hipertensi sebagai bagian dari sindrom metabolik merupakan faktor risiko penting bagi penyakit diabetes melitus tipe 2.
16
Hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus.
17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk dalam Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes
Melitus dan Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan penduduk Bukit Badong, Kuala Selangor
di Malaysia, bahwa hipertensi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, dan
prevalensi diabetes melitus ditemukan lebih tinggi dikalangan penderita hipertensi dibanding tidak hipertensi, dan hasil ini di dukung dengan
penelitian sebelumnya bahwa hipertensi menyumbang kejadian diabetes melitus sebesar 20.
19
d. Dislipidemia, kadar lipid Kolesterol HDL = 35 mgdl dan atau
Trigl iserida ≥ 250 mgdl
Konsumsi lemak adalah mengkonsumsi makanan yang lebih dominan kandungan lemak seperti sop buntut, sate, pizza, burger,
makanan gorengan dll.
14
Sumber utama lemak adalah mentega, margarin, lemak hewan lemak daging, dan ayam, dan minyak tumbuh-tumbuhan minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya. Sumber lemak lain adalah kekacangan, bebijian, daging
dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah kecuali
alpukat sangat sedikit mengandung lemak.
25
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori pergramnya. Bahan makanan ini sangat penting untuk membawa
vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dikelompokan menjadi
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembatasan asupan lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan bagi diabetes karena terbukti dapat
memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering dijumpai pada diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal monounsaturated fatty
acid = MUFA, merupakan salah satu asam lemak yang dapat
memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid. Pemberian MUFA pada diet diabetisi dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,
kolesterol VLDL, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sedangkan asam lemak tidak jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acid =
PUFA dapat melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki agregasi trombosit. PIFA mengandung asam lemak omega
3 yang dapat menurunkan sintesi VLDL di dalam hati dan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang dapat
menurunkan kadar VLDL di jaringan perifer, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol.
28
Rekomendasi pemberian lemak : 1
Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10 dari total kebutuhan kalori per hari.
2 Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mgdl, asupan asam lemak jenuh
diturunkan sampai maksimal 7 dari total kalori per hari. 3
Konsumsi kolesterol maksimal 300 mghari, jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mgdl, maka maksimal kolesterol yang dapat
dikonsumsi 200 mghari. 4
Batasi asupan asam lemak bentuk trans. 5
Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang.
6 Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10 dar i
asupan kalori per hari.
28
Konsumsi saturated fat yang tinggi menyebabkan timbulnya resistensi insulin dan dislipidemia. Saturated fat dapat menyebabkan
resistensi insulin karena perubahan komposisi phospholipid dalam membran sel, perubahan sinyal insulin dapat menghambat sintesis
glikogen, atau mekanisme lainnya.
30
Orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh, terutama bagian perut lebih
memungkinkan terkena diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini karena lemak pada organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah
untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh
energi, kadar asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot-otot tubuh.
21
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk bahwa ada hubungan yang signifikan antara trigliserida dan HDL dengan kejadian
diabetes melitus.
17
Orang yang mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan
risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.
18
dan orang yang mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2,07 kali, dan dengan menggunakan analisis
multinominal logistik bahwa mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 4,43 kali.
25
e. Pola hidup tidak sehat