Cara Penularan ISPA Gejala ISPA

17 menguncup, oedema atau karena sekret yang menghalangi arus udara. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu menit. 4. Bunyi mengi Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernafasan yang turut diobservasikan dalam penanganan infeksi akut saluran pernafasan.

2.1.6 Cara Pencegahan ISPA

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA diantaranya Depkes RI, 2008b: 1. Menghindarkan diri dari penderita ISPA 2. Hindari asap, debu dan bahan lain yang menganggu pernafasan 3. Imunisasi lengkap pada balita di Posyandu. 4. Membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal. 5. Rumah harus mendapatkan udara bersih dan sinar matahari yang cukup serta memiliki lubang angin dan jendela. 6. Menutup mulut dan hidung saat batuk. 7. Tidak meludah sembarangan.

2.2 Paradigma Kejadian ISPA pada Balita

2.2.1 Pengertian Balita

Balita adalah anak berusia dibawah umur lima tahun yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan perkembangan balita 18 dipengaruhi oleh kesehatan yang baik, status gizi yang baik, lingkungan yang sehat, serta keluarga termasuk pengasuh yang baik dalam merawat balita Depkes RI, 2008.

2.2.2 ISPA pada Balita

Balita sering terpajan oleh beberapa jenis polutan dan virus dengan mudah terutama polutan yang berasal dari dalam rumah karena sekitar 80 balita menghabiskan waktu didalam rumah. Selain itu, ditambah lagi dengan daya tahan tubuh yang berbeda setiap balita menyebabkan balita lebih rentan terhadap penyakit terutama ISPA. Keterpajanan balita terhadap bahaya kesehatan lingkungan terjadi di beberapa area yang berbeda yakni didalam rumah, lingkungan tetangga, dan komunitas dilingkungan yang lebih luas . Terdapat dua faktor kesehatan pada balita WHO, 2007 yaitu perumahan dan tempat tinggal seluruh aspek ketersediaan dan kualitas perumahan, kepadatan hunian, kondisi rumah yang berbahaya dan tidak aman, kelembapan dan ventilasi yang buruk, dan polusi udara dalam ruangan misalnya asap dari pemanasan dan proses memasak, perabotan yang mengeluarkan asap, asap rokok di lingkungan sekitar dan zat polutan dari luar ruangan yang masuk ke dalam ruangan.

2.2.3 Paradigma Kesehatan Masyarakat

Konsep hidup sehat menurut H.L Blum Notoadmojo, 2003 dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kondisi yang dapat memepengaruhi kondisi kesehatan 19 secara holistik mulai dari kondisi fisik hingga sosial dalam masyarakat. Dalam teori H.L Blum menjelaskan bahwa untuk menciptakan kondisi sehat diperlukan harmonisasi dari 4 faktor utama yakni faktor determinan timbulnya masalah kesehatan yang meliputi faktor perilakuGaya Hidup, faktor lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya maupun fisik, kimia,, biologi, faktor pelayanan kesehatan jenis cakupan dan kualitasnya dan faktor genetik keturunan. Keempat faktor tersebut saling saling berinteraksi dan yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat keseahtan masyarakat. Diantara keempat faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar di tanggulangi dan disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena lingkungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.

2.2.4 Paradigma ISPA Menurut World Bank, Depkes RI dan Riskesdas

World Bank dalam Diseases Control Priorities in Developing Countries menguraikan bahwa kejadian ISPA disebabkan oleh agen biologi yang dapat berupa virus maupun bakteri. Bakteri yang dapat mengakibatkan ISPA adalah Streptoccous pneumonia, Mycoplasma pneumonia, dan Chamydia pneumonia sedangkan virus yang dapat mengakibatkan ISPA antara lain Rhinovirus, RSVs, Parainfluenza, dan virus influenza World Bank, 2006. Menurut Depkes 2002 kejadian ISPA dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko antara lain pendidikan dan pengetahuan ibu, sosial ekonomi, pelayan kesehatan 20 BBLR, status gizi buruk, status ASI eksklusif, vitamin A, pemberian makan dini, mikroorganisme agent, daya tahan tubuh, kepadatan tempat tinggal dan kondisi fisik rumah. Kondisi fisik rumah yang dapat menyebabkan ISPA antara lain jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian, penggunaan anti nyamuk bakar, jenis bahan bakar memasak yang digunakan dan perokok di dalam rumah. Sedangkan hasil data Riskesdas 2007 diperoleh faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA yaitu umur, status gizi, pendidikan ibu, bahan bakar memasak, perokok dalam rumah, jenis lantai dan polusi udara debu. Faktor lainya yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA adalah suhu, kelembapan Mudehir, 2002.

2.3 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi ISPA

Menurut Depkes RI 2004, faktor-faktor terjadinya ISPA secara umum dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :

2.3.1 Faktor Lingkungan Fisik Rumah

Rumah merupakan kebutuhan primer manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal untuk berlindung dari bahaya lingkungan luar seperti perubahan iklim dan makhluk hidup lainnya Depkes RI, 2000. Rumah yang baik bagi penghuni atau sebuah keluarga dapat dilihat dengan beberapa kriteria seperti Safitri, 2010 : a. Kepadatan Hunian Penduduk di kota meningkat memicu terjadinya peningkatan pembangunan sebagai tempat tinggal. Namun terkadang dalam satu rumah yang seharusnya hanya