20
BBLR, status gizi buruk, status ASI eksklusif, vitamin A, pemberian makan dini, mikroorganisme agent, daya tahan tubuh, kepadatan tempat tinggal dan kondisi fisik
rumah. Kondisi fisik rumah yang dapat menyebabkan ISPA antara lain jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian, penggunaan anti nyamuk bakar, jenis
bahan bakar memasak yang digunakan dan perokok di dalam rumah. Sedangkan hasil data Riskesdas 2007 diperoleh faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan
kejadian ISPA yaitu umur, status gizi, pendidikan ibu, bahan bakar memasak, perokok dalam rumah, jenis lantai dan polusi udara debu. Faktor lainya yang dapat
mempengaruhi kejadian ISPA adalah suhu, kelembapan Mudehir, 2002.
2.3 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi ISPA
Menurut Depkes RI 2004, faktor-faktor terjadinya ISPA secara umum dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
2.3.1 Faktor Lingkungan Fisik Rumah
Rumah merupakan kebutuhan primer manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal untuk berlindung dari bahaya lingkungan luar seperti perubahan iklim dan
makhluk hidup lainnya Depkes RI, 2000. Rumah yang baik bagi penghuni atau
sebuah keluarga dapat dilihat dengan beberapa kriteria seperti Safitri, 2010 :
a. Kepadatan Hunian
Penduduk di kota meningkat memicu terjadinya peningkatan pembangunan sebagai tempat tinggal. Namun terkadang dalam satu rumah yang seharusnya hanya
21
bisa menampung beberapa orang saja, dipaksakan untuk menampung melebihi kapasitas rumah. Hal ini mengakibatkan terjadinya kepadatan dalam rumah yang
dimungkinkan dapat mempengaruhi kesehatan penghuni rumah. Menurut keputusan menteri kesehatan nomor RI No.1077MENKESPERV2011 tentang persyaratan
rumah dikatakan padat penghuni apabila perbandingan luas lantai seluruh ruangan dengan jumlah penghuni lebih kecil dari 10m
2
org, sedangkan ukuran untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3m
2
org. Pencegahan terjadinya penularan penyakit misalnya penyakit pernafasan jarak antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lain minimum 90cm dan sebaiknya kamar tidur tidak dihuni lebih dari 2 orang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan secara bermakna
antara kepadatan hunian dengan terjadinya ISPA seperti penelitian Irianto 2006 mengatakan bahwa kepadatan hunian berpengaruh pada besarnya kejadian ISPA,
yaitu besarnya anak terkena ISPA adalah 2,27 kali lipat dari rumah yang padat penghuninya dibandingkan dengan rumah tidak padat penghuninya. Menurut
Achmadi 2008 semakin tingginya kepadatan rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin cepat.
b. Ventilasi
Ventilasi dalam rumah berfungsi sebagai sirkulasi udara atau pertukaran udara dalam rumah karena udara yang segar dalam ruangan sangat dibutuhkan manusia.
Ventilasi yang buruk akan menimbulkan gangguan kesehatan pernapasan pada penghuninya. Penularan penyakit saluran pernapasan disebabkan karena kuman
didalam rumah tidak bisa tertukar dan mengendap sehingga ventilasi diharuskan