Analisis Solvabilitas Kinerja Usaha

69 Untuk kinerja rasio posisi kas rata-rata Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memiliki rasio posisi kas diatas standar rasio posisi kas 0,4 yaitu 0,8. Kinerja rasio posisi kas pada tahun 2010 megalami peningkatan dari 0,6 menjadi 1,1 yang melampaui standar rasio posisi kas 0,4. Hal ini terjadi karena posisi kas dan Bank mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dengan hutang lancar yang mengalami penurunan. Penurunan hutang lancar pada tahun 2010 dikarenakan telah lunasnya cicilan hutang kepada bank sebagian kendaraan operasional Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Hasil analisis terhadap aktiva lancar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang mengelola usaha peternakan sapi perah menunjukkan bahwa Gapoktan dalam keadaan likuid tetapi memiliki persentase kas dan bank yang relatif kecil dibandingkan proporsi piutang dagang dan persediaan barang. Padahal piutang dagang dan persediaan barang relatif kurang likuid jika dibandingkan dengan kas dan bank yang dimiliki Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Piutang yang umumnya terjadi pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah piutang barang, piutang kasbon peternak dan piutang susu eceran dan piutang IPS dengan anggapan masih bisa ditagih. Adapun persediaan barang yang terjadi meliputi persediaan bahan baku konsentrat dan persediaan makanan ternak jadi serta obat- obatan dan susu segar.

7.2.2. Analisis Solvabilitas

Analisis solvabilitas sangat penting dilakukan guna melihat posisi keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam posisis keuangan Gapoktan jangka panjang karena menurut Munawir 2002, bagaimanapun baiknya posisi keuangan jangka panjang tidak akan selalu paralel dengan posisi keuangan jangka pendek. Rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio total hutang terhadap total aktiva dan rasio total hutang terhadap modal sendiri. Pengukuran analisis solvabilitas di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri untuk melihat keseimbangan pengelolaan antara modal luar dan modal sendiri yang dimiliki. Hasil analisis solvabilitas dapat dilihat pada Tabel 16. Secara umum berdasarkan hasil analisis pada Tabel 16, menunjukkan bahwa pada jangka panjang ketergantungan pada modal luar masih tinggi, hal ini bisa dilihat dari hasil rata-rata rasio total hutang terhadap total aktiva 0,6 diatas 70 standar 0,5. Hal ini menunjukkan total aktiva yang dibiayai dengan menggunakan modal luar, yaitu 60 persen dibiayai oleh hutang. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum mempunyai kemampuan dalam menutupi total hutangnya akibat terjadinya total aktiva yang mengalami peningkatan pada tahun 2010, yaitu peralatan produksi dan alat-alat kantor. Tabel 16. Hasil Analisis Rasio Solvabilitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jenis Rasio Tahun Rata-rata Rasio Solvabilitas 2009 2010 Total HutangTotal Aktiva 0,6 0,6 0,6 Standar 0,5 0,5 Total HutangModal Sendiri 1,6 1,6 1,6 Standar 1,0 1,0 Sumber : Laporan Keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 2009-2010, Data Diolah Nilai rasio total hutang baik tahun 2009 maupun tahun 2010 memiliki nilasi rasio yang sama yaitu 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada tahun 2009 dan 2010 total hutang dan total aktivanya relatif sama. Berdasarkan proporsinya pada neraca, maka hutang lancar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memiliki proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun ini Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami penambahan hutang yang berasal dari luar yaitu hutang terhadap suplier baik suplier bahan baku maupun suplier peralatan produksi dan alat-alat kantor. Dari hasil rata-rata rasio total hutang terhadap modal sendiri 1,6 rasio Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri selama ini masih diatas standar rasio 1,0. Hal ini menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri masih terjadi ketidakseimbangan pengelolaan modal luar dan modal sendiri. Dilihat dari rasio total hutang terhadap modal sendiri baik tahun 2009 maupun tahun 2010, nilai rasio berada diatas standar yaitu 1,6. Hal ini diakibatkan karena terjadinya total hutang Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri lebih besar dari modal sendiri karena aset yang dimiliki Gapoktan sebagian besar adalah hutang. Berdasarkan perkembangan kedua rasio baik total hutang terhadap total aktiva maupun modal sendiri dapat dikatakan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 71 dalam keadaan insolvabel . Hal ini terlihat dari semakin besarnya peranan modal luar dalam Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Besarnya peranan modal luar pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, jika tidak diselesaikan secara tepat akan membuat posisi keuangan jangka panjang semakin tidak sehat sehingga mengurangi minat investasi pada Gapoktan.

7.2.3. Analisis Rentabilitas