II.7.1 Ciri-ciri Konseling Individual
Dalam Willis 2004:63-64, client-centered therapy sering juga disebut suatu metode yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar tercapai gambaran
yang serasi antara ideal-self diri klien dengan actual-self diri klien sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ciri-ciri konseling individual ini adalah:
1. Ditujukan kepada klien yang sanggup memecahkan masalahnya agar tercapai
kepribadian klien yang terpadu. 2.
Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan feeling, bukan segi intelektualnya.
3. Titik tolak konseling adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial-psikologis
masa kini dan bukan pengalaman masa lalu. 4.
Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan diri antara ideal-self dengan actual-self.
5. Peranan yang aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor adalah
pasif-reflektif, artinya tidak semata-mata diam dan pasif akan tetapi berusaha membantu agar klien aktif memecahkan masalahnya. Tujuan konseling adalah
pengembangan kemampuan klien untuk mengatasi masalahnya, memiliki kemampuan untuk mencintai dan bekerja keras, melakukan sesuatu dengan rasa
tanggung jawab dan percaya diri.
II.7.2 Karakteristik Hubungan Konseling Individual
Benjamin mengartikan hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional itu mempunyai waktu, kemampuan untuk
memahami dan mendengarkan serta mempunyai minat, pengetahuan dan keterampilan Willis, 2004:36. Karakteristik hubungan konseling adalah sebagai berikut:
1. Hubungan konseling itu sifatnya bermakna, terutama bagi klien, demikian pula bagi
konselor. Hubungan konseling terjadi dalam suasana keakraban intimate 2.
Bersifat afek Afek adalah perilaku-perilaku emosional, sikap dan kecenderungan-kecenderungan
yang didorong oleh emosi. Afek hadir karena adanya keterbukaan diri disclosure klien, keterpikatan, keasyikan diri self absorbed dan saling sensitif satu sama lain.
3. Integrasi pribadi
Terdapat ketulusan, kejujuran dan keutuhan antara konselor dengan klien. 4.
Persetujuan bersama
Universitas Sumatera Utara
Ada komitmen keterikatan antara kedua belah pihak. 5.
Kebutuhan Hubungan konseling akan berhasil bila klien datang atas dasar kebutuhan nya.
6. Struktur
Proses konseling bantuan terdapat struktur karena adanya keterlibatan konselor dan klien.
7. Kerjasama
Jika klien bertahan resisten maka ia menolak dan tertutup terhadap konselor. Akibatnya, hubungan konseling akan macet. Begitu juga sebaliknya.
8. Konselor mudah didekati, klien merasa aman.
Faktor iman dan taqwa sangat mendukung terhadap kehidupan emosional konselor. 9.
Perubahan Tujuan akhir dari hubungan konseling adalah perubahan positif klien menjadi lebih
sadar dan memahami diri, mendapatkan cara-cara terbaik untuk berbuatmerencanakan kehidupannya menjadi lebih dewasa dan pribadinya
terintegrasi. Perubahan internal dan eksternal terjadi didalam sikap dan tindakan, serta persepsi terhadap diri, orang lain dan dunia Willis, 2004:41-44.
Ada beberapa hal yang perlu dipelihara dalam hubungan konseling yakni a.
Kehangatan, artinya konselor membuat situasi hubungan konseling itu demikian hangat bergairah, bersemangat. Kehangatan disebabkan adanya rasa bersahabat, tidak
formal, serta membangkitkan semangat dan rasa humor. b.
Hubungan yang empati, yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien, dan memahami akan keadaaan diri serta masalah yang dihadapinya.
c. Keterlibatan klien, yaitu terlihat klien sungguh-sungguh mengikuti proses konseling
dengan jujur mengemukakan persoalannya, perasaannya, dan keinginannya. Selanjutnya dia bersemangat mengemukakan ide, alternatif dan upaya-upaya.
Dalam hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mengembangkan hubungan konseling yang rapport akrab dan dengan memanfaatkan
komunikasi verbal dan non verbal. Rasa kebersamaan yang diciptakan konselor akan membuat jarak antara dia dengan klien menjadi dekat. Keterlibatan klien dalam proses
konseling ditentukan oleh faktor keterbukaan dirinya dihadapan konselor. Jika klien diliputi keengganan dan resistensi, maka dia tidak akan jujur mengeluarkan perasaannya.
Universitas Sumatera Utara
II.8. Tunarungu II.8.1 Pengertian Tunarungu