30 dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, data sekunder yang
diperlukan juga dapat berupa hasil dari penelusuran internet yang berhubungan dengan penelitian.
4.5. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan observasi. Selain itu, dalam pengumpulan
data deskriptif mengenai organisasi dan volume usaha, dilakukan wawancara langsung kepada pengurus Gapoktan. Wawancara dengan anggota Gapoktan atau
peternak dilakukan untuk memperoleh data mengenai karakteristik anggota, tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu kuesioner. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu
mempelajari data-data atau bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi data dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dan Badan Pusat Statistik BPS.
4.6. Metode Pengolahan Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi data
kuantitatif dan data kualitatif yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut. Analisis kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikan gambaran mengenai
kinerja Gapoktan dari segi organisasi sedangkan gambaran mengenai kinerja Gapoktan dari segi usaha akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
metode analisis rasio. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi dan manfaat yang diterima anggota Gapoktan akan dilakukan dengan menggunakan
analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan, akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS 18 for Windows.
4.6.1. Analisis Deskriptif
Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi organisasi yang dianalisis secara deskriptif meliputi struktur organisasi,
kredibilitas pengurus, perencanaan rencana kerja Gapoktan dan pelaksanaan Rapat Anggota. Selain itu, pengukuran kinerja Gapoktan juga dilakukan dengan
31 membandingkan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standartarget yang
ditetapkan Gapoktan meliputi perkembangan kepemilikan sapi, jumlah produksi susu yang dihasilkan dan penjualan susu. Standar atau target yang ditetapkan
Gapoktan didasarkan dari hasil evaluasi Gapoktan tahun sebelumnya agar dapat terlihat sejauh mana perkembangan Gapoktan. Secara lengkap pengukuran kinerja
Gapoktan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Model Pengukuran Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan
Target
Indikator Kinerja Hasil pada Tahun
2010 A Target B
Pencapaian AB x 100
Jumlah Kepemilikan Sapi Produksi Susu
Penjualan Susu
4.6.2. Analisis Rasio
Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi usaha akan yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio.
Pengukuran kinerja Gapoktan dari sisi usaha mencakup pertumbuhan dan volume usaha atau volume produksi susu, modal usaha Gapoktan dan Laba Usaha
Gapoktan yang dihasilkan. Analisis rasio merupakan alat ukur kinerja Gapoktan
secara kuantitatif. Munawir 2002, mendefinisikan analisis rasio adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Rasio ini memberikan indikasi apakah Gapoktan memiliki jumlah kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang dan hutang yang
cukup rasional serta struktur modal yang sehat dalam rangka melaksanakan kegiatan Gapoktan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Penggunaan analisis rasio ini juga akan sangat membantu menilai prestasi
manajemen atau pengurus Gapoktan dan prospeknya di masa mendatang.
Munawir 2002 membagi rasio menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya, yaitu :
32 1. Rasio Likuiditas
Rasio likiuditas menunjukkan kemampuan Gapoktan mengembalikan atau membayar kewajiban jangka pendeknya, pada saat ditagih. Rasio ini sangat
ditentukan oleh jumlah aktiva lancar yang dimiliki Gapoktan pada periode akuntansi tertentu, meliputi jumlah kas, piutang dan persediaan. Rasio likiuditas
meliputi rasio lancar current ratio dan rasio posisi kas cash ratio. a. Rasio Lancar current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Angka standar yang digunakan untuk rasio ini adalah 2,0. Rasio lancar dihitung dengan menggunakan rumus :
aktiva lancar Rasio lancar =
hutang lancar b. Rasio Posisi Kas cash ratio adalah rasio yang mencerminkan likuiditas
modal secara lebih tajam lagi sebab hanya memperhitungkan kas dan bank yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dan digunakan untuk membayar hutang
lancar Gapoktan. Nilai standar rasio ini adalah 0,4 artinya setiap Rp. 1,0 hutang lancar hendaknya diimbangi dengan saldo kas dan bank sebesar Rp.
0,4. Rasio cepat dihitung dengan menggunakan rumus : Kas + Bank
Rasio Posisi Kas = hutang lancar
2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan Gapoktan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek dan jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam kondisi
jangka panjang. a. Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan kemampuan total aktiva
yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin aman dan terjamin
hutang para kreditur. Standar bagi rasio ini adalah 0,5. Rasio total hutang terhadap aktiva dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
hutang lancar + hutang jangka panjang Rasio total hutang dengan aktiva =
total aktiva
33 b. Rasio total hutang dengan total modal sendiri menunjukkan bagian hutang
yang dijamin dengan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan pengelolaan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan
pengelolaan modal sendiri dan modal luar Gapoktan. Rasio standar yang digunakan adalah 0,1 artinya semakin kecil rasio yang dimiliki suatu
Gapoktan, maka semakin baik kemampuan Gapoktan dalam menjamin hutangnya. Rasio total hutang dengan modal sendiri dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : total hutang
Rasio total hutang dengan total modal sendiri = total modal sendiri
3. Rasio Rentabilitas Rasio
rentabilitas ini
mengukur kemampuan
Gapoktan untuk
menghasilkan atau mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk kegiatan operasionalnya. Kemampuan berkembang Gapoktan
tercermin dari keuntungan atau Laba Usaha, sehingga hasil pengukuran rentabilitas merupakan tolok ukur apakah keuntungan yang diperoleh telah sesuai
dengan harta dan modal yang ditanamkan. a. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva merupakan kemampuan Gapoktan
dalam memperoleh keuntungan dari seluruh harta yang ditanamkan usaha. Rasio ini memiliki standar 0,04. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva dapat
dihitung dengan menggunakan rumus : Laba Usaha
Rasio Laba Usaha dengan total aktiva = total aktiva
b. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri mengukur kemampuan Gapoktan dalam memperoleh Laba Usaha yang tersedia bagi anggotanya. Standar rasio
ini adalah 0,15. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Laba Usaha Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri =
Modal sendiri
34
4.6.3. Analisis Manfaat