commit to user 65
Berdasarkan observasi kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD pada siklus II, peneliti menganalisis bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif STAD sangat tepat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
SDN I Pengkol Jatiroto. c.
Refleksi Dalam tahap refleksi, peneliti dan observer menganalisis aktivitas
siswa, kinerja guru, dan hasil tes. Setelah dianalisis berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas III SDN I Pengkol
Jatiroto dalam siklus II menunjukkan bahwa semua aspek yang diamati mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
observer terhadap kinerja guru menunjukkan bahwa semua aspek yang diamati menunjukkan hasil yang maksimal juga. Sedangkan hasil tes, setelah dianalisis
11 siswa atau 84,61 dari keseluruhan jumlah siswa 13 siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimum. Karena hasilnya telah memenuhi
indikator keberhasilan, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Berikut ini, peneliti akan menjelaskan hasil penelitian siklus I dan siklus II.
1. Data Sebelum Tindakan
Sebelum dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif STAD, penguasaan konsep bilangan pada siswa kelas III SD N I Pengkol pecahan masih
rendah. Hal ini ditunjukkan, setelah dilakukan tes, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal baru 5 siswa atau 38,46 dari keseluruhan jumlah siswa 13
siswa, sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal 8 siswa atau 61,56 dari kesulurahan jumlah siswa 13siswa.
2. Data Tindakan Siklus I
Berdasarkan nilai siklus I yang tertera pada lampiran 15 halaman 126, menunjukkan bahwa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif STAD, 9
siswa atau 69,23 dari keseluruhan jumlah siswa 13 siswa baru mencapai
commit to user 66
KKM. Sedangkan 4 siswa atau 30,76 dari keseluruhan jumlah siswa 13 siswa masih di bawah KKM. Berikut ini, peneliti menyajikan tabel frekuensi perolehan
nilai siswa pada siklus I. Tabel 7. Frekuensi Nilai Siswa Siklus I
No Rentang Nilai
Frekuensi Prosentase
1 31-40
1 7,69
2 41-50
3 23,08
3 51-60
4 61-70
4 30,77
5 71-80
4 30,77
6 81-90
1 7,69
Jumlah 13
100
Berdasarkan tabel frekuensi nilai siswa pada siklus I di atas, dapat dibuat grafik seperti yang tertera pada gambar 5 di bawah ini:
Gambar 5. Grafik Nilai Siswa Pada Siklus 1 Berdasarkan grafik di atas, dapat peneliti simpulkan, bahwa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SDN I
1 2
3 4
5
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
F r
e k
u e
n s
i
Kelas Interval
commit to user 67
Pengkol, hasil tes bilangan pecahan mengalami peningkatan. Yang semula ketuntasan belajar hanya 38,36 meningkat menjadi 69,23.
3. Data Tindakan Siklus II
Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD pada siklus II ini, merupakan proses dalam rangka memperbaiki hasil siklus I. Daftar nilai pada
siklus II tertera pada lampiran 17 halaman 128. Berdasarkan lampiran tersebut menunjukkan bahwa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif
STAD, 11 siswa atau 69,23 dari keseluruhan jumlah siswa 13 siswa mencapai KKM. Sedangkan masih 2 siswa atau 30,76 dari keseluruhan
jumlah siswa 13 siswa di bawah KKM. Karena hasilnya telah memenuhi indikator keberhasilan, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berikut ini, peneliti menyajikan tabel frekuensi perolehan nilai siswa pada
siklus II.
Tabel 8. Frekuensi Nilai Siswa Siklus II No Rentang Nilai
Frekuensi Prosentase
1 31-40
1 7,69
2 41-50
3 51-60
4 61-70
3 23,08
5 71-80
1 7,69
6 81-90
5 38,46
7 91-100
3 23,08
Jumlah 13
100
Berdasarkan tabel frekuensi nilai siswa pada siklus II di atas, dapat dibuat grafik seperti yang tertera pada gambar 6 di bawah ini:
commit to user 68
Gambar 6. Grafik Nilai Siswa Pada Siklus II Berdasarkan grafik di atas, dapat peneliti simpulkan, bahwa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SDN I Pengkol, hasil tes bilangan pecahan mengalami peningkatan. Yang semula
ketuntasan belajar hanya 69,23 meningkat menjadi 84,61. Dari pembahasan data pra siklus, siklus I, dan siklus II di atas, berikut ini
peneliti akan menyajikan perbandingan hasil tes tentang bilangan pecahan yang diperoleh siswa kelas III SDN I Pengkol:
Tabel 9. Perbandingan Hasil Tes Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Hasil Tes
Pra Siklus Siklus I
Siklus II Nilai Tertinggi
80 87,5
100 Nilai Terendah
40 40
40 Rata-rata Nilai
55,38 65,38
80,38 Ketuntasan Belajar
38,46 69,23
84,61
Berdasarkan tabel di atas, grafik perbandingan hasil tes tentang penguasaan konsep bilangan pecahan yang diperoleh siswa pada pra siklus, siklus
I, dan siklus II tertera pada gambar 7.
1 2
3 4
5
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
F r
e k
u e
n s
i
Kelas Interval
commit to user 69
Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Tes Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Grafik di atas menunjukkan bahwa setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif STAD, penguasaan konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III SDN I Pengkol mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan, pada pra siklus
ketuntasan belajar yang diperoleh siswa hanya 38,46 5 dari 13 siswa dengan nilai rata-rata 55,38. Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif STAD
pada siklus I, ketuntasan belajar dapat meningkat yaitu menjadi 69,23 9 dari 13 siswa dengan nilai rata-rata 65,38. Sedangkan pada siklus II, ketuntasan belajar
meningkat menjadi 84,61 11 dari 13 siswa dengan nilai rata-rata meningkat menjadi 80,38.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Nilai Tertinggi 80
87.5 100
Nilai Terendah 40
40 40
Rata-Rata 55.38
65.38 80.38
Ketuntasan Belajar 38.46
69.23 84.61
Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Rata-Rata Ketuntasan Belajar
commit to user
70
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN