Pola hidup tidak sehat

energi, kadar asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot-otot tubuh. 21 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk bahwa ada hubungan yang signifikan antara trigliserida dan HDL dengan kejadian diabetes melitus. 17 Orang yang mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali. 18 dan orang yang mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2,07 kali, dan dengan menggunakan analisis multinominal logistik bahwa mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 4,43 kali. 25

e. Pola hidup tidak sehat

1 Merokok Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari- hari. Gaya hidup life style ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit. 15 Merokok merupakan salah satu kegiatan yang akan memberikan banyak dampak negatif terhadap kesehatan. Merokok adalah faktor risiko dari beberapa penyakit, diantaranya kanker, jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, katarak, dan lain sebagainya. 31 Menurut Tsiara kebiasaan merokok secara mekanisme biologi dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan fungsi sel endotel dan merusak sel beta di pankreas. 16 Menurut Bustan tahun 1997 jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu: a Perokok ringan, jika merokok kurang dari 10 batang perhari. b Perokok sedang, jika merokok 10-20 batang perhari. c Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang perhari. 32 Menurut Bustan tahun 1997 merokok dimulai sejak umur 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. 32 Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian diabetes melitus. 17 dan merokok memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 89 kali. 18 2 Konsumsi alkohol Alkohol mengandung banyak karbohidrat dan kalori. Pengaturan glukosa darah menjadi labih sulit apabila mengkonsumsi alkohol. Pecandu alkohol yang berhenti minum bisa mengalami hipoglikemia. Alkohol menghambat hati melepaskan glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah bisa turun. Bila seseorang mengkonsumsi obat diabetes atau melakukan suntik insulin, hipoglikemia bisa timbul bila seseorang peminum alkohol. Oleh karena itu, batasi minum alkohol atau jangan minum alkohol pada saat perut kosong dan glukosa darah sedang turun. 7 Menurut Suyanto alkohol dapat menghambat proses oksidasi lemak dalam tubuh, yang menyebabkan proses pembakaran kalori dari lemak dan gula terhambat dan akhirnya berat badan akan bertambah. Menurut Rahatta dalam juga alkohol dapat mempengaruhi kelenjar endokrin, dengan melepaskan epinefrin yang mengarah kepada hiperglikemia transient dan hiperlipidemia sehingga konsumsi alkohol kotraindikasi dengan diabetes. 20 Orang yang mengkonsumsi alkohol mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali. 18 3 Konsumsi kafein Kafein merupakan stimulan ringan, termasuk zat psikoaktif yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam kopi, teh, minuman ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan obat-obat yang dijual bebas. Kafein meningkatkan sekresi norepinefrin dan meningkatkan aktifitas syaraf pada berbagai area di otak. Kafein diabsorbsi dari traktus digestivus, dan segera didistribusikan ke seluruh jaringan kafein mempunyai efek antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan syaraf pusat. 33 Kafein diduga dapat meningkatkan kadar gula darah, sehingga perlu diwaspadai untuk para penderita diabetes melitus kencing manis. Menurut Goodman dan Gilman‟s tahun 1996 dari beberapa penelitian fisiologi diketahui bahwa, konsumsi kafein dengan konsentrasi yang tinggi 4 sampai 8 mg per kg berat badan diketahui mempunyai efek meningkatkan FFA free fatty acid dalam plasma darah, merangsang lipolisis, meningkatkan konsentrasi serum gliserol, dan mengganggu pengambilan dan penyimpanan Ca ++ oleh sarcoplasmic reticulum pada otot lurik. 25 Boden dan Chen tahun 2000 mengatakan bahwa peningkatan FFA dalam plasma diketahui merupakan penyebab resistensi insulin, karena penguraian jaringan adiposa atau penyerapan lemak yang tinggi akan melemahkan stimulasi insulin pada otot rangka dan liver, yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan sensitivitas insulin. Peningkatan FFA dalam plasma juga dapat menyebabkan perubahan pada cairan membran sel dan struktur membran sel, sehingga reseptor insulin mengalami perlekatan dengan lemak bilayer dan plasma membran, yang pada akhirnya akan mengganggu jalan masuk reseptor insulin, pengikatan insulin pada sel dan reaksi insulin. 25 Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng tahun 2004 bahwa ada hubungan antara konsumsi kopi dengan penyakit diabetes melitus, semakin tinggi konsumsi kopi, besarnya risiko DM tipe 2 semakin meningkat. Semakin tinggi konsumsi kopi, laju insidensi DM tipe 2 semakin meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan olehnya mengenai ―Risiko Kebiasaan Minuman Kopi pada Kasus Toleransi Glukosa Te rganggu Terhadap Terjadinya DM Tipe 2‖ ditemukan bahwa mengkonsumsi kopi tinggi 240-359,9 mg kafein per hari, memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2, 31 kali, dan konsumsi kopi sangat tinggi 360 mg kafein lebih perhari memberikan risiko kejadian sebesar 2, 92 kali dibanding konsumsi kopi rendah 184,6 mg kafein per hari. 25 Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ärnlöv7 tahun 2004 tentang konsumsi kopi pada orang sehat yang tidak menderita diabetes ternyata memperlihatkan hasil yang sebaliknya. Ärnlöv7 menemukan bahwa konsumsi kopi dan teh dapat meningkatkan sensitifitas insulin. Setelah melakukan penyesuaian terhadap konsumsi teh, jumlah gula dan krim yang digunakan di dalam kopi, kue dan biskuit yang dimakan bersamaan dengan kopi, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, beratnya aktivitas fisik, dan status merokok, Ärnlöv7 menemukan bahwa peningkatan konsumsi 1 gelas kopi sehari berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin sebesar 0,16 unit. Dengan demikian konsumsi kopi dan teh secara independen berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin. Karena kafein telah dilaporkan dapat mengganggu kerja insulin, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mungkin terdapat unsur lain dalam kopi dan teh yang berperan dalam meningkatkan sensitifitas insulin. Baik kopi maupun teh mengandung senyawa fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan. Terdapat kemungkinan antioksidan di dalam kopi ini dapat meningkatkan sensitifitas insulin karena telah dilaporkan bahwa antioksidan dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2. 33 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan tahun 2007 dalam jurnal Makara Kesehatan mengenai ―Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya Palembang Tahun 206-2007 ‖, bahwa terdapat hubungan penurunan risiko kejadian DM Tipe 2 pada kelompok peminum kopi dengan OR 0,75 artinya kebiasan minum kopi merupakan faktor protektif sebesar 0.75 kali terhadap kejadian DM Tipe 2. Frekuensi, kekentalan kopi, jenis kopi, lamanya minum kopi yang tinggi merupakan faktor protektif terhadap DM tipe 2. 33 4 Kurang Konsumsi buah dan sayur Sejak tahun 1990, telah dicanangkan dalam Dietary for American bahwa rekomendasi minimal untuk mengkonsumsi buah adalah 2 porsihari dan 3 porsihari untuk konsumsi sayur atau setara dengan konsumsi buah dan sayur 5 porsihari. Menurut WHOFAO 2003, yang dimaksud dengan satu porsi sayur adalah 1 mangkuk sayur segar atau ½ mangkuk sayur masak dan satu porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkuk buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „cukup‟ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari. 14 Konsumsi buah dan sayur menurut adalah frekuensi rata-rata dan porsi asupan buah dan sayur responden dalam sehari selama seminggu. 14 buah dan sayur banyak mengandung serat yang berguna untuk menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah. Pada umumnya, makanana serat tinggi mengandung energi rendah, dengan demikan dapat membantu menurunkan berat badan. Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. 26 Menurut Sukardji tahun 2007 konsumsi serat terutama insoluble fiber serat tidak larut yang terdapat biji-bijian dan beberapa tumbuhan, dapat membantu mencegah terjadinya diabetes dengan cara meningkatkan kerja hormon insulin dalam mengatur gula darah di dalam tubuh. 20 Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan tidak larut air. Serat tidak larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam dedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah obtipasi, hemoroid, dan diverticulosis. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan mukilase yang banyak terdapat dalam havermout, kacang- kacangan, sayur, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat mengikat empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah, sehingga menurunkan risiko, mencegah, atau meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia. 26 Pada Studi yang dilakukan terhadap 84.000 perawat wanita yang mulai diteliti oleh peneliti Harvard pada tahun 1980 mendapatkan hubungan antara konsumsi kekacangan dan risiko DM tipe 2. Jika dibandingkan dengan wanita yang jarang makan kacang, mereka yang makan satu sampai dengan 4 ons setiap minggu mempunyai pengurangan 16 insiden DM tipe 2 , dan mereka yang makan sedikitnya 5 ons perminggu memperlihatkan pengurangan 27. Para peneliti berpendapat, bahwa meskipun kekacangan dapat memberikan 80 kalori lemak, lemak itu adalah lemak jenis unsaturated yang dapat mengontrol hormon insulin dan glukosa. Ditemukan bahwa mengkonsumsi serat ≥25 gr per hari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan dapat mencegah kejadian DM tipe 2 sebesar 0,29- 0,42 kali. 25

D. Komplikasi Diabetes Melitus