Model Akhir Multivariat Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Kejadian Penyakit DM

Tabel 5.27 Model Prediksi Multivariat Variabel Model I Model II Model III Model IV Model V Model VI Umur 0,006 0,006 0,006 0,005 0,005 0,004 Jenis Kelamin 0,175 0,175 0,167 0,171 - - Pekerjaan 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 Obesitas 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Aktivitas Fisik 0,142 0,148 0,192 - - - Hipertensi 0,048 0,047 0,043 0,046 0,046 0,050 Konsumsi Lemak 0,085 0,094 0,097 0,077 0,079 - Merokok 0,183 0,175 - - - - Konsumsi Alkohol 0,040 0,042 0,037 0,040 0,026 0,025 Konsumsi Kafein 0,007 0,007 0,004 0,006 0,001 0,001 Konsumsi Buah dan Sayur 0,251 - - - - - Sumber: Data Primer Keterangan: : Pvalue 0,05 Berdasarkan tabel 5.27 Pvalue yang 0,05 dikeluarkan satu persatu dari pvalue yang paling besar, hingga tidak ada lagi variabel yang 0,05. Pada model keenam semua variabel memiliki pvalue ≤ 0,05 variabel tersebut adalah umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi dan konsumsi kafein.

1. Model Akhir Multivariat

Tabel 5.28 Model Prediksi Diabetes Melitus DM Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 Variabel B Wald Pwald OR Umur 0,000 4,991 0,004 0,999 0,999-1,000 Pekerjaan 0,352 9,609 0,002 1,421 1,138-1,775 Obesitas 0,856 132,903 0,000 2,353 2,034-2,721 Hipertensi 0,176 3,857 0,050 1,193 1,000-1,422 Konsumsi alkohol -0,767 5,099 0,025 0,464 0,238-0,904 Konsumsi kafein -0,143 11,614 0,001 0,867 0,799-0,941 Constant 2,992 67,428 0,000 19,918 Sumber: Data Primer Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein terbukti berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit diabetes melitus. Dari keenam variabel diatas variabel obesitas merupakan variabel pertama yang paling besar mempengaruhi kejadian diabetes melitus karena memiliki nilai OR yang paling besar dari variabel lainnya yaitu 2,353 artinya orang yang obesitas mempunyai peluang untuk mengalami kejadian diabetes melitus sebesar 2,353 kali dibandingkan orang yang tidak obesitasnormal setelah dikontroldipengaruhi dengan variabel umur, pekerjaan, hipertensi, konsumsi alkohol dan konsumsi kafein. Variabel pekerjaan merupakan variabel kedua yang paling besar mempengaruhi kejadian diabetes melitus dengan nilai OR sebesar 1,421 artinya orang yang tidak bekerja mempunyai peluang untuk mengalami kejadian diabetes melitus sebesar 1,421 kali dibandingkan orang yang bekerja setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi, konsumsi alkohol dan konsumsi kafein. Variabel hipertensi merupakan variabel ketiga yang paling besar mempengaruhi kejadian diabetes dengan nilai OR sebesar 1,193 artinya orang yang hipertensi mempunyai peluang untuk mengalami kejadian diabetes melitus sebesar 1,193 kali dibandingkan orang yang tidak hipertensi setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, obesitas, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein. Selanjutnya adalah variabel umur dengan nilai OR sebesar 0,999 artinya semakin tua umur seseorang mempunyai peluang untuk mengalami kejadian diabetes melitus sebesar 0,999 kali dibandingkan dengan orang yang berusia muda setelah dikontrol dengan variabel pekerjaan, obesitas, hipertensi, konsumsi alkohol dan konsumsi kafein. Variabel konsumsi kafein dengan nilai OR sebesar 0,867 artinya orang yang sering mengkonsumsi kafein mempunyai peluang untuk mengalami kejadian diabetes melitus sebesar 0,867 kali dibandingkan orang yang jarang dan tidak pernah mengkonsumsi kafein setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi dan konsumsi alkohol. Terakhir adalah variabel konsumsi alkohol dengan OR sebesar 0,464 artinya orang yang mengkonsumsi alkohol mempunyai peluang untuk mengalami kejadian diabetes melitus sebesar 0,464 kali dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi dan konsumsi kafein. Nilai OR pada variabel umur, dan konsumsi alkohol memiliki nilai yang rendah yaitu dibawah nilai satu yang artinya ketiga variabel tersebut merupakan faktor pencegah dari kejadian diabetes melitus. Hal ini diasumsikan bahwa jumlah sampel yang besar menyebabkan data bersifat homogen seperti pada variabel umur dibawah 60 tahun 93,8 lebih banyak dibandingkan umur diatas 60 tahun 6,2 penderita diabetes melitus, data yang homogen dapat mempengaruhi hasil analisis penelitian. Begitupula dengan variabel konsumsi alkohol dan konsumsi kafein didapatkan penduduk yang mengkonsumsi alkohol 2,7 lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 97,3 dan konsumi kafein 33,9 lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang jarang dan tidak pernah konsumsi kafein 66,1. Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Logit penyakit diabetes melitus = 2,992 + 0,856 x obesitas + 0,352 x pekerjaan + 0,176 x hipertensi + 0,000 x umur – 0,143 x konsumsi kafein – 0,767 x konsumsi alkohol. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa orang yang obesitas menaikkan 0,856 kali kejadian diabetes melitus, orang yang tidak bekerja menaikkan 0,352 kali kejadian diabetes melitus, orang yang hipertensi menaikkan 0,176 kali kejadian diabetes melitus, semakin tua umur seseorang akan menaikkan 0,000 kali kejadian diabetes melitus, orang yang mengkonsumsi kafein dengan frekuensi sering menurunkan 0,143 kali kejadian diabetes melitus dan orang yang mengkonsumsi alkohol menurunkan 0,767 kali kejadian diabetes melitus. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan nilai koefisien determinan R square adalah 0,031 artinya bahwa model model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 3,1 variasi variabel dependen diabetes melitus. Dengan demikian, variabel umur, pekerjaan, obesitas, hipertensi, konsumsi kafein dan konsumsi alkohol hanya dapat menjelaskan variasi variabel diabetes melitus sebesar 3,1. Sedangkan 96,9 dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2007, itu berarti data tersebut tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Sebagai akibatnya, beberapa variabel yang diperlukan dan diduga berhubungan dengan penyakit diabetes melitus DM tidak bisa diteliti seperti riwayat keluarga DM dan riwayat pernah menderita diabetes gestasional. Pada penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama, penelitian ini cocok sekali untuk penelitian survei. Disain ini memiliki kekurangan seperti tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat, tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan, kesimpulan korelasi faktor risiko dengan faktor efek paling lemah dan hubungan sebab akibat tidak tergambar dengan jelas. Instrumen penelitian yang digunakan pada variabel tingkat konsumsi lemak sebatas pertanyaan frekuensi makan tanpa mengukur seberapa banyak jumlah lemak yang dikonsumsi individu per hari. Sehingga tidak dapat mengukur jumlah dan kadar lemak yang dikonsumsi per hari, karena dengan