Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan pemahaman comprehension question sebagaimana terdapat pada Gambar 4.6 terlihat bahwa siswa belum mampu menjawab pertanyaan pemahaman dengan tepat. siswa menjawab pertanyaan tersebut hanya berdasarkan penggalan kata dari redaksi soal, bukan memahami masalah. Sama halnya pada jawaban siswa terhadap pertanyaan koneksi connection question, siswa belum mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat. Hal ini terlihat dari hasil jawaban siswa hanya berdasarkan penggalan kata dari redaksi soal, bukan fokus pada perbedaan dan persamaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya yang telah diselesaikan. Sedangkan, pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan strategi strategic question, siswa sudah mampu menuliskan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, meskipun dalam menuliskan strategi yang akan digunakan belum tepat dan tidak menyertakan alasannya. Dalam menuliskan penyelesaian dari masalah tersebut masih belum tepat atau tidak sesuai dengan kunci jawaban. Namun, siswa tersebut sudah konsisten menyelesaikan masalah berdasarkan strategi yang telah direncanakan. Pada beberapa pertemuan selanjutnya, terlihat adanya perkembangan siswa dalam menjawab pertanyaan metakognisi. Untuk lebih memperjelas perkembangan siswa dalam menjawab pertanyaan metakognisi dapat dilihat pada hasil jawaban salah satu kelompok pada soal no. 3 LLS-3 berikut ini: Ibu lena adalah seorang pedagang buah apel. Ia memasukkan buah apel ke dalam keranjang sebanyak 8 karung dengan setiap karung berisi 100 buah apel. Ternyata keranjang tersebut belum penuh, sehingga ibu lena menambahkan 12 buah apel lagi pada setiap karung. Berapa buah apel di dalam keranjang tersebut saat ini? Gambar 4.7 Hasil Jawaban Salah Satu Kelompok Pada Soal No.3 LLS-3 Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan pemahaman comprehension question sebagaimana terdapat pada Gambar 4.7 terlihat bahwa siswa sudah mampu memahami masalah tersebut tentang apa, selain itu siswa juga sudah mampu menjelaskan masalah dengan kata-kata mereka sendiri, meskipun jawaban tersebut kurang lengkap. Sama halnya pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan koneksi connection question, siswa sudah mampu menjelaskan perbedaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya dengan benar, meskipun kurang tepat dalam menjawab persamaan kedua masalah tersebut. Hal ini menunjukkan siswa hanya fokus pada perbedaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya yang telah diselesaikan, tetapi belum fokus melihat persamaan antara kedua masalah tersebut. Sedangkan pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan strategi strategic question, siswa sudah mampu menjelaskan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, meskipun kurang lengkap. Dalam menjawab penyelesaian masalah tersebut pun, siswa sudah melakukan perhitungan dengan benar sesuai dengan kunci jawaban, akan tetapi dalam menuliskan langkah penyelesaiannya belum sistematik. Pada beberapa pertemuan selanjutnya, terlihat dalam menjawab pertanyaan metakognisi sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Siswa sudah mulai terbiasa menggunakan pertanyaan metakognisi dalam membantu mereka menyelesaikan masalah yang dianggap sulit. Berikut adalah hasil jawaban salah satu kelompok pada soal no. 4 LLS-6: Pak Edi membeli 2 5 6 kg jagung. Ditengah jalan jagung yang ia beli tumpah. Ternyata jagung yang tumpah sebanyak 1 3 kg. Setelah tiba di rumah, 1 1 2 kg jagung tersebut diberikan kepada burung merpatinya. Berapa kg jagung yang tersisa? Gambar 4.8 Hasil Jawaban Salah Satu Kelompok Pada Soal No.4 LLS-6 Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan pemahaman comprehension question sebagaimana terdapat pada Gambar 4.8 terlihat bahwa siswa sudah mampu memahami masalah tersebut tentang apa, selain itu siswa juga sudah mampu menjelaskan masalah dengan kata-kata mereka sendiri dengan benar. Sama halnya pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan koneksi connection question, siswa sudah mampu menjelaskan perbedaan dan persamaan antara masalah saat ini dengan masalah sebelumnya dengan benar. Sedangkan pada hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan strategi strategic question, siswa sudah mampu menuliskan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan menyertakan alasannya. Dalam menjawab penyelesaian masalah tersebut, siswa sudah melakukan perhitungan dengan benar dan menuliskan langkah penyelesaian dengan tepat serta menyertakan rumusan pertanyaan sebelum menjawab. Metode IMPROVE mengharuskan siswa belajar dalam kelompok heterogen terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Seluruh anggota kelompok diharuskan saling membantu jika terdapat teman satu kelompoknya yang mengalami kesulitan, sehingga kesulitan siswa dalam memahami permasalahan baik dalam tahap introducing new concepts maupun pada tahap practicing dapat terselesaikan. Pembagian kelompok yang merata membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri masih terdapat beberapa siswa dalam kelompoknya yang hanya mengandalkan teman yang pintar. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti meminta siswa tersebut mewakili kelompoknya mempersentasikan hasil diskusi dipapan tulis. Sehingga diharapkan munculnya usaha siswa tersebut untuk bertanya pada teman kelompoknya. Selain itu, ketika mereka dihadapkan pada soal-soal matematika yang sulit untuk diselesaikan, mereka tidak ragu untuk bertanya kepada guru atau teman satu kelompoknya. Hal ini dipertegas dengan hasil pengamatan perkembangan sikap pada aspek rasa ingin tahu dan tanggung jawab dalam kelompok, terlihat bahwa dari 37 siswa di kelas eksperimen terdapat 8 siswa mendapatkan nilai A, 14 siswa mendapatkan nilai B, 10 siswa mendapatkan nilai C dan 5 siswa mendapatkan nilai D. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 29. Berbeda dengan proses pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional, siswa terlihat pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat ketika siswa pada kelas kontrol mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan guru atau ketika dihadapkan pada soal-soal yang sulit untuk diselesaikan mereka tidak mau bertanya atau malu bertanya kepada guru, mereka lebih senang diam dan tidak mengerjakan soal tersebut. Hanya sedikit siswa yang aktif bertanya. Kelas hanya didominasi oleh guru dan siswa yang pintar saja. Hal ini dipertegas dengan hasil pengamatan perkembangan sikap pada aspek rasa ingin tahu dan tanggung jawab dalam tugas individu, terlihat bahwa dari 37 siswa di kelas kontrol terdapat 3 siswa mendapatkan nilai A, 8 siswa mendapatkan nilai B, 11 siswa mendapatkan nilai C dan 15 siswa mendapatkan nilai D. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 30. Pada akhir pertemuan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, guru memberikan kuis untuk mengetahui pemahaman siswa. Namun perbedaanya pada kelas eksperimen, s iswa yang memperoleh hasil kuis ≥ 75 diberi tugas lanjutan, yaitu mengerjakan soal pengayaan dirumah dan meminta mereka mengumpulkan soal pengayaan tersebut pada pertemuan selanjutnya, untuk siswa yang memperoleh hasil kuis 75 diberikan kegiatan perbaikan yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan didampingin oleh guru, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan perbaikan ini. Hal ini karena kegiatan perbaikan yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai, dimana fisik dan pikiran siswa sudah letih. Untuk mengatasi hal tersebut, pembelajaran diselingi dengan joke atau games untuk meningkatkan semangat mereka mengikuti pembelajaran hingga selesai. Tes akhir posttest kemampuan berpikir kritis matematis untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol dilakukan pada hari yang sama. Berikut ini adalah analisis hasil jawaban tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan indikator-indikatornya a Mengenal masalah Indikator mengenal masalah adalah mengukur kemampuan siswa untuk menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan berdasarkan informasi yang terdapat dalam masalah. Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 4a dan 7a. Keduanya mewakili kemampuan berpikir kritis dengan indikator mengenal masalah. Dari hasil posttest diperoleh rata-rata indikator mengenal masalah pada kelas eksperimen sebesar 6,76 dengan nilai 84,5, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator mengenal masalah sebesar 6,62 dengan nilai 82,75. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilang bulat dan bilangan pecahan indikator mengenal masalah berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 4a adalah sebagai berikut: Suatu ujian matematika berjumlah 50 butir soal. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai -1, sedangkan untuk soal yang tidak dijawab diberi nilai 0. Dalam ujian tersebut Budi menjawab soal dengan benar sebanyak 42 soal, dan sebanyak 5 soal tidak dijawab. a. Jika yang ditanyakan adalah nilai yang diperoleh Budi maka rumuskanlah apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah tersebut Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut: Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 4.9 Hasil Jawaban Siswa Indikator Mengenal Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4.9, terlihat bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan berdasarkan informasi dalam soal. Namun, perbedaanya pada kelas eksperimen, siswa hanya menuliskan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaiakan masalah dengan kalimat yang singkat dan to the point atau langsung pada intinya, artinya siswa tersebut sudah mampu memilah informasi apa saja yang dirasa perlu dan tidak. Berbeda dengan siswa dikelas kontrol, dalam menjawab pertanyaan tersebut, siswa menuliskan kembali soal dengan apa adanya. b Menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah Indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah adalah siswa mampu menuliskan langkah- langkah penyelesaian masalah dengan benar dan sistematis. Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 3a, 4c, 5a, 6a dan 7c. Kelimanya mewakili kemampuan berpikir kritis dengan indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah. Dari hasil posttest diperoleh rata-rata indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah pada kelas eksperimen sebesar 15,11 dengan nilai 75,55. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah sebesar 12 dengan nilai 60. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilangan bulat dan bilangan pecahan indikator menemukan cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 4c adalah sebagai berikut: Suatu ujian matematika berjumlah 50 butir soal. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai -1, sedangkan untuk soal yang tidak dijawab diberi nilai 0. Dalam ujian tersebut Budi menjawab soal dengan benar sebanyak 42 soal, dan sebanyak 5 soal tidak dijawab. c. Tentukan nilai yang diperoleh Budi dan sertakan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah tersebut Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut: Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menemukan Cara yang Dapat Dipakai Untuk Menyelesaikan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4.10, terlihat bahwa siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol sudah mampu menuliskan langkah penyelesaian dengan benar dan sistematik. Namun perbedaanya, dalam menuliskan keterangan penjelasan pada setiap langkah, siswa kelas eksperimen sudah tepat karena sesuai dengan maksud yang dipahami, sedangkan pada kelas kontrol belum tepat karena tidak sesuai dengan maksud yang dipahami. c Menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah Indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah- masalah adalah siswa mampu memberikan penjelasan dengan benar mengenai hubungan antara informasi yang terdapat dalam masalah dengan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan menuliskan konsep yang digunakan dalam setiap langkah penyelesaian dengan benar dan sangat tepat Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 3b, 4b, 5b, 6b dan 7b. Kelimanya mewakili kemampuan berpikir kritis matematis dengan indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah. Dari hasil posttest diperoleh rata-rata indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah pada kelas eksperimen sebesar 12,08 dengan nilai 60,4. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah sebesar 7,84 dengan nilai 39,2. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilang bulat dan bilangan pecahan menemukan hubungan yang logis antara masalah- masalah berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 4b adalah sebagai berikut: Suatu ujian matematika berjumlah 50 butir soal. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai -1, sedangkan untuk soal yang tidak dijawab diberi nilai 0. Dalam ujian tersebut Budi menjawab soal dengan benar sebanyak 42 soal, dan sebanyak 5 soal tidak dijawab. b. Konsep apakah yang kalian gunakan untuk menentukan nilai Budi? Berikan alasanmu Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut: Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 4.11 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menemukan Hubungan yang Logis Antara Masalah-Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil jawaban siswa diatas, terlihat bahwa siswa kelas ekperimen sudah mampu memberikan penjelasan dengan benar mengenai hubungan antara informasi yang terdapat dalam masalah dengan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Berbeda dengan siswa dikelas kontrol, dalam memberikan penjelasan mengenai hubungan antara informasi yang terdapat dalam masalah dengan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah belum benar meskipun dalam menyebutkan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan sudah tepat. Berikut salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 3b adalah sebagai berikut: −24 × 12 + −24 × −6 −6 + 12 b. Berilah keterangan penggunaan konsep atau sifat operasi yang digunakan dalam setiap langkah penyelesaianmu Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut: Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 4.12 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menemukan Hubungan yang Logis Antara Masalah-Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4.12, terlihat bahwa siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol sudah mampu menuliskan konsep yang digunakan dalam setiap langkah penyelesaian dengan benar dan sangat tepat. Namun perbedaanya, dalam menuliskan langkah penyelesaian dengan disertai keterangan konsep yang digunakan, siswa kelas eksperimen lebih sistematik dan terstruktur dibandingkan dengan siswa kelas kontrol d Menganalisis data Indikator menganalisis data adalah siswa mampu menilai pernyataan dengan benar disertai alasan dengan tepat. Pada soal posttest yang diberikan, soal nomor 1 dan 2, keduannya mewakili kemampuan berpikir kritis matematis dengan indikator menganalisis data. Dari hasil posttest diperoleh rata-rata indikator menganalisis data pada kelas eksperimen sebesar 5,7 dengan nilai 71,25. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator menganalisis data sebesar 4,19 dengan nilai 52,37. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis pokok bahasan bilangan bulat dan bilangan pecahan menganalisis data berikut ini akan ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil jawaban siswa pada soal nomor 1 adalah sebagai berikut: Menurut kalian manakah pernyataan berikut yang benar dan berikan alasanmu? i -4 3 4 ii 0,75 1 4 5 iii 25,7 1,8 iv −2 3 5 75 Perbedaan jawaban dari kelas ekperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut: Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 4.13 Hasil Jawaban Siswa Indikator Menganalisis Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4.13, terlihat bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mampu menilai pernyataan dengan benar disertai dengan alasan dengan tepat. Dalam memberikan alasan, siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol menyertakan bukti-bukti yang mendukung pernyataan mereka, perbedaanya siswa kelas eksperimen mengubah berbagai jenis bilangan yang ada menjadi pecahan desimal dan kemudian menggambarkan pecahan tersebut ke dalam garis bilangan dan menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut salah atau benar, dengan menyertakan alasan pernyataan tersebut bernilai benar atau salah. Sedangkan, siswa kelas kontrol hanya mengubah berbagai jenis bilangan yang ada menjadi pecahan desimal dan kemudian menggambarkan pecahan tersebut ke dalam garis bilangan dan menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut salah atau benar, tanpa disertai alasan pernyataan tersebut bernilai benar atau salah. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa metode IMPROVE yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Hal ini dipertegas dengan hasil perhitungan uji-t bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode konvensional yang diterapkan disekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh J esyich Anjras Purnamadewi 2013 dalam judul “Keefektifan Pembelajaran Metode IMPROVE dengan pendekatan PMRI terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII Materi Segiempat ”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar dalam aspek kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran menggunakan metode IMPROVE dengan pendekatan PMRI lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa dalam aspek kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran ekspositori. 1 Faktor yang menyebabkan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode IMPROVE lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode ekspositori yaitu adanya pertanyaan metakognitif membantu siswa untuk memahami masalah dan merencanakan penyelesaian masalah. Hal ini didukung oleh pendapat Paul. Sebagaimana dikutip oleh Fisher bahwa satu-satunya cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang ialah melalui „berpikir tentang pemikiran diri sendiri’ atau sering disebut „metakognisi’. 2 Selain itu, Pembelajaran dalam kelompok-kelompok heterogen yang diterapkan pada metode ini memberikan keuntungan bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa dapat berdiskusi dan saling berinteraksi dalam menyelesaikan masalah. Hal ini didukung oleh Resnick sebagaimana dikutip oleh Suwarman, bahwa intraksi sosial pada siswa dapat melatih mereka untuk berpikir dengan baik. 3 Adapun hal yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol lebih rendah dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen disebabkan pembelajaran pada kelas kontrol masih terpusat pada guru. Sehingga, pembelajaran kurang menarik. Akibatnya siswa kurang antusias dalam pembelajaran. Selain itu, siswa kurang aktif terlibat dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sanjaya yang menyatakan bahwa pembelajaran ekspositori juga disebut pembelajaran langsung oleh guru, dimana siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu, akan tetapi, materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. 4 1 Purnadewi, op.cit., h.94 2 Fisher, op.cit., h. 4-5 3 Suwarma, op.cit., h.25 4 Sanjaya, loc.cit.

D. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal. Namun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pokok bahasan bilangan bulat dan pecahan, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain 2. Kegiatan pengayaan yang merupakan bagian dari tahapan dalam metode IMPROVE diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan hasil belajar siswa yang telah dicapai dan sebagai salah satu cara dalam mengembangkan potensi siswa, pada penelitian ini dirasa belum optimal dilaksanakan. Mengingat bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dirumah sehingga guru tidak dapat memastikan apakah siswa mengerjakan sendiri atau dibantu orang lain. 3. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya pada aspek kemampuan berpikir kritis matematis saja, sedangkan aspek lain seperti minat, motivasi, intelegensi, lingkungan belajar dan lain lain tidak terkontrol. 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pengaruh metode IMPROVE terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa di MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan metode IMPROVE memiliki nilai rata-rata 70,89. Dari 4 indikator yang telah diukur terlihat bahwa nilai tertinggi ada pada indikator mengenal masalah sebesar 84,5. Sedangkan nilai terendah ada pada indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah sebesar 60,4. Artinya siswa pada kelas eksperimen memiliki kemampuan tertinggi pada aspek mengenal masalah. Namun, memiliki kemampuan terendah pada aspek menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah. 2. Hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan metode konvensional memiliki nilai rata-rata rata 54,8. Dari 4 indikator yang telah diukur terlihat bahwa nilai tertinggi ada pada indikator mengenal masalah sebesar 82,75. Sedangkan nilai terendah ada pada indikator menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah sebesar 39,2. Artinya siswa pada kelas kontrol memiliki kemampuan tertinggi pada aspek mengenal masalah. Namun, memiliki kemampuan terendah pada aspek menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah. 3. Rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan metode konvensional t hitung = 4,732 t tabel = 1,666. Dengan demikian penggunaan metode IMPROVE memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa dibandingkan metode konvensional.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, berikut beberapa saran penulis terkait penelitian ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan metode IMPROVE mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh guru, 2. Penelitian ini belum mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada aspek menemukan hubungan yang logis antara masalah-masalah. Sekiranya perlu diberikan solusi lain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis pada aspek tersebut. 3. Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan bulat dan pecahan. Oleh karena itu, sebaiknya penelitian juga dilakukan pada pokok bahasan matematika lainnya. 4. Agar penelitian ini lebih sempurna, sebaikanya aspek lain yang dapat mempengaruhi variabel penelitian ini juga dikontrol dengan baik