tersebut bukanlah sesuatu medium yang netral yang memungkinkan kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial
dan kekuatan sosial Mulyana, 2001:68 Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi
manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara singkat interaksionalisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: pertama individu merespon sebuah situasi simbolik.
Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua makna adalah
produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari
waktu kewaktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.
I.5.6 Konsep Diri Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut ciri-cirisifat
yang dimilikinya Dayakisni, 2003:65. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh
dari interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri seseorang umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat lain disekitarnya, termasuk kerabat akan tetapi yang paling
mempengaruhi adalah ketika kita berinteraksi dengan orang lain yakni pengharapan, kesan dan citra orang lain tentang kita.
Fitts 1971 membagi konsep diri dalam dua dimensi, yaitu sebagai berikut: a.
Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal internal frame of reference
adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya sendiri. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk yaitu:
1. Diri Identitas Identity self
Universitas Sumatera Utara
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut mencakup
label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri self oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.
2. Diri Pelaku Behavioral self
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai “Apa yang dilakukan oleh diri”.
3. Diri PenerimaPenilai Judging self
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan elevator. Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator antara diri dan identitas pelaku.
b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi eksternal terbagi atas
lima bentuk yaitu:
1. Diri Fisik physical self
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik cantik, jelek, menarik, tidak menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dan sebagainya
2. Diri Etik-moral moral-ethical self
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungannya
dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan agamanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.
3. Diri Pribadi personal self
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
4. Diri Keluarga family self
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa
dekat terhadap dirinya sebagai anggota dari suatu keluarga.
5. Diri Sosial social self
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya.
Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan hati yang utuh.
I.5.7 Konseling Individual