Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap ISPA pada Balita

83 Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p=0,019 sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan orang tua terhadap ISPA pada balita di kelurahan Ciputat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Citra 2012 dan Suptiaptini 2007, menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita. Ibu yang berpendidikan rendah mempunyai resiko untuk menderita ISPA lebih besar dibandingkan dengan ibu balita yang berpendidikan tinggi. Namun hal ini bertolak belakang dengan penelitian Fitri 2004 dimana tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan kejadian ISPA pada balita. Pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima pengetahuan, semakin tinggi pendidikan masyarakat maka diharapkan penerimaan pengetahuan akan semakin mudah sehingga diharapkan dapat merubah perilaku seseorang. Berdasarkan pengaruh terhadap kesehatan dan perilaku seseorang peran pendidikan juga berpengaruh terhadap lingkungan, pelayanan kesehatan dan juga heriditas Achmadi, 2008. Perananan tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan khususnya ISPA dengan tujuan agar ibu yang tidak tahu menjadi tahu bagaimana tanda-tanda gejala ISPA serta kegiatan pencegahan dan penanggulanganya bagi balita dan anggota keluarga. Hasil observasi dilapangan membuktikan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi tindakan ibu dalam menanggulangi penyakit. Ibu dengan 84 pendidikan rendah cenderung hanya membiarkan balita yang mengalami tanda- tanda ISPA seperti batuk, pilek atau gejala ISPA sebagai penyakit biasa dan akan hilang dengan sendirinya. Selain itu, ibu berasumsi bahwa penyebab balita terkena ISPA akibat sering makan permen, atau es yang menyebabkan batuk-batuk pada anak. Tidak ada tindak lanjut terhadap ISPA yang diderita oleh balita. Sementara itu, ibu yang termasuk dalam kategori pendidikan tinggi lebih sedikit peduli terhadap balitanya. Ibu langsung mengambil tindakan dengan memberikan obat penurun panasbatuk pilek pada balita saat mengalami gejala ISPA. Pentingnya pendidikan bagi ibu atau anggota keluarga yang lain mengenai gejala penyakit, dan cara penanggulangannya sangat dibutuhkan bagi balita dimana lebih rentan terhadap penyakit. Jika ibu memiliki pengetahuan tinggi, diharapkan balita yang mengalami ISPA atau gejalanya dapat segera di lakukan tindakan penanggulangan. Balita dengan pendidikan orang tua lebih rendah beresiko sebesar 2,8 kali balita terkena ISPA sehingga perlu diupayakan tindakan untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit oleh tenaga kesehatan yang diharapkan dapat memberikan perlindungan yang lebih pada balita dengan tindakan yang tepat dan cepat. 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada 88 balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013 didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran balita terhadap kejadian ISPA pada kurun waktu 2 minggu pada 88 sampel di kelurahan Ciputat yaitu sebanyak 45 balita 51,5 mengalami ISPA dan 43balita 48,9 tidak mengalami ISPA. 2. Gambaran faktor lingkungan fisik rumah balita meliputi : 2.1 Ventilasi rumah dari 88 sampel balita di kelurahan Ciputat yaitu 51 rumah balita 58 memiliki ventilasi yang tidak memenuhi syarat 10 dari luas rumah dan 37 rumah balita 36,4 memiliki ventilasi memenuhi syarat yang ditentukan yakni 10 dari luas rumah. 2.2 Kelembaban kamar tidur balita pada 88 sampel yaitu 13 kamar balita 14,8 memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat yakni 40 sd 60 dan 75 kamar balita 85,2 memiliki kelembaban memenuhi syarat yakni 40 - 60. 2.3 Kepadatan hunian dalam rumah terhadap 88 sampel balita di kelurahan Ciputat yaitu 58 rumah balita 65,9 padat penghunitidak memenuhi