I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995:39. Kerlinger menyatakan teori merupakan himpunan konstruk
konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menggambarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut Rakhmat, 2004:6. Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:
a. Komunikasi
b. Komunikasi Antarpribadi
c. Teori Pengungkapan Diri Self Disclosure
d. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
e. Teori Simbolik
f. Konsep Diri
g. Konseling Individual
h. Tunarungu
1.5.1 Komunikasi
Wilbur Schramm mengatakan bahwa kata communication itu berasal dari bahasa Latin: Communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti common sama. Dengan
demikian apabila kita akan mengadakan komunikasi, maka kita harus mewujudkan persamaan antara kita dengan orang lain. Sama di sini maksudnya adalah sama makna
Effendy, 2003:9. Menurut Cherrey, komunikasi adalah menekankan pada proses hubungan, sedangkan Gode berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses yang menekankan pada
sharing atau pemilikan Liliweri, 1997:5. Jadi, jika mengadakan suatu komunikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
satu pihak lain, maka kita menyatakan gagasan kita untuk mendapatkan komentar dari pihak lain mengenai suatu objek tertentu. Theodorson dalam Liliweri, 1997:11 mengatakan bahwa
komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu kelompok kepada kelompok lain terutama dengan menggunakan simbol. Sedangkan Panji Anogoro dan Ninik Widiyanti dalam
Liliweri, 1997:104 memberi defenisi komunikasi sebagai berikut: komunikasi merupakan kapasitas individu dan kelompok lain.
1.5.2 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh De Vito
dalam Liliweri, 1997:12 bahwa, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan- pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan
umpan balik yang langsung. Menurut Barnlund ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi
antarpribadi dalam Liliweri, 1997:14, yaitu: 1.
Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan 2.
Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur 3.
Terjadi secara kebetulan 4.
Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5.
Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas 6.
Bisa terjadi hanya sambil lalu saja Menurut Evert M. Rogers dalam Liliweri, 1997:13 ada beberapa ciri komunikasi
antarpribadi, yaitu: 1.
Arus pesan dua arah 2.
Konteks komunikasi adalah tatap muka. 3.
Tingkat umpan balik yang tinggi. 4.
Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi. 5.
Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban. 6.
Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.
Universitas Sumatera Utara
Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu
bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut komunikator reaksi komunikan menyenangkan, maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil.
Menurut Rakhmat bahwa, pola-pola komunikasi antarpribadi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Tidak benar anggapan orang
bahwa makin sering orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Bila diantara komunikator dan komunikan berkembang sikap curiga,
maka makin sering mereka berkomunikasi makin jauh jarak yang timbul. Yang menjadi persoalan adalah bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi
itu dilakukan. Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik, yaitu: sikap percaya, sikap suportif dan terbuka Rakhmat, 2005:129.
Percaya trust, menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko Griffin, dalam Rakhmat, 2005:130.
Sikap Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Sudah jelas dengan
sikap defensif, komunikasi interpersonal akan gagal: karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain. Perilaku yang menimbulkan iklim suportif adalah: deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persamaan dan provisionalisme.
Sikap terbuka open-mindedness sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Menurut Brooks dan Emert karakteristik orang yang
sikap terbuka adalah sebagai berikut: a.
Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan logika b.
Membedakan dengan mudah, melihat suasana dan sebagainya c.
Berorientasi pada isi d.
Mencari informasi dari berbagai sumber e.
Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya
Universitas Sumatera Utara
f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan Rakhmat,
2005: 136. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong
timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang paling penting dapat saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal melalui komunikasi yang dilakukan.
Melalui komunikasi antarpribadi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda
telah dicintai, anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas, anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan
demikian. Proses komunikasi antarpribadi seperti ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang.
I.5.3 Teori Pengungkapan Diri Self Disclosure