Analisis Hubungan Pendidikan dengan Penyakit DM

syndrome, pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2. 20 Namun, ketika jenis kelamin masuk kedalam model multivariat, hasil uji tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel jenis kelamin dengan diabetes melitus. Hal ini dikarenakan adanya interaksi antara variabel independen dalam uji multivariat. Dengan demikian pengaruh variabel jenis kelamin tertutupi oleh variabel lainnya yaitu variabel umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein. Sebagai usaha untuk mengurangi kejadian diabetes melitus pada perempuan di daerah perkotaan dapat dilakukan dengan penyebaran informasi kesehatan terkait dengan penyakit diabetes melitus melalui penyuluhan kesekolah-sekolah, media cetak dan elektronik seperti di majalah, koran, televisi TV sedini mungkin, penyebaran informasi difokuskan pada perempuan.

3. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Penyakit DM

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat- tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. 15 Dengan pendidikan yang tinggi biasanya seseorang memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan. Oleh karena itu seseorang diharapkan dapat berprilaku sehat seperti mencegah dirinya dari suatu penyakit seperti diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian, diabetes melitus pada penduduk yang berpendidikan rendah sebesar 4,5 dan pada penduduk yang berpendidikan tinggi sebesar 4,0. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,29 1 artinya pada α 5 tidak ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan penyakit diabetes melitus. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk 1994 bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai hubungan yang signifikan untuk tidak mengalami kejadian diabetes melitus dibanding orang yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui faktor-faktor risiko diabetes sehingga dapat berjaga-jaga untuk tidak terkena diabetes melitus. 19 Walaupun secara statistik pendidikan tidak berhubungan dengan penyakit diabetes melitus, tetapi diabetes melitus paling tinggi dialami oleh orang yang tidak tamat SD 7,1 hal ini kemungkinan disebabkan orang yang tidak tamat SD adalah orang yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah pula, termasuk pengetahuan tentang kesehatan sehingga mempengaruhi prilaku hidup sehatnya. Seperti halnya yang dikatakan oleh Berg tahun 1986 tingkat pengetahuan seseorang sangat berpengaruh pada perilaku dan sikap dalam memilih jenis makanan dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi yang bersangkutan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatannya yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi. 42

4. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit DM