BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Disain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain studi cross sectional,
dimana variabel independen sebagai faktor risiko dan variabel dependen sebagai penyakit diambil dalam waktu bersamaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian Jaringan Informasi dan Publikasi Penelitian JIPP berdasarkan data Riskedas riset kesehatan dasar 2007 di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Riskesdas bidang Biomedis dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan populasi penduduk di daerah urban di Indonesia yang berusia 15
tahun keatas, jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas dan tinggal di daerah perkotaan adalah 162,98 juta jiwa.
37
2. Sampel
Sampel untuk Riskesdas adalah rumah-tangga terpilih di BS terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh BPS untuk Susenas 2007. Seluruh
anggota rumah-tangga terpilih merupakan unit observasi pengamatan dalam rumah-tangga, sesuai dengan kuesioner yang telah disiapkan.
Instrumen untuk wawancara, pemeriksaan antropometri dipergunakan untuk seluruh anggota rumah tangga terpilih.
Kerangka pengambilan sampel sampling frame menggunakan blok sensus BS dari Badan Pusat Statistik BPS. Cara pengambilan sampel
adalah cluster sampling dengan menggunakan blok sensus BPS. Rancangan sampel 2 tahap di daerah perkotaan. Untuk rancangan sampel 2
tahap, tahap-1 dari kerangka sampel BS dipilih sejumlah BS secara probability proportional to size
PPS sampling, artinya penentuan banyaknya blok sensus disesuaikan dengan jumlah penduduk secara
proporsional. Jumlah blok sensus dalam Riskesdas 2007 adalah 17.150 blok sensus dari 440 kabupatenkota. Pada tahap-2, dari setiap blok sensus
terpilih kemudian dipilih 16 rumah tangga secara acak sederhana linear systematic sampling.
Sampel Riskesdas bidang biomedis adalah seluruh anggota rumah tangga RT dari RT terpilih di blok sensus terpilih di daerah urban sesuai
Susenas Kor 2007 yang berjumlah 6.474 blok sesnsus. Jumlah sampel yang diambil adalah 15 daerah urban di Indonesia secara systematic
random sampling . Besar sampel adalah 15.536 RT dari 971 BS. Jumlah
rumah tangga yang terpilih sebanyak 15.536 rumah tangga dan anggota rumah tangga yang diambil sampel gula darahnya berjumlah 24.417
individu, setelah dilakukan proses cleaning data jumlah sampel tersisa yang siap dianalisis berjumlah 17.641 individu.
Gambar 4.1 Alur Pengambilan Sampel Biomedis Pemeriksaan Gula Darah Riskesdas 2007
33propinsi
440 kabupatenkota
17.150 blok sensus
6.474 blok sensus
971 blok sensus terpilih
15.536 RT
Pencacahan 24.417 individu Sumber: Pedoman Pengambilan, Penyimpanan, Pengemasan dan
Pengiriman Spesimen Darah dan Metodelogi Penelitian
Riskesdas 2007.
38, 35
Propisnsi
KabupatenKota
Blok sensus
Blok sensus perkotaan
Blok sensus perkotaan terpilih 15
Sampel RT terpilih
Anggota RT usia ≥ 15 thn terpilih
Kriteria inklusi pemeriksaan glukosa darah adalah usia 15 tahun keatas, tidak hamil alasan medis dan etika, tercantum dalam daftar
responden Kesehatan Masyarakat, bersedia menandatangani surat pernyataan ikutserta informed consent dalam penelitian. Dan kriteria
eksklusi pemeriksaan glukosa darah adalah riwayat perdarahan hemofili, ITP penyakit kronis yang menggunakan obat pengencer darah asam
asetil salisilat: asetosal, aspirin, aspilet, ascardia secara rutin.
38
Untuk kepentingan analisis penelitian, maka perhitungan sampel minimal disesuaikan dengan rumus uji yang akan digunakan yaitu rumus
uji hipotesis beda dua proporsi two-tail Ariawan,1998 sebagai berikut: [ Z
1- α2
√ 2P1-P + Z
1- β
√P
1
1-P
1
+ P
2
1-P
2
]
2
n = X deff
P
1
- P
2 2
Keterangan : n = Jumlah sampel penelitian
Z
1- α2
= Derajat kemaknaan, 5 Z
1- β
= Kekuatan Uji, 99 P
1
= Proporsi kejadian diabetes di Indonesia pada jenis kelamin laki-laki, SKRT 2004 ; P
1
= 12,9 = 0,129
P
2
= Proporsi kejadian diabetes di Indonesia pada jenis kelamin perempuan, SKRT 2004 ; P
2
= 9,7 = 0,097
P = Rata-rata pada populasi
Berdasarkan rumus diatas, di dapatkan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 4151, dikalikan dengan disain efek dua 2, maka jumlah
sampel yang dibutuhkan 8302 orang. Untuk menghindari drop out atau missing
jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 10 dari jumlah sampel yang di dapat sehingga jumlah sampel secara keseluruhan
sebanyak 9133 orang. Jumlah sampel minimal ini digunakan oleh peneliti untuk menilai kecukupan dan melihat apakah jumlah sampel tersebut
memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis. Adapun jumlah sampel yang dianalisis berjumlah 17.641 orang. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan jumlah sampel yang didapatkan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis.
Kemudian dari jumlah sampel tersebut, dilakukan perhitungan kekuatan uji untuk melihat kemampuan atau mendeteksi adanya perbedaan
antara dua variabel yang diteliti. Setelah dilakukan perhitungan kekuatan uji menggunakan rumus di atas didapatkan didapatkan hasil Z 1-
β adalah 99.
P = P
1
+P
2
P
2
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner RISKESDAS 2007. Dibawah ini adalah beberapa variabel yang diteliti oleh peneliti:
Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian
No. Variabel Penelitian
Instrument Penelitian
1. Diabetes Melitus DM
Alat kimia klinis otomatis atau fotometri
2. Umur
Kuesioner Riskesdas kolom 5 3.
Jenis Kelamin Kuesioner Riskesdas kolom 4
4. Pendidikan
Kuesioner Riskesdas kolom 7 5.
Pekerjaan Kuesioner Riskesdas kolom 8
6. Obesitas
Timbangan Digital dan Microtoise 7.
Aktivitas fisik Kuesioner Riskesdas D22-D30
8. Hipertensi
Digital Sphygmomanometer
9. Konsumsi lemak
Kuesioner Riskesdas D35 10.
Merokok Kuesioner Riskesdas D11-D17
11. Konsumsi alkohol
Kuesioner Riskesdas D18-D21b 12.
Konsumsi kafein Kuesioner Riskesdas D35
13. Kurang konsumsi buah dan
sayur Kuesioner Riskesdas D31-D34
Sumber : Pedoman Pengisian Kuesioner RISKESDAS 2007, Pedoman Pengukuran dan
Pemeriksaan RISKESDAS 2007, Pedoman Pengambilan, Penyimpanan, Pengemasan dan Pengriman
Spesimen Darah.
14, 36, 28
Keterangan: D: Kode kuesioner pertanyaan prilaku U: Kode kuesioner pengukuran
1. Scoring Penilaian
a. Umur
Masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Dalam penelitian ini
dilihat dari rata-rata umur responden. b.
Jenis kelamin Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini jenis kelamin dikategorikan menjadi 2 dua yaitu perempuan dengan nilai 0 nol dan
laki-laki dengan nilai 1 satu. c.
Pendidikan Pendidikan di ukur berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang
telah dicapai responden, dalam penelitian ini pendidikan dikategorikan menjadi dua yaitu rendah dan tinggi. Penilaian rendah dilakukan dengan
memberikan nilai 0 nol jika ≤ SMP, dan penilaian tinggi dilakukan
dengan memberikan nilai 1 satu ≥ SMA.
d. Pekerjaan
Pekerjaan di ukur berdasarkan pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau pekerjaan yang memberikan penghasilan
terbesar. Dalam penelitian ini pekerjaan dikategorikan menjadi dua yaitu tidak bekerja dan bekerja. Penilaian tidak bekerja dilakukan
dengan memberikan nilai 0 nol dan bekerja diberikan nilai 1 satu.
e. Obesitas
Obesitas di ukur berdasarkan hasil pengukuran IMT, obestitas dikategorikan menjadi dua yaitu obesitas dan normal. Penilaian obesitas
dilakukan dengan memberikan nilai 0 nol untuk IMT ≥ 25, dan
penilaian normal dilakukan dengan memberikan nilai 1 satu untuk IMT 25.
f. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori, misalnya menyapu, mengepel, mencuci baju, menimba air, bercocok
tanam dll. Aktivitas fisik dikategorikan menjadi dua yaitu aktivitas kurang dan aktivitas cukup. Penilaian aktivitas kurang dilakukan
dengan memberikan nilai 0 nol jika 150 menit selama lima hari dalam seminggu dan penilaian aktivitas cukup dilakukan dengan
memberikan nilai 1 satu jika ≥ 150 menit selama lima hari dalam
seminggu. g.
Hipertensi Hipertensi di ukur berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Penilaian hipertensi dilakukan dengan memberikan nilai 0 nol jika
tekanan darah ≥ 14090 mmHg, dan penilaian tidak hipertensi dilakukan
dengan memberikan nilai 1 satu jika tekanan darah 14090 mmHg.
h. Konsumsi lemak
Konsumsi makanan berlemak, yaitu makanan yang lebih dominan kandungan lemak seperti sop buntut, sate, pizaa, burger, makanan
gorengan dll. Penilaian dilakukan dengan memberikan kategori sering dengan nilai 0 nol jika mengkonsumsi 1 kali atau 1 kali per hari,
kategori jarang dengan nilai 1 satu jika mengkonsumsi 3-6 kali, 1-2 kali per minggu dan 3 kali per bulan dan kategori tidak pernah dengan
nilai 2 dua jika tidak pernah mengkonsumsi makanan berlemak. i.
Merokok Merokok adalah kebiasaan merokok sekarang meliputi jumlah
batang rokok yang biasa dihisap setiap hari sesuai jenis. Merokok dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu perokok berat, sedang dan
ringan. Penilaian perokok berat dilakukan dengan memberikan nilai 0 nol jika merokok 20 batang per hari, penilaian perokok sedang
dilakukan dengan memberikan nilai 1 satu jika merokok 20-10 batang per hari, penilaian perokok ringan dilakukan dengan memberikan nilai 2
dua jika merokok 10 batang per hari, dan penilaian tidak pernah merokok dengan memberikan nilai 3 tiga.
j. Konsumsi alkohol
Konsusmi alkohol adalah konsumsi minuman yang mengandung alkohol antara lain adalah bir, wine, anggur sprit, fermentasi sari buah
atau minuman setempat seperti tuak, poteng cap tikus, topi miring.
Konsumsi alkohol dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori konsumsi dan tidak konsumsi alkohol. Penilaian konsumsi alkohol
dengan memberikan nilai 0 nol jika konsumsi alkohol dalam 1 bulan terakhir dan memberikan nilai 1 satu jika tidak konsumsi alkohol
dalam 1 bulan terakhir dan tidak pernah konsumsi alkohol. k.
Konsumsi kafein Konsumsi kafein adalah konsumsi minuman yang mengandung
kafein seperti kopi, coca cola, keratingdaeng. Konsumsi kafein dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kategori sering, jarang dan
tidak pernah. Penilaian sering dilakukan dengan memberikan nilai 0 nol jika mengkonsumsi 1 kali atau 1 kali per hari, jarang dengan
nilai 1 satu jika mengkonsumsi 3-6 kali, 1-2 kali per minggu dan 3 kali per bulan dan tidak pernah dengan nilai 2 dua jika tidak pernah
mengkonsumsi minuman berkafein. l.
Kurang konsumsi buah dan sayur Konsumsi buah dan sayur dilihat dari frekuensi rata-rata dan porsi
asupan buah dan sayur responden dalam sehari selama seminggu. Konsumsi buah dan sayur dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
kurang dan cukup. Penilaian konsumsi kurang dilakukan dengan memberikan nilai 0 nol jika konsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari
selama seminggu, dan penilaian konsumsi cukup dilakukan dengan
memberikan 1 satu jika konsumsi buah dan sayur sayur ≥ 5 porsi
sehari selama minggu.
E. Pengumpulan Data Biomedis dan Tekanan Darah
1. Pengumpulan Data Biomedis Diabetes Melitus
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder RISKESDAS 2007. Data yang dikumpulkan adalah hasil pemeriksaan
biomedis. Pengumpulan data biomedis berupa spesimen darah dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan populasi penduduk di blok sensus
perkotaan di Indonesia. Pengambilan sampel darah dilakukan dari anggota rumah tangga yang berumur ≥ 15 tahun, kecuali wanita hamil alasan
etika. Responden terpilih memperoleh pembebanan sebanyak 75 gram glukosa oral setelah puasa 10-14 jam. Khusus untuk responden yang sudah
diketahui positif menderita diabetes melitus berdasarkan konfirmasi dokter hanya diberi pembebanan sebanyak 300 kalori alasan medis dan
etika. Pengambilan darah vena dilakukan setelah 2 jam pembebanan. Darah didiamkan selama 20-30 menit, disentrifius sesegera mungkin untuk
dijadikan serum. Serum segera diperiksa dengan menggunakan alat kimia klinis otomatis.
35
2. Pengumpulan Data Tekanan Darah Hipertensi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder RISKESDAS 2007. Data yang dikumpulkan adalah hasil pengukuran
tekanan darah. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan
makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran. Pengukuran
dilakukan pada responden dalam kondisi tenang tidak stress, dalam ruangan yang tenang dan dalam posisi duduk. Kemudian responden duduk
dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai dan meletakkan lengan kanan responden di atas meja
sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden. Lalu menyingsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden
dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran.
36
Pengukuran tekanan darah dilakukan sampai denyut tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam mancet berkurang, angka sistolik, diastolik dan
denyut nadi akan muncul. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan mancet pada
lengan. Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih 10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan
melepaskan mancet pada lengan. Apabila responden tidak bisa duduk,
pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi
tersebut di lembar catatan.
36
F. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan
dalam proses pengolahan data adalah editing, coding dan entry data.
39
Adapun proses tersebut telah dilakukan oleh Tim manajemen dan kuesioner Riskesdas 2007. Sedangkan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah cleaning data, cleaning data merupakan proses yang amat menentukan kualitas hasil RISKESDAS 2007. Pada tahap ini dilakukan
pengecekan kembali terhadap data-data yang missing sebelum data-data tersebut dianalisis.
G. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu dengan menggunakan program stata. Adapun analisis data yang digunakan
adalah: 1.
Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel dependen dan variabel independen. Variabel
tersebut adalah penyakit DM, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur di
Indonesia. 2.
Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variabel independen umur, jenis kelamin, obesitas, kurang aktivitas, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol,
konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur dengan variabel dependen penyakit DM yang diteliti, analisis ini menggunakan dua uji,
yaitu uji Chi-square Test dan Independen T-tes, dengan Pvalue ≤ 0,05
artinya ada hubungan signifikan secara statistik antara variabel independen dan dependen, dan Pvalue
≥ 0,05 yang artinya tidak ada hubungan signifikan secara statistik antara variabel independen dan dependen. Untuk
melihat besarnya hubungan dilihat dari nilai odds rasio OR. Rumus uji Chi-square
adalah sebagai berikut: X
2
= ∑ 0-E
2
E Keterangan:
X
2
= statistic chi-square = nilai observasi
E = nilai yang diharapkan.
40
3. Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian penyakit DM daerah perkotaan di
Indonesia. Analisis ini menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel dependennya berbentuk kategorik dengan model prediksi yang
bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel- independen yang dianggap baik untuk memprediksi kejadian variabel
dependen, prosedur permodelan multivariat sebagai berikut: a.
Pemilihan kandidat dengan melakukan analisis bivariat antara masing- masing variabel independen dengan variabel dependennya. Apabila
hasil uji bivariat mempunyai nilai Pvalue 0,25, maka variabel tersebut menjadi kandidat model dan dapat masuk model multivariat, tetapi jika
Pvalue 0,25 maka tidak masuk model multivariat. b.
Melakukan analisis variabel yang masuk ke dalam kandidat model secara bersamaan, kemudian variabel yang memiliki Pvalue
≤ 0,05 masuk kedalam model, dan sebaliknya untuk variabel yang Pvalue
≥ 0,05 dikeluarkan dari model satu persatu di mulai dari pvalue yang
paling besar. c.
Melakukan tahap model matematis untuk memprediksi variabel
dependennya.
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Daerah Perkotaan di Indonesia
Perkotaan urban adalah suatu karakteristik sosio ekonomik dari unit wilayah administratif terendah. Suatu wilayah dikatakan sebagai perkotaan
jika memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, kegiatan ekonomi utama, dan tersedianya fasilitas perkotaan seperti sekolah, rumah
sakit, jalan sepal, dan listrik.
41
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2007 adalah sebesar 225,18 juta jiwa dan persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan menurut
umur penduduk diatas 15 tahun sebesar 72,38 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sebesar 69,40
persen.
37
Menurut Aditama tahun 2010 Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang dikutip dari Menteri Kesehatan, bahwa makin
lama akan semakin banyak masyarakat tinggal di perkotaan. Hal itu akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat, khususnya masalah polusi dan
limbah, juga pada ketersediaan air minum. Jika polusi makin tinggi, maka berbagai penyakit menular dan tidak menular akan mudah timbul.
Dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, penyebab utama kematian pada masyarakat perkotaan banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular
degeneratif salah satunya adalah penyakit diabetes melitus.
6