Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan pemahaman comprehension question sebagaimana terdapat pada Gambar 4.6 terlihat
bahwa siswa belum mampu menjawab pertanyaan pemahaman dengan tepat. siswa menjawab pertanyaan tersebut hanya berdasarkan penggalan kata dari
redaksi soal, bukan memahami masalah. Sama halnya pada jawaban siswa terhadap pertanyaan koneksi connection question, siswa belum mampu
menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat. Hal ini terlihat dari hasil jawaban siswa hanya berdasarkan penggalan kata dari redaksi soal, bukan
fokus pada perbedaan dan persamaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya yang telah diselesaikan. Sedangkan, pada hasil jawaban siswa
terhadap pertanyaan strategi strategic question, siswa sudah mampu menuliskan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, meskipun dalam menuliskan strategi yang akan digunakan belum tepat dan tidak menyertakan alasannya. Dalam menuliskan penyelesaian dari
masalah tersebut masih belum tepat atau tidak sesuai dengan kunci jawaban. Namun, siswa tersebut sudah konsisten menyelesaikan masalah berdasarkan
strategi yang telah direncanakan. Pada beberapa pertemuan selanjutnya, terlihat adanya perkembangan
siswa dalam menjawab pertanyaan metakognisi. Untuk lebih memperjelas perkembangan siswa dalam menjawab pertanyaan metakognisi dapat dilihat
pada hasil jawaban salah satu kelompok pada soal no. 3 LLS-3 berikut ini: Ibu lena adalah seorang pedagang buah apel. Ia memasukkan buah apel ke
dalam keranjang sebanyak 8 karung dengan setiap karung berisi 100 buah apel. Ternyata keranjang tersebut belum penuh, sehingga ibu lena
menambahkan 12 buah apel lagi pada setiap karung. Berapa buah apel di dalam keranjang tersebut saat ini?
Gambar 4.7 Hasil Jawaban Salah Satu Kelompok Pada Soal No.3 LLS-3
Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan pemahaman comprehension question sebagaimana terdapat pada Gambar 4.7 terlihat
bahwa siswa sudah mampu memahami masalah tersebut tentang apa, selain itu siswa juga sudah mampu menjelaskan masalah dengan kata-kata mereka
sendiri, meskipun jawaban tersebut kurang lengkap. Sama halnya pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan koneksi connection question, siswa
sudah mampu menjelaskan perbedaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya dengan benar, meskipun kurang tepat dalam menjawab
persamaan kedua masalah tersebut. Hal ini menunjukkan siswa hanya fokus pada perbedaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya yang
telah diselesaikan, tetapi belum fokus melihat persamaan antara kedua masalah tersebut. Sedangkan pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan
strategi strategic question, siswa sudah mampu menjelaskan strategi yang
akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, meskipun kurang lengkap. Dalam menjawab penyelesaian masalah tersebut pun, siswa sudah
melakukan perhitungan dengan benar sesuai dengan kunci jawaban, akan tetapi dalam menuliskan langkah penyelesaiannya belum sistematik.
Pada beberapa pertemuan selanjutnya, terlihat dalam menjawab pertanyaan metakognisi sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Siswa
sudah mulai terbiasa menggunakan pertanyaan metakognisi dalam membantu mereka menyelesaikan masalah yang dianggap sulit. Berikut adalah hasil
jawaban salah satu kelompok pada soal no. 4 LLS-6: Pak Edi membeli
2
5 6
kg jagung. Ditengah jalan jagung yang ia beli tumpah. Ternyata jagung yang tumpah sebanyak
1 3
kg. Setelah tiba di rumah, 1
1 2
kg jagung tersebut diberikan kepada burung merpatinya. Berapa kg jagung yang
tersisa?
Gambar 4.8 Hasil Jawaban Salah Satu Kelompok Pada Soal No.4 LLS-6
Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan pemahaman comprehension question sebagaimana terdapat pada Gambar 4.8 terlihat
bahwa siswa sudah mampu memahami masalah tersebut tentang apa, selain itu siswa juga sudah mampu menjelaskan masalah dengan kata-kata mereka
sendiri dengan benar. Sama halnya pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan koneksi connection question, siswa sudah mampu menjelaskan
perbedaan dan persamaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya dengan benar. Sedangkan pada hasil jawaban siswa terhadap
pertanyaan strategi strategic question, siswa sudah mampu menuliskan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan
menyertakan alasannya. Dalam menjawab penyelesaian masalah tersebut, siswa sudah melakukan perhitungan dengan benar dan menuliskan langkah
penyelesaian dengan tepat serta menyertakan rumusan pertanyaan sebelum menjawab.
Metode IMPROVE mengharuskan siswa belajar dalam kelompok heterogen terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Seluruh anggota kelompok diharuskan saling membantu jika terdapat teman satu kelompoknya yang mengalami kesulitan, sehingga kesulitan siswa dalam
memahami permasalahan baik dalam tahap introducing new concepts maupun pada tahap practicing dapat terselesaikan.
Pembagian kelompok yang merata membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri
masih terdapat beberapa siswa dalam kelompoknya yang hanya mengandalkan teman yang pintar. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti
meminta siswa tersebut mewakili kelompoknya mempersentasikan hasil diskusi dipapan tulis. Sehingga diharapkan munculnya usaha siswa tersebut
untuk bertanya pada teman kelompoknya. Selain itu, ketika mereka dihadapkan pada soal-soal matematika yang sulit untuk diselesaikan, mereka
tidak ragu untuk bertanya kepada guru atau teman satu kelompoknya. Hal ini dipertegas dengan hasil pengamatan perkembangan sikap pada aspek rasa
ingin tahu dan tanggung jawab dalam kelompok, terlihat bahwa dari 37 siswa di kelas eksperimen terdapat 8 siswa mendapatkan nilai A, 14 siswa
mendapatkan nilai B, 10 siswa mendapatkan nilai C dan 5 siswa mendapatkan nilai D. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 29.
Berbeda dengan proses pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional, siswa terlihat pasif selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat ketika siswa pada kelas kontrol mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan guru atau ketika
dihadapkan pada soal-soal yang sulit untuk diselesaikan mereka tidak mau bertanya atau malu bertanya kepada guru, mereka lebih senang diam dan
tidak mengerjakan soal tersebut. Hanya sedikit siswa yang aktif bertanya. Kelas hanya didominasi oleh guru dan siswa yang pintar saja. Hal ini
dipertegas dengan hasil pengamatan perkembangan sikap pada aspek rasa ingin tahu dan tanggung jawab dalam tugas individu, terlihat bahwa dari 37
siswa di kelas kontrol terdapat 3 siswa mendapatkan nilai A, 8 siswa mendapatkan nilai B, 11 siswa mendapatkan nilai C dan 15 siswa
mendapatkan nilai D. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 30. Pada akhir pertemuan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, guru
memberikan kuis untuk mengetahui pemahaman siswa. Namun perbedaanya pada kelas eksperimen, s
iswa yang memperoleh hasil kuis ≥ 75 diberi tugas lanjutan, yaitu mengerjakan soal pengayaan dirumah dan meminta mereka
mengumpulkan soal pengayaan tersebut pada pertemuan selanjutnya, untuk siswa yang memperoleh hasil kuis 75 diberikan kegiatan perbaikan yang
dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan didampingin oleh guru, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan. Akan tetapi, tidak dapat
dipungkiri terdapat beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan perbaikan ini. Hal ini karena kegiatan perbaikan yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai, dimana fisik dan pikiran siswa sudah letih. Untuk mengatasi hal tersebut, pembelajaran diselingi dengan joke atau games
untuk meningkatkan semangat mereka mengikuti pembelajaran hingga selesai.
Tes akhir posttest kemampuan berpikir kritis matematis untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol dilakukan pada hari yang sama. Berikut ini
adalah analisis hasil jawaban tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan indikator-indikatornya
a Mengenal masalah
Indikator mengenal masalah adalah mengukur kemampuan siswa untuk menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan berdasarkan
informasi yang terdapat dalam masalah. Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 4a dan 7a. Keduanya mewakili kemampuan
berpikir kritis dengan indikator mengenal masalah. Dari hasil posttest diperoleh rata-rata indikator mengenal masalah pada kelas eksperimen
sebesar 6,76 dengan nilai 84,5, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator mengenal masalah sebesar 6,62 dengan nilai 82,75. Sebagai
gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilang bulat dan bilangan pecahan indikator
mengenal masalah berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil
jawaban siswa pada soal nomor 4a adalah sebagai berikut: Suatu ujian matematika berjumlah 50 butir soal. Setiap jawaban
yang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai -1, sedangkan untuk soal yang tidak dijawab diberi nilai 0. Dalam ujian
tersebut Budi menjawab soal dengan benar sebanyak 42 soal, dan sebanyak 5 soal tidak dijawab.
a. Jika yang ditanyakan adalah nilai yang diperoleh Budi maka
rumuskanlah apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah tersebut
Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut:
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.9 Hasil Jawaban Siswa Indikator Mengenal Masalah Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 4.9, terlihat bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mampu menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan berdasarkan informasi dalam soal. Namun, perbedaanya pada kelas eksperimen, siswa hanya menuliskan informasi yang dibutuhkan
dalam menyelesaiakan masalah dengan kalimat yang singkat dan to the point atau langsung pada intinya, artinya siswa tersebut sudah mampu
memilah informasi apa saja yang dirasa perlu dan tidak. Berbeda dengan siswa dikelas kontrol, dalam menjawab pertanyaan tersebut, siswa
menuliskan kembali soal dengan apa adanya.
b Menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah
Indikator menemukan
cara yang
dapat dipakai
untuk menyelesaikan masalah adalah siswa mampu menuliskan langkah-
langkah penyelesaian masalah dengan benar dan sistematis. Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 3a, 4c, 5a, 6a dan 7c. Kelimanya
mewakili kemampuan berpikir kritis dengan indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah. Dari hasil posttest
diperoleh rata-rata indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah pada kelas eksperimen sebesar 15,11 dengan
nilai 75,55. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah sebesar 12
dengan nilai 60. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilangan bulat dan
bilangan pecahan indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah berikut ini akan ditampilkan soal beserta
jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 4c adalah sebagai berikut:
Suatu ujian matematika berjumlah 50 butir soal. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai -1,
sedangkan untuk soal yang tidak dijawab diberi nilai 0. Dalam ujian tersebut Budi menjawab soal dengan benar sebanyak 42 soal, dan
sebanyak 5 soal tidak dijawab. c. Tentukan nilai yang diperoleh Budi dan sertakan langkah-langkah
dalam menyelesaikan masalah tersebut
Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut:
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menemukan Cara yang Dapat
Dipakai Untuk Menyelesaikan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 4.10, terlihat bahwa siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol sudah mampu menuliskan langkah penyelesaian
dengan benar dan sistematik. Namun perbedaanya, dalam menuliskan keterangan penjelasan pada setiap langkah, siswa kelas eksperimen sudah
tepat karena sesuai dengan maksud yang dipahami, sedangkan pada kelas kontrol belum tepat karena tidak sesuai dengan maksud yang dipahami.
c Menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah
Indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah- masalah adalah siswa mampu memberikan penjelasan dengan benar
mengenai hubungan antara informasi yang terdapat dalam masalah dengan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan
menuliskan konsep yang digunakan dalam setiap langkah penyelesaian dengan benar dan sangat tepat
Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 3b, 4b, 5b, 6b dan 7b. Kelimanya mewakili kemampuan berpikir kritis matematis dengan
indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah. Dari hasil posttest diperoleh rata-rata indikator menemukan hubungan yang
logis antara masalah-masalah pada kelas eksperimen sebesar 12,08 dengan nilai 60,4. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator
menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah sebesar 7,84 dengan nilai 39,2. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai
kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilang bulat dan bilangan pecahan menemukan hubungan yang logis antara masalah-
masalah berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada
soal nomor 4b adalah sebagai berikut: Suatu ujian matematika berjumlah 50 butir soal. Setiap jawaban
yang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai -1, sedangkan untuk soal yang tidak dijawab diberi nilai 0. Dalam ujian
tersebut Budi menjawab soal dengan benar sebanyak 42 soal, dan sebanyak 5 soal tidak dijawab.
b. Konsep apakah yang kalian gunakan untuk menentukan nilai Budi? Berikan alasanmu
Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut:
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.11 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menemukan Hubungan yang Logis
Antara Masalah-Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil jawaban siswa diatas, terlihat bahwa siswa kelas ekperimen sudah mampu memberikan penjelasan dengan benar mengenai
hubungan antara informasi yang terdapat dalam masalah dengan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Berbeda dengan siswa
dikelas kontrol, dalam memberikan penjelasan mengenai hubungan antara informasi yang terdapat dalam masalah dengan konsep yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah belum benar meskipun dalam menyebutkan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan sudah tepat.
Berikut salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 3b adalah sebagai berikut:
−24 × 12 + −24 × −6 −6 + 12
b. Berilah keterangan penggunaan konsep atau sifat operasi yang
digunakan dalam setiap langkah penyelesaianmu Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada
gambar berikut:
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.12 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menemukan Hubungan yang Logis
Antara Masalah-Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 4.12, terlihat bahwa siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol sudah mampu menuliskan konsep yang digunakan
dalam setiap langkah penyelesaian dengan benar dan sangat tepat. Namun perbedaanya, dalam menuliskan langkah penyelesaian dengan
disertai keterangan konsep yang digunakan, siswa kelas eksperimen lebih sistematik dan terstruktur dibandingkan dengan siswa kelas kontrol
d Menganalisis data
Indikator menganalisis data adalah siswa mampu menilai pernyataan dengan benar disertai alasan dengan tepat. Pada soal posttest
yang diberikan, soal nomor 1 dan 2, keduannya mewakili kemampuan berpikir kritis matematis dengan indikator menganalisis data. Dari hasil
posttest diperoleh rata-rata indikator menganalisis data pada kelas eksperimen sebesar 5,7 dengan nilai 71,25. Sedangkan pada kelas kontrol
rata-rata indikator menganalisis data sebesar 4,19 dengan nilai 52,37. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir
kritis matematis pokok bahasan bilangan bulat dan bilangan pecahan menganalisis data berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban
posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 1 adalah sebagai berikut:
Menurut kalian manakah pernyataan berikut yang benar dan berikan alasanmu?
i -4
3 4
ii 0,75 1
4 5
iii 25,7 1,8
iv −2
3 5
75 Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada
gambar berikut:
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.13 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menganalisis Data Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 4.13, terlihat bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mampu menilai pernyataan dengan benar disertai
dengan alasan dengan tepat. Dalam memberikan alasan, siswa kelas
eksperimen maupun kelas kontrol menyertakan bukti-bukti yang mendukung pernyataan mereka, perbedaanya siswa kelas eksperimen
mengubah berbagai jenis bilangan yang ada menjadi pecahan desimal dan kemudian menggambarkan pecahan tersebut ke dalam garis bilangan
dan menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut salah atau benar, dengan menyertakan alasan pernyataan tersebut bernilai benar atau salah.
Sedangkan, siswa kelas kontrol hanya mengubah berbagai jenis bilangan yang ada menjadi pecahan desimal dan kemudian menggambarkan
pecahan tersebut ke dalam garis bilangan dan menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut salah atau benar, tanpa disertai alasan pernyataan
tersebut bernilai benar atau salah.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa metode IMPROVE yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang baik
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Hal ini dipertegas dengan hasil perhitungan uji-t bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode konvensional yang
diterapkan disekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
J esyich Anjras Purnamadewi 2013 dalam judul “Keefektifan Pembelajaran
Metode IMPROVE dengan pendekatan PMRI terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII Materi Segiempat
”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar dalam aspek
kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran menggunakan metode IMPROVE dengan pendekatan PMRI lebih baik daripada rata-rata hasil
belajar siswa dalam aspek kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran ekspositori.
1
Faktor yang menyebabkan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode IMPROVE lebih
tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode ekspositori yaitu adanya
pertanyaan metakognitif membantu siswa untuk memahami masalah dan merencanakan penyelesaian masalah. Hal ini didukung oleh pendapat Paul.
Sebagaimana dikutip oleh Fisher bahwa satu-satunya cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang ialah melalui „berpikir
tentang pemikiran diri sendiri’ atau sering disebut „metakognisi’.
2
Selain itu, Pembelajaran dalam kelompok-kelompok heterogen yang diterapkan pada
metode ini memberikan keuntungan bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa dapat berdiskusi dan saling berinteraksi
dalam menyelesaikan masalah. Hal ini didukung oleh Resnick sebagaimana dikutip oleh Suwarman, bahwa intraksi sosial pada siswa dapat melatih
mereka untuk berpikir dengan baik.
3
Adapun hal yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol lebih rendah dari kemampuan berpikir kritis matematis
siswa kelas eksperimen disebabkan pembelajaran pada kelas kontrol masih terpusat pada guru. Sehingga, pembelajaran kurang menarik. Akibatnya siswa
kurang antusias dalam pembelajaran. Selain itu, siswa kurang aktif terlibat dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sanjaya yang
menyatakan bahwa pembelajaran ekspositori juga disebut pembelajaran langsung oleh guru, dimana siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu,
akan tetapi, materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.
4
1
Purnadewi, op.cit., h.94
2
Fisher, op.cit., h. 4-5
3
Suwarma, op.cit., h.25
4
Sanjaya, loc.cit.