Perumusan Masalah Tujuan Penelitian

10

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis a. Kemampuan Berpikir Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti sanggup. 1 Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. 2 Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan apabila ia sanggup untuk melakukan sesuatu. Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akal budi, ingatan, angan-angan. 3 Sedangkan, “berpikir” adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan sesuatu, menimbang- nimbang dalam ingatan. 4 Ruggiero mengartikan berpikir, sebagaimana dikutip oleh Yuli, sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan fulfill a desire to understand. 5 Ketika seseorang merumuskan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan ataupun memahami sesuatu, hal ini menunjukkan bahwa ia melakukan aktivitas berpikir. Menurut Suryabrata, sebagaimana dikutip oleh Yuli, menyatakan bahwa berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. 6 Proses berpikir pada pokoknya terdiri dari 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia [online] tersedia kbbi.web.id, 2 Agustus 2014 2 Ibid. 3 Ibid. 4 Ibid. 5 Tatag Yuli, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya : Unesa University Press, 2008, h. 13. 6 Ibid., h. 12. penarikan kesimpulan. 7 Hal ini menunjukan bahwa apabila seseorang dihadapkan pada masalah maka dalam proses berpikir orang tersebut akan menyusun hubungan antara bagian-bagian informasi yang direkam sebagai pengertian. Kemudian orang tersebut membentuk pendapat-pendapat yang sesuai dengan pengetahuannya. Setelah itu, akan membuat kesimpulan yang digunakan untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir adalah kesanggupan seseorang dalam menggunakan akal budi untuk memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. b. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dewey mendefinisikan berpikir kritis, sebagaimana dikutip oleh Fisher, sebagai pertimbangan yang aktif, persistent terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecendrungannya. 8 Berdasarkan dari definisi tersebut, Dewey ingin membedakan antara „berpikir kritis‟ dengan „berpikir pasif‟. Bagi Dewey, berpikir kritis adalah berpikir „aktif‟. Dewey menunjukan dua ciri utama dari berpikir aktif, yakni berpikir secara terus menerus dan teliti. 9 Berdasarkan kedua hal tersebut dapat dipahami bahwa orang yang berpikir kritis akan terus aktif mengoptimalkan daya nalarnya dalam mencermati berbagai informasi atau pengetahuan yang menjadi objek penalaranya sebelum menyimpulkannya dan tidak mau menerima sesuatu begitu saja. Berbeda dengan seseorang 7 Ibid. 8 Fisher, op. cit., h. 2. 9 Kasdin Sihotang, dkk, Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis, Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, 2012. h.4