, jika
kelembaban dalam ruang kelas 40-60 Permenkes RI
No.1077MENKESPERV2011 2.
Kepadatan hunian rumah
Perbandingan luas lantai rumahm
2
dengan jumlah orang penghuni rumah. Kepmenkes,1999
Pengu- kuran dan
wawancara Kuisioner dan
rollmeter Ordinal
0=Tidak memenuhi syaratTMS 10m
2
orang 1=Memenuhi syaratMS .10m
2
orang