Kategori diabetes melitus menurut WHO 1999, ADA 2003
4
yang digunakan adalah sebagai berikut: a.
Normal Non DM 140 mgdl. b.
Toleransi Glukosa Terganggu TGT 140 - 200 mgdl. c.
Diabetes Melitus DM ≥ 200 mgdl.
B. Gejala dan Tanda-Tanda Awal DM
Gejala diabetes melitus muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, yaitu:
1. Penurunan berat badan BB
2.
Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.
3.
Sering buang air kecil
4.
Terus-menerus lapar dan haus
5.
Kelehan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
6.
Mudah sakit yang berkepanjangan
7.
Gangguan saraf tepi kesemutan
8.
Gangguan penglihatan
9.
Gatal bisul
10.
Luka yang lama sembuh
11.
Keputihan pada wanita
12.
Impotensi pada pria
13. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40.
9
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus
DM 1.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi a.
UsiaUmur 45 tahun
Menurut Depkes 2007 umur adalah Masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun
yang terakhir.
14
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan
maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
15
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,
sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
9
Menurut Waspadji tahun 2008 dibandingkan dengan usia yang lebih muda, usia lanjut
mengalami peningkatan produksi insulin glukosa dari hati hepatic glucose production,
cenderung mengalami resistensi insulin, dan gangguan sekresi insulin akibat penuaan dan apoptosis sel beta
pankreas. Bagi usia lanjut dengan indeks massa tubuh normal, gangguan lebih banyak pada sekresi insulin di sel beta pankreas,
sementara pada usia lanjut dengan obesitas, gangguan lebih banyak
pada resistensi insulin di jaringan perifer seperti sel otot, sel hati, dan sel lemak adiposit.
16
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk pada tahun 2007-2008 mengenai Prevalence of Diagnosed and Undiagnosed
Diabetes Mellitus and Its Risk Factors in a Population-Based Study of Qatar
pada populasi orang dewasa di Qatar menyatakan bahwa kasus DM lebih tinggi ditemukan pada usia 40-49 tahun sebesar 31.2.
17
Menurut Harding et al dalam jurnal penelitiannya tentang Diet Lemak dan Risiko Klinik Pada Diabetes Tipe 2,
bahwa umur mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan
memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 84 kali.
18
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk dalam Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes Melitus dan
Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan Penduduk Bukit Badong, Kuala Selangor
di Malaysia, bahwa umur mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, semakin tinggi umur
seseorang maka orang tersebut berisiko untuk terkena diabetes melitus.
19
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T dalam Media Litbang Kesehatan 2004 menyebutkan bahwa penderita
diabetes tertinggi pada usia 61-65 tahun yaitu sebesar 32.5 dan terendah pada usia kurang dari 40 tahun yaitu sebesar 4.
b. Riwayat keluarga diabetes melitus DM
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang
bergerak.
9
Riwayat keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus.
17
c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional
Diabetes melitus pada kehamilan atau gestasional diabetes melitus adalah seseorang yang baru menderita penyakit diabetes melitus setelah
ia menjadi hamil. Sebelumnya, kadar glukosa darah selalu normal.
11
Menurut Damayanti
wanita yang
sedang hamil
terjadi ketidakseimbangan
hormonal, progesteron
tinggi, sehingga
meningkatkan sistem kerja tubuh untuk merangsang sel-sel berkembang termasuk pada janin, tubuh akan mamberikan sinyal lapar dan pada
puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung asupan kalori dan menggunakannya secara total
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah saat kehamilan.
20
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap diabetes sampai usia
dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding pria.
14,21
Menurut Damayanti wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa
tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan premenstrual syndrome, pasca-menopouse
yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga
wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2.
20
Proporsi DM lebih tinggi pada wanita sebesar 53.2 dibanding laki-laki sebesar 46.8.
17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T dalam Media Litbang Kesehatan 2004 menyebutkan bahwa penderita
diabetes tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 62 dan terendah pada laki-laki yaitu sebesar 38. Jenis kelamin mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 87 kali.
18
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional kearah dalam sesama manusia.
Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan.
15
Menurut azwar 1983, pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan
seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.
22
Dengan pendidikan yang tinggi seseorang diharapkan dapat berprilaku sehat yaitu mencegah penyakit
diabetes melitus pada dirinya dan menghindari faktor-faktor risiko diabetes melitus. Orang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai
hubungan yang signifikan untuk tidak mengalami kejadian diabetes melitus dibanding orang yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan
karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui faktor-faktor risiko diabetes sehingga dapat berjaga-jaga untuk tidak terkena diabetes
melitus.
19
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T dalam Media Litbang Kesehatan 2004 menyebutkan bahwa penderita
diabetes tertinggi pada pendidikan SMA yaitu sebesar 29.7 dan terendah pada pendidikan tidak sekolah yaitu sebesar 1.3.
f. Pekerjaan
Menurut Arikunto tahun 2000 dalam tawi 2008 pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang tiap hari dalam kehidupannya.
Seseorang yang bekerja dapat terjadi sesuatu kesakitan, misalnya dari situasi lingkungan dan juga dapat menimbulkan stres dalam bekerja
sehingga kondisi pekerjaannya pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan orang lain, setiap orang harus dapat
bergaul dengan teman sejawat.
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalama timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni:
15
1 Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
sebagainya. 2
Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan dalam timbulnya hipertensi, ulcus
lambung.
3 Ada tidaknya “gerak badan” di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan di mana kurang adanya
“ gerak badan”. 4
Karena berkerumun dalam satu tempat yang relat if sempit, makan dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
5 Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.
15
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.
15
Jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan penyakit diabetes melitus seperti dalam Penelitian yang dilakukan oleh Nyenwe dkk
tahun 2003 di Port Harcourt, Nigeria mendapatkan 44,2 orang yang pekerjaannya berat menderita diabetes melitus dan 55,8 orang yang
pekerjaannya ringan menderita diabetes melitus.
16
Penelitian lain oleh Yusmayanti tahun 2008 mendapatkan 66,0 orang yang bekerja
menderita diabetes dan 34 orang yang tidak bekerja menderita diabetes, namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kejadian diabetes melitus.
20
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. KegemukanObesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah kelebihan gizi yang penting, masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa usia 18 tahun keatas merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja.
23
Indeks Masa Tubuh IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang.
23
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT =
Berat badan kg Tinggi badanm X Tinggi badanm
Tabel. 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat
17, 0 Kekurangan berat badan tingkat ringan
17, 0 – 18,5
Normal 18,5- 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat
27,0 Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi
orang Dewasa , Jakarta. hlm 4.
23
Untuk menentukan seseorang obesitas atau normal dilakukan dengan cara menghitung IMT, seseorang disebut normal jika IMT 25
dan disebut obesitas jika IMT ≥ 25.
24
Gemuk atau obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula darah bisa naik.
Gemuk juga mempermudah munculnya hipertensi dan lemak darah yang tinggi. Hal ini akan memicu gangguan ginjal, sakit jantung, dan
stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes lebih mudah terkena
komplikasi.
7
Hampir 80 orang yang terkena diabetes melitus pada usia lanjut biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka.
Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik.
21
Kegemukan dapat menyebabkan insulin yang beredar di dalam darah menjadi tidak efektif. Insulin yang ada tidak dapat lagi
menghantar seluruh glukosa darah masuk ke dalam sel. Mungkin sebagian lubang kunci pada sel jaringan berubah, sehingga tidak cocok
lagi dengan kunci insulin. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Adanya resistensi insulin menyebabkan kelenjar pankreas terpacu untuk
menghasilkan lebih banyak lagi insulin, dengan maksud menurunkan kadar glukosa darah. Akibatnya, kadar insulin di dalam darah menjadi
berlebihan. Keadaan ini disebut hiperinsulinemia, dan ini berbahaya. Dengan mengukur kadar insulin darah dalam keadaan puasa, maka
kadar yang melebihi 30 mUml atau lebih 20 mUml menunjukkan adanya hiperinsulinemia. Keadaan hiperinsulinemia akan menimbulkan
penyakit diabetes melitus, gangguan kadar lemak darah dislipidemia, atau tekanan dara tinggi hipertensi, tergantung pada gen yang dimiliki
penderita. Kesemua penyakit yang timbul ini akhirnya akan merusak lapisan dalam pembuluh darah endothelium dengan berbagai
akibatnya.
11
Obeitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, 80-85 penderita diabetes tipe 2 mengidap
kegemukan. Tentu saja tidak semua orang yang kegemukan menderita
diabetes, tetapi penyakit ini mungkin muncul 10-20 tahun kemudian. Dikatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20 dari berat badan
normal. Pada usia lebih tua 41- 64 tahun, obesitas ditemukan sebagai
faktor yang mempercepat peningkatan laju insidensi DM tipe 2.
17, 12, 25
Orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh, terutama jika itu berada pada bagian perut, lebih mungkin terkena
diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini karena lemak pada organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah untuk memperoleh
energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh energi, kadar asam
lemak di dalam darah meningkat. Tingginya asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati
dan otot-otot tubuh.
21
b. Aktivitas fisik
Menurut Almatsier aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya,
26
dan menurut Tandra Aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori,
misalnya menyapu, naik turun tangga, menyetrika, berkebun, dan berolahraga tentunya. Olahraga aerobik yang mengikuti serangkaian
gerak berurutan akan menguatkan dan mengembangkan otot dan semua bagian tubuh. Termasuk didalamnya adalah jalan, berenang, bersepeda,
jogging, atau senam. Semua aktivitas dan olahraga berguna untuk
kesehatan Anda.
7
Olahraga teratur akan lebih banyak memberi keuntungan, yaitu: 1
Memperbaiki kontrol glukosa darah, pada saat berolahraga 2
Mengurangi risiko sakit jantung 3
Menurunkan berat badan.
7
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah.
Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk 10 tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan
cukup apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama
lima hari dalam satu minggu, dan kategori kurang apabila kegiatan dilakukan terus-menerus kurang dari 10 menit dalam satu kegiatan
tanpa henti dan secara kumulatif tidak mencapai 150 menit selama lima hari dalam satu minggu.
4
Segala aktivitas fisik yang dilakukan terus-menerus selama 10 menit atau lebih dalam setiap kali kegiatan baik yang berkaitan dengan
pekerjaan, waktu segang dan perjalanan . Kategori aktivitas fisik adalah aktivitas berat dan sedang yang dilakukan dalam 30 menit setiap hari.
Contoh aktivitas berat adalah mengangkutmemikul kayu, beras, batu, pasir, mencangkul, angkat besi. Tenis tunggal, bulutangkis tunggal, lari
cepat, maraton, mengayuh becak, mendaki gunung, bersepeda membawa beban, dll. Contoh aktivitas sedang adalah menyapu
halaman, mengepel, mencuci baju, menimba air, bercocok tanam, membersihkan, kamar mandikolom, tenis ganda, bulutangkis ganda,
senam aerobik, senam tera, renang, basket, bola voli, jogging, sepak bola, dll Depkes, 2007.
27
Beberapa penelitian dewasa ini telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki gaya hidup kurang aktif lebih mungkin terkena diabetes
dibandingkan mereka yang hidupnya aktif. Diyakini bahwa olahraga dan akitivitas fisik meningkatkan pengaruh insulin atas sel-sel.
21
Latihan jasmani pada diabetesi akan menimbulkan perubahan metabolik, yang dipengaruhi selain oleh lama, berat latihan dan tingkat
kebugaran, juga oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan imbangan cairan tubuh. Pada diabetisi dengan gula
darah tak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat
fatal. Satu penelitian mendapati bahwa pada kadar glukosa darah sekitar 332 mgdl, bila tetap melakukan latihan jasmani, akan berbahaya bagi
yang bersangkutan. Jadi sebaliknya, bila ingin melakukan latihan jasmani, seorang diabetisi harus mempunyai kadar glukosa darah tak
lebih 250 mgdl.
28
Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi, persis sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti :
frekuensi, intensitas, durasi dan jenis. 1
Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali per minggu.
2 Intensitas : ringan dan sedang 60-70 Maximum Heart Rate
3 Durasi
: 30-60 menit. 4
Jenis : latihan jasmani endurans aerobik untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
28
Aktivitas fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar
0. 89 kali.
18
Aktivitas fisik dengan indeks aktivitas 120 menit lebih per hari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2
dan ditemukan dapat mencegah DM sebesar 0,15-0,22 kali.
25
c. Hipertensi, tekanan darah diatas 14090 mmHg
Telah dibuktikan pada penyelidikan Framingham bahwa hipertensi merupakan suatu faktor risiko penting pada diabetes melitus. Hipertensi
merupakan suatu “acceleration‖ pada komplikasi kardiovaskular dan mempunyai pengaruh buruk pada mikroangiopati retina, ginjal.
Prevalensi hipertensi pada DM dua kali lebih banyak daripada
penduduk umum. 80 pasien diabetes menderita hipertensi, di
Indonesia diketemukan 12-26.8 penderita hipertensi oleh karena diabetes.
29
Christlieb membagi hipertensi dalam 3 kategori: a.
Hipertensi yang dapat disembuhkan dengan pembedahan: Renal artery stenosis
, coarctatio Aorta, pheochromocytoma, Syndrome Cushing
, Hiperaldosteronism primer. b.
Hipertensi tanpa nefropati: Essential, sistolik, kalau ada neuropati, Supine Hypertension dengan ortostatik Hypertansion.
c. Hipertensi dengan nefropati Diabetic Hypertension.
29
Hipertensi tanpa nefropati lebih umum ditemukan pada diabetes tipe 2 sebelum atau sesudah didiagnosis diabetes. Hipertensi dapat
dikaitkan dengan aktivitas plasma renin yang normal, tinggi atau rendah seperti pada hipertensi esensial. Hipertensi diabetes merupakan
komplikasi berat bagi Diabetes tipe 1 30-35 dan juga untuk diabetes tipe 2. 25 diantaranya meninggal karena nefropati.
29
Menurut Sandeep tahun 2009 menyatakan bahwa hipertensi merupakan komorbiditas penting dalam diabetes, hipertensi dapat
menjadi penyulit maupun sebagai faktor prediksi diabetes. Hal ini disebabkan perannya yang sangat penting dalam proses perkembangan
sindrom metabolik. Chuang dkk tahun 2004 menyebutkan bahwa
hipertensi sebagai bagian dari sindrom metabolik merupakan faktor risiko penting bagi penyakit diabetes melitus tipe 2.
16
Hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus.
17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk dalam Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes
Melitus dan Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan penduduk Bukit Badong, Kuala Selangor
di Malaysia, bahwa hipertensi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, dan
prevalensi diabetes melitus ditemukan lebih tinggi dikalangan penderita hipertensi dibanding tidak hipertensi, dan hasil ini di dukung dengan
penelitian sebelumnya bahwa hipertensi menyumbang kejadian diabetes melitus sebesar 20.
19
d. Dislipidemia, kadar lipid Kolesterol HDL = 35 mgdl dan atau
Trigl iserida ≥ 250 mgdl
Konsumsi lemak adalah mengkonsumsi makanan yang lebih dominan kandungan lemak seperti sop buntut, sate, pizza, burger,
makanan gorengan dll.
14
Sumber utama lemak adalah mentega, margarin, lemak hewan lemak daging, dan ayam, dan minyak tumbuh-tumbuhan minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya. Sumber lemak lain adalah kekacangan, bebijian, daging
dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah kecuali
alpukat sangat sedikit mengandung lemak.
25
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori pergramnya. Bahan makanan ini sangat penting untuk membawa
vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dikelompokan menjadi
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembatasan asupan lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan bagi diabetes karena terbukti dapat
memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering dijumpai pada diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal monounsaturated fatty
acid = MUFA, merupakan salah satu asam lemak yang dapat
memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid. Pemberian MUFA pada diet diabetisi dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,
kolesterol VLDL, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sedangkan asam lemak tidak jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acid =
PUFA dapat melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki agregasi trombosit. PIFA mengandung asam lemak omega
3 yang dapat menurunkan sintesi VLDL di dalam hati dan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang dapat
menurunkan kadar VLDL di jaringan perifer, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol.
28
Rekomendasi pemberian lemak : 1
Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10 dari total kebutuhan kalori per hari.
2 Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mgdl, asupan asam lemak jenuh
diturunkan sampai maksimal 7 dari total kalori per hari. 3
Konsumsi kolesterol maksimal 300 mghari, jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mgdl, maka maksimal kolesterol yang dapat
dikonsumsi 200 mghari. 4
Batasi asupan asam lemak bentuk trans. 5
Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang.
6 Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10 dar i
asupan kalori per hari.
28
Konsumsi saturated fat yang tinggi menyebabkan timbulnya resistensi insulin dan dislipidemia. Saturated fat dapat menyebabkan
resistensi insulin karena perubahan komposisi phospholipid dalam membran sel, perubahan sinyal insulin dapat menghambat sintesis
glikogen, atau mekanisme lainnya.
30
Orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh, terutama bagian perut lebih
memungkinkan terkena diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini karena lemak pada organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah
untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh
energi, kadar asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot-otot tubuh.
21
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk bahwa ada hubungan yang signifikan antara trigliserida dan HDL dengan kejadian
diabetes melitus.
17
Orang yang mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan
risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.
18
dan orang yang mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2,07 kali, dan dengan menggunakan analisis
multinominal logistik bahwa mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 4,43 kali.
25
e. Pola hidup tidak sehat
1 Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari- hari. Gaya hidup life style ini menarik
sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit.
15
Merokok merupakan salah satu kegiatan yang akan memberikan banyak
dampak negatif terhadap kesehatan. Merokok adalah faktor risiko
dari beberapa penyakit, diantaranya kanker, jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, katarak, dan lain sebagainya.
31
Menurut Tsiara kebiasaan merokok secara mekanisme biologi dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh yang
menyebabkan kerusakan fungsi sel endotel dan merusak sel beta di pankreas.
16
Menurut Bustan tahun 1997 jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat
dibagi atas 3 kelompok yaitu: a
Perokok ringan, jika merokok kurang dari 10 batang perhari. b
Perokok sedang, jika merokok 10-20 batang perhari. c
Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang perhari.
32
Menurut Bustan tahun 1997 merokok dimulai sejak umur 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang
merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect,
artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai
sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan
dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini.
32
Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian diabetes melitus.
17
dan merokok memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 89 kali.
18
2 Konsumsi alkohol
Alkohol mengandung banyak karbohidrat dan kalori. Pengaturan glukosa darah menjadi labih sulit apabila
mengkonsumsi alkohol. Pecandu alkohol yang berhenti minum bisa mengalami hipoglikemia.
Alkohol menghambat hati melepaskan glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah bisa turun. Bila
seseorang mengkonsumsi obat diabetes atau melakukan suntik insulin, hipoglikemia bisa timbul bila seseorang peminum alkohol.
Oleh karena itu, batasi minum alkohol atau jangan minum alkohol pada saat perut kosong dan glukosa darah sedang turun.
7
Menurut Suyanto alkohol dapat menghambat proses oksidasi lemak dalam tubuh, yang menyebabkan proses pembakaran kalori
dari lemak dan gula terhambat dan akhirnya berat badan akan bertambah. Menurut Rahatta dalam juga alkohol dapat
mempengaruhi kelenjar endokrin, dengan melepaskan epinefrin yang mengarah kepada hiperglikemia transient dan hiperlipidemia
sehingga konsumsi alkohol kotraindikasi dengan diabetes.
20
Orang yang mengkonsumsi alkohol mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.
18
3 Konsumsi kafein
Kafein merupakan stimulan ringan, termasuk zat psikoaktif yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam
kopi, teh, minuman ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan obat-obat yang dijual bebas. Kafein meningkatkan sekresi
norepinefrin dan meningkatkan aktifitas syaraf pada berbagai area di otak. Kafein diabsorbsi dari traktus digestivus, dan segera
didistribusikan ke seluruh jaringan kafein mempunyai efek antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin
merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan syaraf pusat.
33
Kafein diduga dapat meningkatkan kadar gula darah, sehingga perlu diwaspadai untuk para penderita
diabetes melitus kencing manis. Menurut Goodman dan Gilman‟s tahun 1996 dari beberapa
penelitian fisiologi diketahui bahwa, konsumsi kafein dengan konsentrasi yang tinggi 4 sampai 8 mg per kg berat badan
diketahui mempunyai efek meningkatkan FFA free fatty acid dalam plasma darah, merangsang lipolisis, meningkatkan
konsentrasi serum gliserol, dan mengganggu pengambilan dan penyimpanan Ca
++
oleh sarcoplasmic reticulum pada otot lurik.
25
Boden dan Chen tahun 2000 mengatakan bahwa peningkatan FFA dalam plasma diketahui merupakan penyebab resistensi
insulin, karena penguraian jaringan adiposa atau penyerapan lemak yang tinggi akan melemahkan stimulasi insulin pada otot rangka
dan liver, yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan sensitivitas insulin. Peningkatan FFA dalam plasma juga dapat
menyebabkan perubahan pada cairan membran sel dan struktur membran sel, sehingga reseptor insulin mengalami perlekatan
dengan lemak bilayer dan plasma membran, yang pada akhirnya akan mengganggu jalan masuk reseptor insulin, pengikatan insulin
pada sel dan reaksi insulin.
25
Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng tahun 2004 bahwa ada hubungan antara konsumsi kopi dengan penyakit diabetes
melitus, semakin tinggi konsumsi kopi, besarnya risiko DM tipe 2 semakin meningkat. Semakin tinggi konsumsi kopi, laju insidensi
DM tipe 2 semakin meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan olehnya mengenai
―Risiko Kebiasaan Minuman Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Te
rganggu Terhadap Terjadinya DM Tipe 2‖ ditemukan bahwa mengkonsumsi kopi tinggi 240-359,9 mg kafein
per hari, memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2, 31 kali,
dan konsumsi kopi sangat tinggi 360 mg kafein lebih perhari memberikan risiko kejadian sebesar 2, 92 kali dibanding konsumsi
kopi rendah 184,6 mg kafein per hari.
25
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ärnlöv7 tahun 2004 tentang konsumsi kopi pada orang sehat yang tidak
menderita diabetes ternyata memperlihatkan hasil yang sebaliknya. Ärnlöv7 menemukan bahwa konsumsi kopi dan teh dapat
meningkatkan sensitifitas insulin. Setelah melakukan penyesuaian terhadap konsumsi teh, jumlah gula dan krim yang digunakan di
dalam kopi, kue dan biskuit yang dimakan bersamaan dengan kopi, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, beratnya aktivitas fisik, dan
status merokok, Ärnlöv7 menemukan bahwa peningkatan konsumsi 1 gelas kopi sehari berhubungan dengan peningkatan sensitifitas
insulin sebesar 0,16 unit. Dengan demikian konsumsi kopi dan teh secara independen berhubungan dengan peningkatan sensitifitas
insulin. Karena kafein telah dilaporkan dapat mengganggu kerja insulin, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mungkin
terdapat unsur lain dalam kopi dan teh yang berperan dalam meningkatkan sensitifitas insulin. Baik kopi maupun teh
mengandung senyawa fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan. Terdapat kemungkinan antioksidan di dalam kopi ini dapat
meningkatkan sensitifitas insulin karena telah dilaporkan bahwa
antioksidan dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2.
33
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan tahun 2007 dalam jurnal Makara Kesehatan mengenai
―Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya
Palembang Tahun 206-2007 ‖, bahwa terdapat hubungan
penurunan risiko kejadian DM Tipe 2 pada kelompok peminum kopi dengan OR 0,75 artinya kebiasan minum kopi merupakan
faktor protektif sebesar 0.75 kali terhadap kejadian DM Tipe 2. Frekuensi, kekentalan kopi, jenis kopi, lamanya minum kopi yang
tinggi merupakan faktor protektif terhadap DM tipe 2.
33
4 Kurang Konsumsi buah dan sayur
Sejak tahun 1990, telah dicanangkan dalam Dietary for American
bahwa rekomendasi minimal untuk mengkonsumsi buah adalah 2 porsihari dan 3 porsihari untuk konsumsi sayur atau
setara dengan konsumsi buah dan sayur 5 porsihari. Menurut WHOFAO 2003, yang dimaksud dengan satu porsi sayur adalah
1 mangkuk sayur segar atau ½ mangkuk sayur masak dan satu porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1
mangkuk buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „cukup‟ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari.
Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari.
14
Konsumsi buah dan sayur menurut adalah frekuensi rata-rata dan porsi asupan buah dan sayur responden dalam sehari selama
seminggu.
14
buah dan sayur banyak mengandung serat yang berguna untuk menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah.
Pada umumnya, makanana serat tinggi mengandung energi rendah, dengan demikan dapat membantu menurunkan berat badan. Serat
makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi
berpengaruh baik untuk kesehatan.
26
Menurut Sukardji tahun 2007 konsumsi serat terutama insoluble fiber
serat tidak larut yang terdapat biji-bijian dan beberapa tumbuhan, dapat membantu mencegah terjadinya diabetes
dengan cara meningkatkan kerja hormon insulin dalam mengatur gula darah di dalam tubuh.
20
Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan tidak larut air. Serat tidak larut air adalah
selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam dedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan
ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah obtipasi, hemoroid, dan diverticulosis. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan
mukilase yang banyak terdapat dalam havermout, kacang-
kacangan, sayur, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat mengikat empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan
kolesterol darah, sehingga menurunkan risiko, mencegah, atau meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia.
26
Pada Studi yang dilakukan terhadap 84.000 perawat wanita yang mulai diteliti oleh peneliti Harvard pada tahun 1980
mendapatkan hubungan antara konsumsi kekacangan dan risiko DM tipe 2. Jika dibandingkan dengan wanita yang jarang makan
kacang, mereka yang makan satu sampai dengan 4 ons setiap minggu mempunyai pengurangan 16 insiden DM tipe 2 , dan
mereka yang makan sedikitnya 5 ons perminggu memperlihatkan pengurangan 27. Para peneliti berpendapat, bahwa meskipun
kekacangan dapat memberikan 80 kalori lemak, lemak itu adalah lemak jenis unsaturated yang dapat mengontrol hormon insulin dan
glukosa. Ditemukan bahwa mengkonsumsi serat ≥25 gr per hari
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan dapat mencegah kejadian DM tipe 2 sebesar 0,29- 0,42 kali.
25
D. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi yang disebabkan dari penyakit diabetes adalah dehidrasi, napas berbau, mual, muntah, napas dalam dan semakin cepat, keadaan yang
sangat lemah, penyakit arteri koroner, nefropati, neuropati, dan retinopati.
21
DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung. Bentuk-bentuk komplikasi itu bisa berupa, masing-
masing pada sistem: 1.
Sistem kardiovaskuler : hipertensi, infark miokard, dan insufiensi koroner.
2.
Mata: retinopati diabetika dan katarak.
3.
Saraf: neropati diabetika.
4.
Paru-paru: TBC.
5.
Ginjal: pielonefritis dan glomeruloskelrosis.
6.
Hati: sirosis hepatitis.
7. Kulit: gangren, ulkus dan furunkel.
8
E. Pencegahan Diabetes Melitus DM
Pada penyakit diabetes melitus DM seperti juga pada penyakit lain usaha pencegahan terdiri dari:
1. Pencegahan primer, yaitu mencegah agar tidak timbul penyakit DM,
meliputi penyuluhan mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin dengan memberikan pedoman untuk mempertahankan
pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang meningkatkan konsumsi sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat
sederhana, melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan, serta menghindari obat yang bersifat diabetogenik.
11
2. Pencegahan sekunder, yaitu sejak awal sudah harus dicegah kemungkinan
timbulnya komplikasi kronis sehingga penderita dapat hidup sehat dan wajar berdampingan dengan penyakitnya. Peningkatan nilai kualitas hidup
penderita lebih ditekankan dan juga diupayakan selama mungkin timbulnya komplikasi kronis.
Pilar utama pengelolaan penyakit diabetes melitus sampai saat ini tetap berdasarkan perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik,
penyuluhan, dan pemantauan mandiri kadar glukosa darah atau urin.
11
F. Teori Tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit