75
menyatakan ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita. Balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat beresiko
sebesar 3,07 kali mengalami ISPA dibanding balita yang tinggal dirumah dengan ventilasi memenuhi syarat Lindawaty, 2003 .
Ventilasi yang baik dapat membebaskan udara ruangan dari bakteri patogen karena dengan adanya ventilasi, udara bertukar secara terus menerus. Ventilasi
rumah yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan indikator bahwa kurangnya pemahaman mengenai rumah sehat dengan ventilasi yang sesuai ketentuan yakni
minimal 10 dari luas rumah. Ventilasi berfungsi untuk memberikan memberikan udara segar dan sehat bagi balita dan penghuninya. Berdasarkan hasil observasi
dilapangan menunjukkan bahwa setiap rumah memiliki ventilasi namun sebagian rumah menutup ventilasi sepanjang hari sehingga kemunginan sirkulasi udara
dalam rumah tidak baik. Selain itu, sebagian besar ventilasi selalu ditutupi gorden sehingga cahaya
matahari sulit masuk kedalam rumah. Rumah yang sedikit cahaya matahari masuk dan udara yang tidak bagus akan menyebabkan ruangan menjadi lembab. Ruangan
yang lembab merupakan tempat berkembangnya mikroorganisme penyebab penyakit. Akibat ventilasi yang tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan
pencemaran udara semakin meningkat karena polusi udara dan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dalam rumah tidak dapat keluar sehingga akan
76
membahayakan penghuni rumah terutama balita yang rentan terhadap penyakit yang disebabkan mikroorganisme.
Untuk menekan angka kejadian ISPA pada balita akibat ventilasi rumah yang tidak difungsikan dengan baik, maka perlu dilakukan program penyuluhan
kepada masyarakat pentingnya memiliki ventilasi minimal 10 dari luas lantai. Bagi masyarakat perlu diberi himbauan agar tidak menutup ventilasi dengan kain
dan tidak menutup terus-menerus supaya terjadi pertukaran udara.
6.3.4 Hubungan Kepadatan Hunian terhadap ISPA pada Balita
Persyaratan kepadatan hunian untuk rumah sehat tercantum dalam persyaratan kesehatan perumahan RI No.1077MENKESPERV2011 . Rumah
dikatakan padat tidak memenuhi syarat apabila luas rumah dibagi jumlah penghuni adalah 10m
2
. Pada tabel 5.16 didapat jumlah rumah yang padat penghuni dengan balita mengalami ISPA sebanyak 35 balita 60,3 dan rumah
dengan kepadatan hunian memenuhi syarat dengan balita tidak mengalami ISPA sebanyak 20 balita 66,7. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kepadatan hunian terhadap kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0,029 dimana balita yang tinggal dengan kepadatan hunian tidak
memenuhi syarat beresiko 3 kali mengalami ISPA. Penelitian ini sejalan dengan Irianto 2006 bahwa ada hubungan kepadatan hunian terhadap ISPA pada balita.
Balita yang tinggal dengan rumah padat penghuni berisko 2,27 kali dibandingkan dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat.
77
Hasil observasi di lapangan menunjukkan sebanyak 51 rumah dengan tingkat kepadatan hunian tidak memenuhi syarat diakibatkan karena luas rumah tidak
sesuai dengan jumlah penghuni yang tinggal. Terdapat rumah yang terdiri dari beberapa kepala keluarga, dan terdapat pula warga yang bahkan menempati 1
rumah dengan 8-12 orang. Alasan beberapa warga tetap tinggal satu rumah karena keterbatasan penghasilan sehingga belum mampu untuk menyewa rumah sendiri.
Menurut Achmadi 2008 semakin tingginya kepadatan rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin cepat. Rumah yang
padat penghuni akan menyebabkan sirkulasi udara tidak baik, pertukaran oksigen kurang sempurna dan diperburuk apabila ventilasi rumah tidak memenuhi syarat.
Hal ini sangat berbahaya apabila ada anggota keluarga yang menderita gangguan pernafasaan yang disebabkan oleh virus, akan cepat menyerang anggota keluarga
lain akibat menghirup udara yang sama dan sudah tercemar. Semakin padat penghuni dalam rumah maka akan semakin mudah penularan penyakit pada balita
terutama penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran udara seperti gangguan pernafasan atau ISPA.
6.3.5 Hubungan Kelembaban terhadap ISPA pada Balita
Pengukuran kelembaban kamar balita menggunakan alat hygrometer dengan berlandaskan pada peraturan RI No.1077MENKESPERV2011 mengenai
persyaratan kelembaban rumah yaitu 40-60 Rh. Rumah dengan kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah merupakan kondisi dimana mikroorganisme