12
2.2. Kelembagaan Petani
Menurut Pambudy 2006, secara garis besar fungsi dan peran kelembagaan dan organisasi petani dalam kerangka sistem agribisnis yaitu
mencakup subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem pemasaran. Masing-masing kerangka subsistem baik lembaga pertanian maupun organisasi
petani mempunyai peranan yang saling terkoordinasi. Terdapat beberapa bentuk kelembagaan petani yang mempunyai peranan dalam pengembangan agribisnis.
Bentuk-bentuk kelembagaan petani dari sekian banyak lembaga yang ada diantaranya adalah kelompok tani, Gabungan kelompok tani Gapoktan dan
koperasi. Kelompok tani sebagai organisasi di tingkat petani yang melakukan usaha
agribisnis mempunyai peranan dalam meningkatkan posisi tawar dan diharapkan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana
dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan mikro serta unit jasa penunjang lainnya. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor
273KptsOT.16042007, kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi,
sumber daya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Interaksi yang terjadi antar sesama petani dalam satu kelompok tani
merupakan wujud kerjasama untuk meningkatkan partisipasi dan peranan petani dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan hidup.
Selama ini terdapat beberapa kendala dalam peningkatan peranan kelompok tani dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotnya.
Menurut Pambudy 2006, kendala yang sering dihadapi kelompok tani khususnya dalam kaitan sistem agribisnis adalah:
1. Ketersediaan faktor produksi dalam hal ini usaha peternakan sapi perah berupa, bibit sapi perah, obat-obatan dan pakan ternak yang tidak terjamin
waktunya serta harganya relatif tinggi. 2. Dalam subsistem usahatani sendiri seringkali terdapat permasalahan teknis
budidaya dimana pengetahuan dan kemampuan manajemem petani yang realtif rendah.
13 3. Kualitas produk hasil yang masih relatif rendah dikarenakan belum
optimalnya penanganan pasca panen yang disebabkan keterbatasan dan mahalnya peralatan dalam hal ini pengadaan cooling unit untuk
mempertahankan kualitas susu hasil produksi. 4. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar, mengakibatkan
posisi tawar petani menjadi lemah. 5. Kurangnya aksesibilitas petani untuk mendapatkan bantuan kredit dari bank
serta kurangnya kesadaran petani akan fungsi dan peran kelompok tani dalam rangka meningkatkan posisi tawarnya juga menjadi masalah bagi petani
dalam pengembangan usahataninya. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh kelompok tani, Gapoktan merupakan organisasi petani yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi,
permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar Permentan No 273KptsOT.16042007.
Gapoktan dan koperasi mempunyai karakteristik kelembagaan yang hampir sama dimana baik Gapoktan maupun koperasi merupakan suatu lembaga
sosial ekonomi yang memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan petani. Perbedaan antara Gapoktan dan Koperasi adalah dalam status hukum yang
diperoleh dimana koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan Undang-undang Republik Indonesia No 25
tahun 1992. Baik Koperasi maupun Gapoktan adalah salah satu bentuk kelembagaan
yang dapat membantu petani usaha untuk meningkatkan posisi tawarnya dengan mengutamakan kerjasama dan kepentingan anggota dalam menjalankan
kegiatannya. Selain itu, baik anggota koperasi maupun Gapoktan akan lebih mudah dalam hal pengelolaan hasil produksi dan penanganan resiko agar kualitas
produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar. Dalam wadah
14 organisasinya anggota Gapoktan dan koperasi lebih mudah berinteraksi secara
positif terkait dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas atau kemampuan anggota.
Akan tetapi ada perbedaan pandangan yang terjadi di kalangan petani antara Gapoktan dan Koperasi dimana petani golongan ekonomi lemah masih
banyak yang belum memahami arti koperasi bagi peningkatan kesejahteraan. Petani memandang bahwa koperasi adalah suatu organisasi ekonomi yang
manfaatnya hanya menguntungkan bagi golongan masyarakat tertentu saja. Oleh karena itu, diperlukan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan
untuk memperkuat kinerja suatu kelompok sosial adalah melalui pendekatan sosial learning proses Uphoff, 1986 dalam Syahyuti 2007. Dalam pendekatan
ini, seluruh anggota kelompok belajar bersama, mengalami bersama dan menyelesaikan segala persoalan secara bersama. Tidak hanya solusi yang baik tapi
yang lebih penting adalah bagaimana prosesnya sehingga suatu solusi dapat dicapai.
2.3. Partisipasi dan Manfaat Anggota Kelompok