proses oksidasi lemak dalam tubuh, yang menyebabkan proses pembakaran kalori dari lemak dan gula terhambat dan akhirnya berat
badan akan bertambah.
20
Telah dijelaskan diatas bahwa berat badan yang berlebih merupakan faktor pencetus diabetes melitus.
Sebagai usaha untuk mengurangi konsumsi alkohol pada penduduk di daerah perkotaan dapat dilakukan dengan penyuluhan dan promosi
kesehatan mengenai bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari konsumsi alkohol. Dengan harapan hal tersebut dapat menurunkan jumlah penduduk
yang mengkonsumsi alkohol di daerah perkotaan.
11. Analisis Hubungan Konsumsi Kafein dengan Penyakit DM
Kafein merupakan stimulan ringan, termasuk zat psikoaktif yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam kopi, teh,
minuman ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan obat-obat yang dijual bebas. Kafein meningkatkan sekresi norepinefrin dan meningkatkan
aktifitas syaraf pada berbagai area di otak. Kafein diabsorbsi dari traktus digestivus, dan segera didistribusikan ke seluruh jaringan kafein
mempunyai efek antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah
fungsi pada susunan syaraf pusat.
33
Kafein diduga dapat meningkatkan kadar gula darah, sehingga perlu diwaspadai untuk para penderita diabetes
melitus kencing manis.
Berdasarkan hasil penelitian diabetes melitus pada penduduk yang sering mengkonsumsi kafein sebesar 3,7, pada penduduk yang jarang
mengkonsumsi kafein sebesar 4,1 dan pada penduduk yang tidak pernah mengkonsumsi kafein sebesar 5,1. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
probabilitasnya sebesar 0,000 artinya pada α 5 ada hubungan signifikan
antara konsumsi kafein dengan penyakit diabetes melitus. Penduduk yang sering mengkonsumsi kafein memiliki kecenderungan 0,84 kali untuk
mengalami penyakit diabetes melitus dibanding penduduk jarang dan tidak pernah mengkonsumsi kafein. Kemudian berdasarkan analisis uji
multivariat di dapatkan bahwa konsumsi kafein mempengaruhi kejadian diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan, obesitas,
hipertensi dan konsumsi alkohol dengan OR terbesar kelima setelah variabel obesitas, pekerjaan, hipertensi dan umur.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng tahun 2004 bahwa ada hubungan antara konsumsi kopi dengan penyakit
diabetes melitus, ditemukan bahwa mengkonsumsi kopi tinggi 240-359,9 mg kafein per hari, memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2, 31
kali, dan konsumsi kopi sangan tinggi 360 mg kafein lebih perhari memberikan risiko kejadian sebesar 2, 92 kali dibanding konsumsi kopi
rendah 184,6 mg kafein per hari.
25
Menurut Goodman dan Gilman‟s tahun 1996 dari beberapa penelitian fisiologi diketahui bahwa, konsumsi kafein dengan konsentrasi yang tinggi
4 sampai 8 mg per kg berat badan diketahui mempunyai efek meningkatkan FFA free fatty acid dalam plasma darah, merangsang
lipolisis, meningkatkan konsentrasi serum gliserol, dan mengganggu pengambilan dan penyimpanan Ca
++
oleh sarcoplasmic reticulum pada otot lurik.
25
Boden dan Chen tahun 2000 mengatakan bahwa peningkatan FFA dalam plasma diketahui merupakan penyebab resistensi insulin, karena
penguraian jaringan adiposa atau penyerapan lemak yang tinggi akan melemahkan stimulasi insulin pada otot rangka dan liver, yang pada
akhirnya akan menyebabkan gangguan sensitivitas insulin. Peningkatan FFA dalam plasma juga dapat menyebabkan perubahan pada cairan
membran sel dan struktur membran sel, sehingga reseptor insulin mengalami perlekatan dengan lemak bilayer dan plasma membran, yang
pada akhirnya akan mengganggu jalan masuk reseptor insulin, pengikatan insulin pada sel dan reaksi insulin.
25
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan tahun 2007 dalam jurnal Makara Kesehatan mengenai
―Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di
Kotamadya Palembang Tahun 206- 2007‖, bahwa terdapat hubungan
penurunan risiko kejadian DM Tipe 2 pada kelompok peminum kopi dengan OR 0,75 artinya kebiasan minum kopi merupakan faktor protektif
sebesar 0.75 kali terhadap kejadian DM Tipe 2. Frekuensi, kekentalan
kopi, jenis kopi, lamanya minum kopi yang tinggi merupakan faktor protektif terhadap DM tipe 2.
33
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ärnlöv7 tahun 2004 dalam Tjekyan 2007 tentang konsumsi kopi pada orang sehat yang tidak
menderita diabetes ternyata memperlihatkan hasil yang sebaliknya. Ärnlöv7 menemukan bahwa konsumsi kopi dan teh dapat meningkatkan
sensitivitas kepekaan terhadap insulin.
33
Sebagai usaha untuk mengurangi konsumsi kafein pada penduduk di daerah perkotaan dapat dilakukan dengan mempromosikan kesehatan
mengenai bahaya dan dampak dari konsumsi kafein yang berlebih.
12. Analisis Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit DM