29 secara purposive sampling digunakan untuk menganalisis kinerja Gapoktan
Agropurna Mitra Mandiri. Pengurus yang terpilih menjadi responden adalah pengurus yang mengetahui dan memahami mengenai kinerja Gapoktan, sehingga
dapat mempermudah dan membantu peneliti dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu kinerja organisasi dan usaha.
Tahapan ketiga yaitu penentuan sampel yang terpilih yang selanjutnya menjadi responden penelitian. Dari 40 peternak anggota ketiga kelompok yang
terpilih diambil 3 peternak anggota secara purposive sengaja yaitu ketua kelompok tani dari masing-masing kelompok. Pemilihan ketua kelompok tani ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kegiatan-kegiatan kelompok yang dilakukan secara
bersama-sama. Selanjutnya, 37 peternak anggota kelompok yang dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling ini dilakukan dengan cara diundi.
Pengambilan sampel diawali dengan menuliskan nama-nama anggota kelompok tani dan nomor urut di kertas kecil yang terpisah kemudian di gulung. Tahap
berikutnya memasukkan gulungan kertas kecil tersebut ke dalam botol secara terpisah untuk dilakukan pengundian. Penggunaan metode ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tiap anggota kelompok tani memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
4.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data kualitatif maupun kuantitatif seperti yang dijelaskan sebagai
berikut : a. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh dari anggota dan pengurus Gapoktan, yaitu mengenai kondisi organisasi
Gapoktan secara keseluruhan, volume usaha Gapoktan, karakteristik anggota, partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota.
b. Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan yaitu berupa literatur, dokumen-dokumen
yang dimiliki atau publikasi dan informasi dari instansi baik di daerah maupun di pusat meliputi Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
30 dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, data sekunder yang
diperlukan juga dapat berupa hasil dari penelusuran internet yang berhubungan dengan penelitian.
4.5. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan observasi. Selain itu, dalam pengumpulan
data deskriptif mengenai organisasi dan volume usaha, dilakukan wawancara langsung kepada pengurus Gapoktan. Wawancara dengan anggota Gapoktan atau
peternak dilakukan untuk memperoleh data mengenai karakteristik anggota, tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu kuesioner. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu
mempelajari data-data atau bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi data dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dan Badan Pusat Statistik BPS.
4.6. Metode Pengolahan Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi data
kuantitatif dan data kualitatif yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut. Analisis kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikan gambaran mengenai
kinerja Gapoktan dari segi organisasi sedangkan gambaran mengenai kinerja Gapoktan dari segi usaha akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
metode analisis rasio. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi dan manfaat yang diterima anggota Gapoktan akan dilakukan dengan menggunakan
analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan, akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS 18 for Windows.
4.6.1. Analisis Deskriptif
Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi organisasi yang dianalisis secara deskriptif meliputi struktur organisasi,
kredibilitas pengurus, perencanaan rencana kerja Gapoktan dan pelaksanaan Rapat Anggota. Selain itu, pengukuran kinerja Gapoktan juga dilakukan dengan
31 membandingkan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standartarget yang
ditetapkan Gapoktan meliputi perkembangan kepemilikan sapi, jumlah produksi susu yang dihasilkan dan penjualan susu. Standar atau target yang ditetapkan
Gapoktan didasarkan dari hasil evaluasi Gapoktan tahun sebelumnya agar dapat terlihat sejauh mana perkembangan Gapoktan. Secara lengkap pengukuran kinerja
Gapoktan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Model Pengukuran Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan
Target
Indikator Kinerja Hasil pada Tahun
2010 A Target B
Pencapaian AB x 100
Jumlah Kepemilikan Sapi Produksi Susu
Penjualan Susu
4.6.2. Analisis Rasio
Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi usaha akan yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio.
Pengukuran kinerja Gapoktan dari sisi usaha mencakup pertumbuhan dan volume usaha atau volume produksi susu, modal usaha Gapoktan dan Laba Usaha
Gapoktan yang dihasilkan. Analisis rasio merupakan alat ukur kinerja Gapoktan
secara kuantitatif. Munawir 2002, mendefinisikan analisis rasio adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Rasio ini memberikan indikasi apakah Gapoktan memiliki jumlah kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang dan hutang yang
cukup rasional serta struktur modal yang sehat dalam rangka melaksanakan kegiatan Gapoktan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Penggunaan analisis rasio ini juga akan sangat membantu menilai prestasi
manajemen atau pengurus Gapoktan dan prospeknya di masa mendatang.
Munawir 2002 membagi rasio menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya, yaitu :
32 1. Rasio Likuiditas
Rasio likiuditas menunjukkan kemampuan Gapoktan mengembalikan atau membayar kewajiban jangka pendeknya, pada saat ditagih. Rasio ini sangat
ditentukan oleh jumlah aktiva lancar yang dimiliki Gapoktan pada periode akuntansi tertentu, meliputi jumlah kas, piutang dan persediaan. Rasio likiuditas
meliputi rasio lancar current ratio dan rasio posisi kas cash ratio. a. Rasio Lancar current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Angka standar yang digunakan untuk rasio ini adalah 2,0. Rasio lancar dihitung dengan menggunakan rumus :
aktiva lancar Rasio lancar =
hutang lancar b. Rasio Posisi Kas cash ratio adalah rasio yang mencerminkan likuiditas
modal secara lebih tajam lagi sebab hanya memperhitungkan kas dan bank yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dan digunakan untuk membayar hutang
lancar Gapoktan. Nilai standar rasio ini adalah 0,4 artinya setiap Rp. 1,0 hutang lancar hendaknya diimbangi dengan saldo kas dan bank sebesar Rp.
0,4. Rasio cepat dihitung dengan menggunakan rumus : Kas + Bank
Rasio Posisi Kas = hutang lancar
2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan Gapoktan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek dan jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam kondisi
jangka panjang. a. Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan kemampuan total aktiva
yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin aman dan terjamin
hutang para kreditur. Standar bagi rasio ini adalah 0,5. Rasio total hutang terhadap aktiva dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
hutang lancar + hutang jangka panjang Rasio total hutang dengan aktiva =
total aktiva
33 b. Rasio total hutang dengan total modal sendiri menunjukkan bagian hutang
yang dijamin dengan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan pengelolaan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan
pengelolaan modal sendiri dan modal luar Gapoktan. Rasio standar yang digunakan adalah 0,1 artinya semakin kecil rasio yang dimiliki suatu
Gapoktan, maka semakin baik kemampuan Gapoktan dalam menjamin hutangnya. Rasio total hutang dengan modal sendiri dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : total hutang
Rasio total hutang dengan total modal sendiri = total modal sendiri
3. Rasio Rentabilitas Rasio
rentabilitas ini
mengukur kemampuan
Gapoktan untuk
menghasilkan atau mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk kegiatan operasionalnya. Kemampuan berkembang Gapoktan
tercermin dari keuntungan atau Laba Usaha, sehingga hasil pengukuran rentabilitas merupakan tolok ukur apakah keuntungan yang diperoleh telah sesuai
dengan harta dan modal yang ditanamkan. a. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva merupakan kemampuan Gapoktan
dalam memperoleh keuntungan dari seluruh harta yang ditanamkan usaha. Rasio ini memiliki standar 0,04. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva dapat
dihitung dengan menggunakan rumus : Laba Usaha
Rasio Laba Usaha dengan total aktiva = total aktiva
b. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri mengukur kemampuan Gapoktan dalam memperoleh Laba Usaha yang tersedia bagi anggotanya. Standar rasio
ini adalah 0,15. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Laba Usaha Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri =
Modal sendiri
34
4.6.3. Analisis Manfaat
Analisis ini menunjukkan persentase jawaban anggota Gapoktan terhadap manfaat yang diberikan Gapoktan baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial.
Manfaat ekonomi terdiri dari jaminan pemasaran susu, jaminan harga jual susu yang ditetapkan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, peningkatan
pendapatan setelah menjadi anggota, kemudahan memperoleh sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan bantuan kredit sapi perah. Manfaat sosial terdiri dari
hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota
Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Responden yang merasakan
manfaat diberi nilai tiga, kurang merasakan diberi nilai dua dan kategori tidak merasakan diberi nilai satu. Menurut Nazir 2005, nilai responden dijumlahkan
dan jumlah ini merupakan total nilai, dan total nilai inilah ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala likert.
Xib – Xik Range
= Banyaknya Skala Pengukuran
Dimana : Xib = Nilai terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban merasakan manfaat
skor 3 terhadap setiap unsur i dari aspek manfaat yang diperoleh anggota 3x40=120.
Xik = Nilai terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak merasakan
manfaat skor 1 terhadap setiap unsur i aspek manfaat yang diperoleh anggota 1x40=40.
Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah :
Range =
= 26,67 = 27
Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran manfaat yang diperoleh adalah :
3 40
120 −
35 a
40 – 66 : Kategori rendah
b 67 – 93
: Kategori sedang c
94 – 120 : Kategori tinggi
Alat ukur analisis manfaat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
. Alat ukur Analisis Manfaat yang Diperoleh Anggota
No Jenis Manfaat
Alat Ukur
1 Jaminan
Pemasaran dan Hasil Produksi
Anggota Jumlah responden yang menjual hasil produksinya
lewat Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri
2 Jaminan Harga
Jumlah responden yang puas terhadap ketetapan harga jual susu hasil produksinya oleh Gapoktan
Agropurna Mitra Mandiri
3 Peningkatan
Pendapatan Jumlah responden yang mengalami peningkatan
pendapatan setelah menjadi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri
4 Jaminan Memperoleh
Sapronak Jumlah responden yang membeli Sapronak
melalui Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 5
Penerimaan Bantuan Kredit
Jumlah responden yang menerima bantuan kredit melalui Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri
6 Kerjasama yang Baik
dengan Pengurus Jumlah responden yang sering bertemu pengurus
7 Hubungan yang Baik
Sesama Anggota Jumlah responden yang mengenal anggota
Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri lainnya 8
Peningkatan Pengetahuan
Jumlah responden
yang pernah
mengikuti bimbinganpenyuluhanpembinaan
Sumber : Susanti 2002
4.6.4. Analisis Partisipasi Anggota
Tingkat partisipasi anggota Gapoktan dilihat dari partisipasi organisasi dan usaha. Partisipasi anggota dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran anggota
dalam Rapat Anggota Tahunan RAT dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus Gapoktan. Partisipasi anggota dalam bidang usaha dilihat
dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha murni dan unit usaha pakan ternak Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri.
Responden yang berpartisipasi tinggi diberi nilai tiga, partisipasi sedang diberikan nilai dua dan partisipasi rendah diberikan nilai satu. Berdasarkan nilai
ini akan ditentukan total nilai yakni dengan cara menjumlahkan nilai responden. Total nilai akan dikategorikan ke dalam selang dengan rentang nilai terendah
36 adalah nilai terkecil dikali jumlah responden 1x40=40 dan rentang nilai tertinggi
adalah nilai terbesar dikali jumlah responden 3x40=120 serta rentang skala penilaian yakni dengan cara membagi rentang nilai tertinggi dikurangi rentang
nilai terendah. Maka besarnya
range
untuk tiap kelas yang diteliti adalah : Range =
= 26,67 = 27
Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran tingkat partisipasi anggota adalah :
a 40 – 66
: Kategori rendah b
67 – 93 : Kategori sedang
c 94 – 120
: Kategori tinggi Alat ukur analisis partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
. Alat ukur Analisis Partisipasi Anggota
No Jenis Partisipasi
Alat Ukur
1 Kesadaran
anggota untuk
berorganisasi Jumlah responden yang mengikuti Rapat
Anggota 2
Partisipasi organisasi Jumlah responden yang memberikan
sarankritik dalam Rapat Anggota 3
Partisipasi organisasi Jumlah responden yang memberikan
sarankritik diluar Rapat Anggota kepada pengurusmanajerkaryawanpengawas
4 Partisipasi usaha
Jumlah responden
yang sering
bertransaksi usaha melalui Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri
Sumber : Susanti 2002
Hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota dengan partisipasi yang diberikan oleh anggota dianalisis dengan menggunakan uji statistik melalui uji
korelasi
Rank Spearman
bersama uji signifikasinya. Menurut Nazir 2005, koefisien korelasi ini mengukur keeratan hubungan antara dua jenis variabel
dengan syarat minimal variabel ordinal, dimana dilakukan observasi. Adapun tahapan kerja pengolahan data dari kuesioner untuk menganalisis hubungan
manfaat dan tingkat partisipasi anggota adalah sebagai berikut : 1.
Memberikan skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan bobot tertentu pada setiap jawaban dengan skala Likert.
3 40
120 −
37 2.
Memindahkan data dari lembaran kuesioner ke lembaran tabulasi dan menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan program
komputer Microsoft Excel 2007. 3.
Memindahkan data dari lembar kerja untuk diolah dan dianalisis, dengan menggunakan program komputer SPSS 18.0 for windows, menggunakan
model uji korelasi
Rank Spearman
. Menurut Walpole 1995, korelasi
Rank Spearman
digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara kedua variabel ordinal. Korelasi ini
mengasumsikan bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan hasil pengamatan numerik atau non numerik. Setiap data Xi maupun Yi ditetapkan peringkatnya
relatif terhadap X dan Y yang lain dari yang terkecil sampai terbesar Nazir 2005. Dalam penelitian ini variabel X adalah manfaat ekonomi dan sosial sedangkan
variabel Y adalah tingkat partisipasi anggota. Adapun koefisien
Rank Spearman
adalah sebagai berikut : Statistik uji :
r
s
= 1 - dimana : r
s
= koefisien korelasi
Rank Spearman
di = selisih antara peringkat X dan Y n = Jumlah sampel
Tanda positif pada nilai r
s
menunjukkan adanya hubungan searah antara variabel X dan Y, sedangkan tanda negatif pada nila r
s
menunjukkan adanya hubungan berlawanan arah antara variabel X dan variabel Y. Kuat tidaknya
variabel X dan variabel Y pada nilai koefisien Spearman r
s
ditentukan berdasarkan nila sebaran normal yaitu 0,5 dengan kriteria sebagai berikut ;
r
s
0,5 yaitu kondisi yang menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel X dan Y
r
s
0,5 yaitu kondisi yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan Y.
1 n
n di
6
2 n
1 i
2
−
=
38
V KEADAAN UMUM GAPOKTAN AGROPURNA MITRA MANDIRI
5.1. Sejarah, Visi dan Misi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri
Adanya keluhan para peternak mantan anggota KUD yang merasa dirugikan seperti harga susu yang rendah, kebutuhan pakan konsentrat yang tidak
selalu tersedia, kesehatan hewan dan Inseminasi Buatan IB yang tidak terlayani. Kondisi ini menyebabkan peternak mengalami kesulitan dalam mengembangkan
usaha ternak sapi perahnya sehingga pada tanggal 1 Agustus 2007, para peternak membentuk Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang bergerak di bidang
peternakan sapi perah berupa susu segar
raw milk
. Pembentukan Gapoktan ini dimaksudkan agar para peternak dapat
mengembangkan usaha ternak sapi perahnya sehingga akan meningkatkan pendapatan yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Peranan
Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terhadap para peternak, yaitu: 1 meningkatkan harga jual susu dengan peningkatan kualitas dan kuantitas susu; 2
penyediaan sarana produksi dalam hal ini pemenuhan kebutuhan pakan konsentrat dan obat-obatan; 3 penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau
pinjaman kepada para peternak anggota; dan 4 mengadakan kerjasama dengan pihak Industri Pengolahan Susu dalam hal pemasaran dan penjualan hasil
produksi peternakan sapi perah berupa susu segar. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berada di Jalan Cihanjuang Rahayu
No. 16 Desa Cihanjuang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terletak di wilayah
Kecamatan parongpong yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Cisarua di sebelah Barat dan Kecamatan Lembang di sebelah Timur. Gapoktan Agropurna
Mitra Mandiri mempunyai target wilayah yang merupakan daerah penyumbang susu terbesar di Kabupaten Bandung Barat. Target wilayah yang kemudian
menjadi wilayah kerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri meliputi tiga kecamatan yaitu Parongpong, Cisarua dan Lembang.
Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai visi menjadi
market leader
bagi para peternak dengan membuat peluang usaha yang didukung dengan
39 tempat strategis menjangkau kemitraan dengan suplier, Gapoktan dan mitra bisnis
serta membuka peluang bagi calon investor untuk menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dan berkesinambungan. Hubungan kemitraan yang
telah dilakukan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah mengadakan kerjasama dengan pihak lembaga keuangan dalam hal ini Bank Mandiri.
Kerjasama antara Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan Bank Mandiri berupa penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E kepada para
peternak anggota Gapoktan. Adanya jaminan pemasaran hasil peternakan sapi perah berupa susu segar
raw milk
oleh pihak Industri Pengolahan Susu IPS dalam hal ini PT. Indolakto memberikan kemudahan pemberian kredit KKP-E kepada peternak anggota
Gapoktan. Pemberian kredit KKP-E ini dilakukan untuk meningkatkan populasi sapi perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang selanjutnya akan
meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Peningkatkan produksi susu yang dihasilkan akan mewujudkan misi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, yaitu
menyediakan dan mengolah hasil bumi yang berupa produk hasil untuk pemenuhan kebutuhan industri peternakan.
5.2. Karakteristik Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri