commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses interaksi dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi antara guru dan peserta didik
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Dalam proses pengajaran atau interaksi belajar mengajar yang menjadi persoalan
utama ialah adanya proses belajar pada siswa yakni proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya. Melalui proses
pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari interaksi tindak belajar. Dari hasil belajar tersebut keberhasilan pengajaran dapat
dilihat. Karena menurut Nana Sudjana 2005:37 kriteria keberhasilan pengajaran itu dapat ditinjau dari hasil. Asumsi dasarnya adalah proses pengajaran yang
optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk
menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasilproduk dari pengajaran itu.
Hasil belajar merupakan hasil kegiatan setelah anak didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu. Menurut Nana Sudjana 2005:39, hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama antara lain faktor dari dalam diri siswa yaitu kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan yaitu berkaitan dengan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran merupakan tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, dalam pembelajaran guru hendaknya memilih suatu pendekatan yang sesuai dengan
kompetensi yang telah ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Winataputra dalam Sugiyanto 2009:3, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang sistematis dalam
commit to user 2
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Setiap model pembelajaran memberikan tekanan pada aspek tertentu dibandingkan
model pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, guru dapat memilih model pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya. Misalnya
saja memilih model pembelajaran kooperatif, menurut Sugiyanto 2009:37 pembelajaran
kooperatif Cooperatif
Learning merupakan
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Untuk itu di dalam kegiatan pembelajaran diutamakan pada kerja sama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif. Menurut Anita Lie 2008:31, unsur-unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan
antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Dengan
menerapkan kelima unsur tersebut, diharapkan siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu menguasai materi yang disampaikan oleh guru, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Dalam kenyataannya, di kelas III SDN I Pengkol Jatiroto banyak siswa
yang belum menguasai konsep bilangan pecahan. Hal ini ditunjukkan dari keseluruhan jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal KKM baru 30,76 sedangkan 69,23 belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM. Rendahnya penguasaan konsep bilangan
pecahan disebabkan karena guru masih bersifat dominan dalam pembelajaran atau guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional. Guru belum
mengutamakan kerja sama di antara anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru hanya menyampaikan materi sedangkan peserta didik hanya mendengar dan
mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga peserta didik tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang membuat peserta didik
commit to user 3
mudah merasa jenuh dan tidak tertarik dalam pembelajaran. Apabila masalah tersebut tidak teratasi maka akan berdampak lebih luas lagi yaitu siswa sulit
memahami bilangan pecahan yang lebih kompleks. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan suatu pendekatan
yang dapat membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik mudah memahami materi tentang bilangan pecahan dan dapat meningkatkan
penguasaan konsep bilangan pecahan. Maka dipilihlah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions STAD, karena penerapan
model pembelajaran kooperatif STAD sangat tepat digunakan untuk mengajarkan materi bilangan pecahan pada siswa kelas III SDN I Pengkol,
Jatiroto. Dalam http:www.trisnimath.blogspot.com diakses tanggal 26-12- 2010 dijelaskan bahwa materi matematika yang relevan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar, dan tidak memerlukan penalaran
yang tinggi dan juga hafalan. Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif STAD tersebut diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep bilangan
pecahan pada siswa kelas III SDN I Pengkol, Jatiroto. STAD merupakan tipe pembelajaran dalam model pembelajaran
kooperatif yang akan mendorong siswa saling berdiskusi, saling membantu menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan
yang diberikan. Untuk itu dalam penerapannya, peserta didik perlu dibekali berbagai keterampilan-keterampilan agar pembelajaran menjadi efektif. Dalam
http:xpresiriau.comartikel-tulisan-pendidikankarakteristik-staddiakses tanggal 26-12-2010 keterampilan yang terdapat dalam STAD antara lain melakukan kerja
sama seperti berani bicara dan mengemukakan pendapat, bertanya, menghargai pendapat teman, memberi semangat pada teman untuk berbicara, tidak
mendominasi pembicaraan
kelompok, dan
mempunyai kemampuan
berargumentasi. Dengan dibekalinya berbagai keterampilan tersebut maka akan mendorong peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik
mudah menyerap materi tentang bilangan pecahan.
commit to user 4
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul ’’Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Divisions STAD Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Bilangan Pecahan Pada Siswa Kelas III SDN I Pengkol Jatiroto Wonogiri Tahun
Pelajaran 20102011”.
B. Rumusan Masalah