Dimensi-Dimensi Dalam Konsep Diri

mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu. Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Yang dimaksud dengan orang lain dalam hal ini adalah: orang tua, teman sebaya dan masyarakat. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita. Dari merekalah secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Ejekan, cemoohan dan hardikan, membuat kita memandang diri kita secara negatif Rakhmat, 2005: 101-102.

b. Kelompok Rujukan Reference Group

Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita, ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan diri nya dengan ciri-ciri kelompoknya. Salah satu contoh kelompok rujukan ini adalah IDI Ikatan Dokter Indonesia.

II.6.2 Dimensi-Dimensi Dalam Konsep Diri

Fitts 1971 membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut: 1. Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal internal frame of reference adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya sendiri. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: 1. Diri Identitas Identity self Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut mencakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri self oleh individu-individu yang bersangkutan umtuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Contohnya seseorang yang mempunyai gambaran dirinya anak yang pandai akan Universitas Sumatera Utara mempunyai kecenderungan menampilkan dirinya sebagai seseorang yang pandai. Untuk itu ia akan berusaha melakukan tingkah laku agar bisa disebut pandai. 2. Diri Pelaku Behavioral self Diri pelaku merupakan persepsi individu terhadap tingkah lakunya sendiri, apakah dipengaruhi oleh faktor internal atau dipengaruhi faktor eksternal. Apakah tingkah lakunya itu akan dipertahankan atau tidak, amat tergantung dari konsekuensi yang diperolehnya, yaitu apabila tingkah lakunya itu menyenangkan maka akan cenderung dipertahankan. Contohnya, ketika seseorang ingin menjadi juara, ternyata bisa menjadi juara, maka individu tersebut akan merasa puas, dan akhirnya kemampuan dirinya untuk menjadi juara merupakan label yang baru dan menjadi label dalam identitas dirinya. 3. Diri PenerimaPenilai Judging self Merupakan bagian dari diri yang menjalankan fungsi sebagai pengamat, pengatur, pembanding dan terutama sebagai penilai. Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan elevator. Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator antara diri dan identitas pelaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri self esteem yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif. Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh. 2. Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi eksternal terbagi atas lima bentuk yaitu: 1. Diri Fisik physical self Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik cantik, jelek, menarik, tidak menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dan sebagainya, memandang kondisi kesehatannya dan penampilannya. 2. Diri Etik-moral moral-ethical self Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan agamanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. 3. Diri Pribadi personal self Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. Universitas Sumatera Utara 4. Diri Keluarga family self Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai amggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya sebagai anggota dari suatu keluarga. 5. Diri Sosial social self Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain disekitarnya yang menunjukkan bahwa ia memiiki pribadi yang baik. Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan hati yang utuh.

II.6.3 Perkembangan Konsep Diri

Dokumen yang terkait

Konsep Diri Mahasiswa Indekos Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi

2 65 115

Peranan Komunikasi Layanan Konseling Individual Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Layanan Konseling Individual Dengan Konselor Pada Siswa/i Tunanetra Di Panti Asuhan Karya Murni Medan Johor).

11 196 128

Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Tentang Layanan Konseling Individual Konselor Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/i Tunarungu Di SLB – B Karya Murni Kota Medan)

2 50 111

Komunikasi Kelompok Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Kelompok Terhadap Pembentukan Konsep Diri di Komunitas games online “Perang Kaum” )

6 66 116

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Konsep Diri Pecandu Game Online (Studi Deskripsi Tentang Konsep Diri Pecandu Game Online Di Kota Bandung)

1 10 1

Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

0 0 7

Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

0 1 16