Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas

Tabel 4.8 menunjukkan perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan indikator Glaser antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata secara keseluruhan untuk setiap indikator kelas eskeprimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan rincian, untuk indikator mengenal masalah kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya kemampuan mengenal masalah pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Untuk indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah kelas eksperimen memiliki rata- rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya kemampuan menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaiakan masalah pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Untuk indikator menemukan hubungan yang yang logis antara masalah-masalah kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya kemampuan menemukan hubungan yang logis antara masalah- masalah pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Untuk indikator menganalisis data kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya kemampuan menganalisis data pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Sedangkan untuk standar deviasi, kelas eksperimen lebih kecil dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan nilai jawaban yang diperoleh kelas kontrol lebih bervariasi dan menyebar dibandingkan kelas eksperimen. Perolehan nilai tertinggi kemampuan berpikir kritis matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dicapai oleh indikator mengenal masalah. Nilai tersebut dicapai oleh kelas ekperimen dengan nilai 84,5. Sedangkan nilai terendah dicapai oleh kelas kontrol dengan nilai 39,2 untuk indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah. Secara visual perbandingan nilai kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan indikator Glaser antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut:

B. Analisis Data

Analisis data tes kemampuan berpikir kritis matematis dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian, yaitu kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih tinggi dari kemampuan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.

1. Uji Prasyarat

sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan uji prasyarat analisis data dengan menggunkan uji normalitas dan uji homogenitas data.

a. Uji Normalitas

Pada penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Square � 2 . Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui kelas yang diteliti memiliki kemampuan setara dengan kelas VII secara keseluruhan di MTs Negeri 2 Ciganjur atau berdistribusi normal apabila memenuhi kriteria � 2 hitung ≤ � 2 tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. 84,5 75,55 60,4 71,25 82,75 60 39,2 52,37 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 Mengenal Masalah Menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah Menemukan hubungan yang logis antara masalah masalah Menganalisis data Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen Hasil Perhitungan uji normalitas pada kelas ekperimen, diperoleh harga � 2 hitung adalah 5,466 lampiran 37, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi- Square � 2 diperoleh � 2 tabel untuk jumlah sampel 37 pada taraf signifikansi α = 5 adalah 7,815. Karena � 2 hitung lebih besar dari � 2 tabel 5,466 7,815, maka terima Ho, artinya artinya kelas VII-2 memiliki kemampuan setara dengan kelas VII secara keseluruhan di MTs Negeri 2 Ciganjur atau berdistribusi normal. 2 Uji Normalitas Kelas Kontrol Hasil Perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol, diperoleh harga � 2 hitung adalah 3,451 lampiran 38, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi- Square � 2 diperoleh � 2 tabel untuk jumlah sampel 37 pada taraf signifikansi α = 5 adalah 7,815. Karena � 2 hitung lebih besar dari � 2 tabel 3,451 7,815, maka terima Ho, artinya artinya kelas VII-3 memiliki kemampuan setara dengan kelas VII secara keseluruhan di MTs Negeri 2 Ciganjur atau berdistribusi normal Hasil perhitungan uji normalitas antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas N Taraf Signifikansi � 2 hitung � 2 tabel Kesimpulan Eksperimen 37 0,05 5,466 7,815 Berdistribusi Normal Kontrol 37 0,05 3,451 7,815 Berdistribusi Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kelas VII-2 dan kelas VII-3 memiliki varians yang sama homogen atau berbeda heterogen. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji F. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelas dikatakan homegen apabila � hitung ≤ � tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil perhitungan untuk kelas eksperimen diperoleh varians sebesar 159,93. Sedangkan, untuk kelas kontrol diperoleh varians sebesar 231,38. Sehingga diperoleh nilai F hitung sebesar 1,447 lampiran 39. Berdasarkan tabel distribusi F dengan taraf signifikansi 5 dan df 1 = df 2 = 36, diperoleh F tabel sebesar 1,743. Karena F hitung F tabel 1,447 1,743 maka Ho diterima, artinya Kelas VII-2 dan VII-3 memiliki varians yang sama atau homogen. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Sampel Varians F hitung F tabel α=0,05 Kesimpulan Eksperimen 37 159,93 1,447 1,743 Terima Ho Kontrol 37 231,38

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, ternyata kelas VII-2 dan VII-3 memiliki kemampuan yang setara dengan kelas VII secara keseluruhan di MTs Negeri 2 Ciganjur dan kedua kelas tersebut memiliki varians yang sama atau homogen, maka selanjutnya dilakukan uji-t. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen yang menggunakan metode IMPROVE lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol yang menggunakan kelas konvensional. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t lampiran 40 maka diperoleh t hitung sebesar 4,732 menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan df = 72 diperoleh t tabel sebesar 1,666.