4. Diri Keluarga family self
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai amggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa
dekat terhadap dirinya sebagai anggota dari suatu keluarga.
5. Diri Sosial social self
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang
tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian pula
seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain disekitarnya yang menunjukkan bahwa ia memiiki pribadi
yang baik. Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan hati yang utuh.
II.6.3 Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut disepanjang kehidupan manusia. Symond mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul
pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perspektif, diri self berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan
berbeda dengan orang lain. Ketika ibu dikenali sebagai orang yang terpisah dari dirinya dan ia mulai mengenali wajah-wajah orang lain, seorang bayi membentuk pandangan yang masih
kabur tentang dirinya sebagai seorang individu dalam Fitts, 1971. Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama dan pembentukan ini tidak bisa
diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya dan tidak memiliki
penilaian terhadap diri sendiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu, individu mulai bisa membedakan antara dirinya, orang lain dan benda-benda disekitarnya dan pada akhirnya
individu mulai mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya dan dapat melakukan
penilaian terhadap dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Selama masa anak pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai memainkan peran yang dominan, menggantikan orang tua sebagai orang yang turut berpengaruh terhadap
konsep diri mereka. Anak makin mengidentifikasikan diri dengan anak-anak seusianya dan mengadopsi bentuk-bentuk tingkah laku dari kelompok teman sebaya. Selama masa anak
akhir, konsep diri yang terbentuk sudah agak stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi perubahan drastis pada konsep diri. Remaja yang masih muda mempersepsikan dirinya
sebagai orang dewasa dalam banyak cara, namun bagi orang tua, ia tetap masih seorang anak- anak. Walaupun ketidaktergantungan dari orang dewasa masih belum mungkin terjadi dalam
beberapa tahun, remaja mulai terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri.
Karena perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi remaja pada hampir semua area kehidupan, konsep diri juga berada dalam keadaan terus berubah pada periode ini.
ketidakpastian masa depan, membuat formulasi dari tujuan yang jelas merupakan tugas yang sulit. Namun dari penyelesaian masalah dan konflik remaja inilah lahir konsep diri orang
dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja cenderung menetap dan relatif merupakan pengaturan tingkah laku yang bersifat
permanen. Pada usia 25-30 tahun biasanya ego orang dewasa sudah terbentuk dengan lengkap, namun mulai dari sini konsep diri menjadi semakin sulit untuk berubah Agustiani,
2006:143-144.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tnapa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri
sendiri sebagai individu, sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Menurut Rogers, ada lima sifat khas seseorang yang
berfungsi sepenuhnya fully human being yaitu:
1. Keterbukaan pada pengalaman
2. Tidak adanya sikap defensif
3. Kesadaran yang cermat
4. Penghargaan diri tanpa syarat
5. Hubungan yang harmonis dengan orang-orang lain Hall, 1993:128
II.7. Konseling Individual Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara etimologi
berarti “to give advice” atau memberi saran dan nasehat. Jones mendefenisikan konseling sebagai kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan
pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan
Universitas Sumatera Utara
pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri
Lubis, 2006:7. Konseling adalah suatu hubungan antara seseorang dengan yang lain, dimana seorang
berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya. Sedangkan Glen E. Smith mendefenisikan
konseling yakni suatu proses dimana konselor membantu konseli klien agar ia memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang berhubungan dengan pemilihan perencanaan dan
penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu Willis, 2004:17. Shertzer dan Stone dalam bukunya “Fundamental of Counseling” mengemukakan
konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi perubahan sebahagian besar tingkah laku klien secara sukarela klien ingin untuk mengubah perilakunya yang bermasalah
dan mendapatkan bantuan dari konselor Lubis, 2006:11. Milton E. Hahn mengartikan bahwa konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam
hubungan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh pelatihan dan pengalaman untuk
membantu agar klien mampu memecahkan kesulitannya Willis, 2004:18. Berdasarkan defenisi-defenisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
konseling individual merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberitahuan bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan
langsung dan tatap muka antara konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya serta mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal, sehingga ia akan mencapai kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial.
Universitas Sumatera Utara
II.7.1 Ciri-ciri Konseling Individual