KegemukanObesitas Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a. KegemukanObesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah kelebihan gizi yang penting, masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa usia 18 tahun keatas merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. 23 Indeks Masa Tubuh IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. 23 Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT = Berat badan kg Tinggi badanm X Tinggi badanm Tabel. 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17, 0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17, 0 – 18,5 Normal 18,5- 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0 Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang Dewasa , Jakarta. hlm 4. 23 Untuk menentukan seseorang obesitas atau normal dilakukan dengan cara menghitung IMT, seseorang disebut normal jika IMT 25 dan disebut obesitas jika IMT ≥ 25. 24 Gemuk atau obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula darah bisa naik. Gemuk juga mempermudah munculnya hipertensi dan lemak darah yang tinggi. Hal ini akan memicu gangguan ginjal, sakit jantung, dan stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes lebih mudah terkena komplikasi. 7 Hampir 80 orang yang terkena diabetes melitus pada usia lanjut biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik. 21 Kegemukan dapat menyebabkan insulin yang beredar di dalam darah menjadi tidak efektif. Insulin yang ada tidak dapat lagi menghantar seluruh glukosa darah masuk ke dalam sel. Mungkin sebagian lubang kunci pada sel jaringan berubah, sehingga tidak cocok lagi dengan kunci insulin. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Adanya resistensi insulin menyebabkan kelenjar pankreas terpacu untuk menghasilkan lebih banyak lagi insulin, dengan maksud menurunkan kadar glukosa darah. Akibatnya, kadar insulin di dalam darah menjadi berlebihan. Keadaan ini disebut hiperinsulinemia, dan ini berbahaya. Dengan mengukur kadar insulin darah dalam keadaan puasa, maka kadar yang melebihi 30 mUml atau lebih 20 mUml menunjukkan adanya hiperinsulinemia. Keadaan hiperinsulinemia akan menimbulkan penyakit diabetes melitus, gangguan kadar lemak darah dislipidemia, atau tekanan dara tinggi hipertensi, tergantung pada gen yang dimiliki penderita. Kesemua penyakit yang timbul ini akhirnya akan merusak lapisan dalam pembuluh darah endothelium dengan berbagai akibatnya. 11 Obeitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, 80-85 penderita diabetes tipe 2 mengidap kegemukan. Tentu saja tidak semua orang yang kegemukan menderita diabetes, tetapi penyakit ini mungkin muncul 10-20 tahun kemudian. Dikatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20 dari berat badan normal. Pada usia lebih tua 41- 64 tahun, obesitas ditemukan sebagai faktor yang mempercepat peningkatan laju insidensi DM tipe 2. 17, 12, 25 Orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh, terutama jika itu berada pada bagian perut, lebih mungkin terkena diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini karena lemak pada organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh energi, kadar asam lemak di dalam darah meningkat. Tingginya asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot-otot tubuh. 21

b. Aktivitas fisik