akan merefleksikan perasaan positif kepada lawan bicaranya, kemudian sikap positif juga dapat diwujudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan
menunjukkan sikap menghargai keberadaan, pendapat dan pentingnya orang lain, dimana perilaku ini sangat bertentangan dengan sikap acuh.
e. Kesetaraan, memiliki pengertian bahwa kita menerima pihak lain atau mengakui
dan menyadari bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga. Karena pada kesetaraan, suatu konflik akan lebih dapat dilihat sebagai upaya untuk
memahami perbedaan yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.
2. Sudut Pandang Pragmatis
Sudut pandang yang menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi dan secara umum, kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan spesifik.
Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang ini adalah sebagai berikut: a.
Kepercayaan diri, komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri, dimana hal itu dapat dilihat pada kemampuan untuk menghadirkan suasana nyaman pada
saat berinteraksi diantaranya kepada orang-orang yang merasa gelisah, pemalu atau kuatir dan membuat merasa lebih nyaman.
b. Kebersatuan, mengacu pada penggabungan antara pembicara pendengar, dimana
terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan yang mengisyaratkan minat dan perhatian untuk mau mendengarkan.
c. Manajemen interaksi, dalam melakukan komunikasi dapat mengandalkan
interaksi untuk kepuasan kedua belah pihak, hingga tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh yang paling penting. Beberapa cara yang
tepat untuk melakukannya adalah dengan menjaga peran sebagai pembicara dan pendengar melalui gerakan mata, ekspresi vokal, gerakan tubuh dan wajah yang
sesuai dan juga dengan saling memberikan kesempatan untuk berbicara merupakan wujud dari manajemen interaksi.
d. Daya ekspresi, mengacu pada kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang
ingin disampaikan dengan aktif, bukan dengan menarik diri atau dengan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
e. Orientasi kepada orang lain, dalam hal ini dimaksudkan untuk lebih
menyesuaikan diri pada lawan bicara dan mengkomunikasikan perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan oleh lawan bicara.
f. Sudut pandang pergaulan sosial, sudut pandang yang berdasarkan model
ekonomi imbalan dan biaya. Suatu hubungan diasumsikan sebagai suatu kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.
3. Sudut Pandang Pergaulan Sosial
Sudut pandang yang berdasarkan model ekonomi imbalan dan biaya. Suatu hubungan diasumsikan sebagai suatu kemitraan dimana imbalan dan biaya saling
dipertukarkan De Vito, 1997:259-268.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga sudut pandang tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain melainkan saling melengkapi, karena setiap sudut pandang tersebut membantu kita untuk dapat memahami
komunikasi sebagai solusi yang efektif untuk mengatasai masalah dalam suatu hubungan. Menurut Rakhmat komunikasi efektif ditandai dengan hubungan antarpribadi yang baik
2005:129. Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan antarpribadi, yaitu: 1.
Percaya Trust Faktor percaya merupakan faktor yang terpenting diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi komunikasi antarpribadi. Menurut Griffin, percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya
tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko dalam Rakhmat, 2005:130. Adapun unsur percaya, yaitu:
a. Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada
seseorang, ia akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami. Bila tidak ada resiko, percaya tidak diperlukan.
b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-
akibatnya bergantung pada perilaku orang lain. c.
Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. Sejauh mana kita percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor-faktor personal
dan situasional. Disamping faktor-faktor personal, ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya, yaitu:
a. Karakteristik dan maksud orang lain
b. Hubungan kekuasaan
c. Sifat dan kualitas komunikasi
Bila komunikasi bersifat terbuka, maksud dan tujuan sudah jelas, maka akan timbul sikap saling percaya. Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan menganggap
komunikan lainnya bersikap jujur. Tentu saja sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman kita dengan komunikan. Selain pengalaman ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap
percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu menerima, empati dan kejujuran Rakhmat, 2005:132.
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang dikatakan defensif bila tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, sikap
defensif komunikasi antarpribadi akan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi dari pada
memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal yaitu ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif atau faktor-faktor
situasional dan sebagainya. 3.
Sikap Terbuka Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang
efektif. Brooks dan Emmert dalam Rakhmat, 2005:136 memberi karakteristik orang yang bersifat terbuka yaitu:
a. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan logika
b. Membedakan dengan mudah, melihat suasana dan sebagainya
c. Berorientasi pada isi
d. Mencari informasi dari berbagai sumber
e. Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya
f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan
Agar komunikasi antarpribadi yang kita lakukan melahirkan hubungan antarpribadi yang efektif, maka diperlukan juga sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan
suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai diri dan yang paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan antarpribadi.
Universitas Sumatera Utara
II.2.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi