KESIMPULAN DAN SARAN Hubungan lingkungan dalam rumah terhadap ISPA pada BALITA di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

xv DAFTAR BAGAN Judul Bagan Hal 2.1 Kerangka Teori................................................................................ 3.1 Kerangka Konsep............................................................................ 39 41 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, setiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 200 ribu kematian akibat pencemaran udara yang menimpa daerah perkotaan, dimana 93 kasus terjadi di negara-negara berkembang WHO, 2003. Kontribusi terbesar pencemaran udara berasal dari alat transportasi yang cenderung terus meningkat sejak tahun 2000 BPS, 2003. Pada program lingkungan PBB, tahun 2002 tercatat beban pencemaran udara dari sumber bergerak di DKI Jakarta untuk cemaran debu sebesar 15.977,3 tontahun. Akibat pencemaran tersebut, munculah berbagai macam penyakit salah satunya Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. Pengertian ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang berlangsung sampai 14 hari yang terjadi didalam organ mulai dari hidung sampai gelembung paru Depkes, 2007. Di negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun terutama pada bayi, balita dan orang lanjut usia Lindawaty, 2010. ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan dan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak WHO, 2008. Di Indonesia proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30 dari seluruh kematian anak balita Depkes, 2002. Survei mortalitas yang dilakukan oleh sub Direktorat ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA 2 Pneumonia sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30 dari seluruh kematian balita Anonim, 2007. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin antara anak laki-laki dan perempuan relatif sama Depkes RI, 2008. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2001 memperlihatkan prevalensi ISPA pada anak usia 1 tahun sebesar 38,7 dan pada anak usia 1-4tahun sebesar 42,2 SDKI, 2007 dalam Gertrudis, 2010. ISPA terjadi di seluruh provinsi dan kota di Indonesia, salah satunya di Provinsi Banten. Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit dari seluruh puskesmas selama tahun 2011 tercatat jumlah kasus ISPA sebanyak 37.186 dari 131.860 jumlah balita dan bayi Dinkes, 2011. ISPA masuk dalam urutan 10 besar dari 30 besar penyakit yang paling sering diderita masyarakat dengan jumlah kasus ISPA paling tinggi berada pada wilayah kerja Pukesmas Ciputat yakni mencapai 2336 kasus ISPA dari 5.874 balita Dinkes, 2012. Data Laporan Bulanan Puskesmas Ciputat pada tahun 2012 sesuai golongan umur, hampir sekitar 16-25 dari masing-masing jumlah kasus yang ada setiap bulan diderita pada umur 1-5 tahun. Tingginya angka kejadian ISPA di Kelurahan Ciputat bisa disebabkan oleh tingginya pencemaran udara di luar rumah balita yang bersumber dari hasil pembakaran, dan transportasi yang dapat menghasilkan debu Total Suspended Particulat TSP. Diketahui pada penelitian oleh BPLH Tangerang Selatan pada tanggal 5 Juni 2012 terdapat kadar TSP di Ciputat melebihi ambang batas yakni 268,64 µgm³ dari ambang batas yang ditetapkan sebesar 230 µgm³ BPLHD, 2012. 3 Hasil penelitian yang dilakukan Lindawaty 2010 menyatakan bahwa nilai TSP tinggi menyebabkan tingginya jumlah kasus ISPA. Namun, bila dilihat dari aktivitas balita yang lebih sering melakukan kegiatan didalam rumah bersama orang tuaanggota keluarga, ISPA yang terjadi pada balita bisa disebabkan oleh lingkungan dalam rumah balita yang tidak memenuhi syarat Lindawaty, 2010. Faktor-faktor lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi ISPA yaitu faktor lingkungan fisik rumah, faktor perilaku, faktor individu, faktor sosial- ekonomi Depkes, 2004. Faktor lingkungan fisik rumah salah satunya yaitu ventilasi rumah. Berdasarkan peraturan No. 1077MENKESPERV2011, setiap rumah wajib memiliki ventilasi minimum 10 dari luas rumah untuk memenuhi persyaratan rumah sehat. Pada penelitian Lindawaty 2010 ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan ISPA pada balita dengan resiko 3,07 kali lebih besar dibanding dengan ventilasi rumah yang memenuhi syarat. Selain itu, variabel dari faktor perilaku seperti yaitu kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok anggota keluarga menjadikan balita sebagai perokok pasif yang selalu terpapar asap rokok. Menurut penelitian Citra 2012 mengemukakan bahwa perokok pasiflah yang mengalami resiko kesakitan lebih besar dari perokok aktif. Rumah yang penghunianggota keluarga mempunyai kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang penghuninya tidak merokok didalam rumah. 4 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Kelurahan Ciputat masih banyak ibu yang ketika balita mengalami gejala ISPA tidak langsung membawa ke Puskesmas dengan alasan bahwa gejala tersebut sering dialami anak dan akan hilang dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA serta bagaimana tindakan pencegahan serta penanggulangan yang seharusnya dilakukan. Pengetahuan seseorang terkait pendidikan yang diselesaikan oleh orang tua balita. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suptiaptini 2007 menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan yang berkaitan dengan pengetahuan ibu terhadap ISPA pada balita. Berdasarkan uraian diatas, penyebab terjadinya ISPA bukan hanya berasal dari lingkungan luar rumah dengan melihat kadar TSP dimasing-masing lokasi penelitian yang dinginkan. Namun harus diperhatikan apakah ada penyebab dari lingkungan dalam rumah yang meliputi faktor lingkungan fisik rumah, sosial, faktor balita, dan faktor perilaku dalam lingkup kecil yang paling dekat dengan balita setiap hari yang berpotensi menyebabkan balita terkena ISPA. Hal ini supaya program pencegahan yang ingin dilakukan diawali dari lingkup kecil menuju pencegahan yang bersifat lebih luas terhadap penyebab munculnya ISPA. Oleh karena itu, dalam studi ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara pengaruh lingkungan dalam rumah faktor lingkungan fisik rumah, sosial, faktor balita, faktor perilaku terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.