Latar Belakang Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

1 I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan dalam pembangunan pertanian Indonesia. Berdasarkan data statistik, pertumbuhan PDB Peternakan pada tahun 2005 sebesar 7,9 persen melebihi tingkat pertumbuhan sektor pertanian 3,5 dan pertumbuhan PDB nasional 5,5. Tahun 2007, pemerintah memberikan anggaran pembangunan peternakan sebesar Rp 7,8 trilyun melebihi anggaran untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam mendorong percepatan pembangunan industri peternakan Yusdja et al. 2006. Subsektor peternakan memiliki pertumbuhan yang cepat karena didukung oleh perkembangan industri peternakan terutama peternakan sapi perah. Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai nilai strategis, mengingat produk susu yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Perkembangan populasi ternak sapi perah dan produksi susu segar nasional yang meningkat setiap tahunnya memungkinkan terjadinya perkembangan subsektor peternakan sapi perah. Disamping itu, usaha ternak sapi perah sangat membantu kehidupan masyarakat terutama dalam hal sumber ekonomi keluarga, pemasok bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, dan membantu menjaga kelestarian lingkungan dengan pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan Mukson et al. 2009. Perkembangan populasi sapi perah, dan produksi di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Indonesia Tahun 2004-2009 Tahun Populasi Sapi Perah per ekor Produksi Susu per ton 2004 364.000 549.900 2005 361.000 535.960 2006 369.000 616.550 2007 374.000 636.900 2008 458.000 647.000 2009 475.000 881.800 Sumber : Kementerian Pertanian 2010 2 Berdasarkan Tabel 1, pasar produk susu di Indonesia masih cukup besar, dimana perkembangan produksi susu nasional selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan produksi rata-rata sebesar 644.685 ton per tahun. Pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi susu sebesar 2,53 persen yang diakibatkan adanya penurunan populasi sapi perah pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa populasi sapi perah mempengaruhi produksi susu segar nasional. Rata-rata jumlah populasi sapi perah di Indonesia meningkat setiap tahunnya setelah tahun 2005 dengan peningkatan populasi berkisar antara 2,22 persen sampai 22,46 persen. Jawa Barat sebagai salah satu sentra agribisnis peternakan sapi perah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan populasi ternak. Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi perah pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 117.839 ekor, meningkat 5,59 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 111.250 ekor. Pada tahun yang sama produksi susu yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 249.456 ton sehingga Jawa Barat merupakan salah satu produsen susu terbesar tingkat nasional Disnak Jabar 2010. Tabel 2. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2006-2009 Ekor Jenis Ternak 2006 2007 2008 2009 Growth Sapi potong Cattle Cow 254.237 272.264 295.554 310.981 6,49 Sapi Perah Dairy Cow 97.367 103.489 111.250 117.839 6,16 Kerbau Buffalo 149.444 149.030 145.847 142.502 1,60 Kuda Horse 15.555 15.755 13.717 13.757 4,43 Kambing Goat 1.148.547 1.294.453 1.431.012 1.615.002 10,74 Domba Sheep 4.221.806 4.605.417 5.311.836 5.817.834 10.11 Babi Pig 1.247 7.043 4.773 8.146 25,38 Sumber: Disnak Jabar 2010 Ket : Rata-rata Pertumbuhan Tahun 2006-2009 Berdasarkan data statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung Barat merupakan produsen susu terbesar di Jawa Barat yang dikelola peternak di lima kecamatan, yaitu Lembang, Cisarua, Parongpong, Cikalong Wetan dan Gununghalu. Jumlah populasi sapi perah Kabupaten 3 Bandung Barat adalah sebesar 29.878 ekor dengan produksi susu sebesar 65.020 ton. Produksi susu yang dihasilkan peternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribusi sekitar 48 persen untuk produksi susu Jawa Barat dan 17 persen untuk produksi susu nasional 1 . Potensi ini tentunya memberikan peluang yang lebih terbuka untuk terus mengembangkan usaha peternakan sapi perah agar populasi ternak dan produksi susu terus mengalami peningkatan sehingga mampu menempatkan Jawa Barat sebagai produsen susu terbesar di Indonesia. Disamping itu, agar terjadi peningkatan konsumsi susu di Jawa Barat yang pada tahun 2008 sebesar 5,93 kgkapitatahun menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 5,88 kgkapitatahun Disnak Jabar 2010. Namun demikian, ada beberapa kendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah diantaranya lemahnya posisi tawar peternak dalam memperoleh nilai jual susu sehingga berakibat pada penurunan harga susu yang diterima dari Industri Pengolahan Susu IPS. Selain itu, menurut Yusdja dan Winarso 2009 usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar berada pada tingkatan skala kecil dengan kepemilikan sapi perah sebanyak 1-9 ekor. Ciri- ciri usaha peternakan sapi perah skala kecil antara lain rendahnya tingkat pendidikan peternak, memiliki pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi secara konvensional, lokasi ternak menyebar luas, skala usaha relatif kecil dan pengadaan input utama yakni hijauan makanan ternak yang masih tergantung pada musim. Berdasarkan hal tersebut peranan lembaga kelompok tani dalam pengembangan peternakan sapi perah sangat penting yaitu dalam hal peningkatan kemampuan petani baik pengetahuan maupun keterampilan budidaya, kemudahan untuk pemanfaatan lahan, akses dan ketersediaan modal serta pemasaran hasil ternak berupa susu segar. Pemberdayaan lembaga kelompok tani merupakan serangkaian upaya yang sistematis, konsisten dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya adaptasi dan inovasi petani guna memanfaatkan teknologi secara optimal dalam bingkai aturan main yang ada untuk mencapai tujuan bersama secara efisien Zakaria 2008. 1 Abubakar. 2010. Konsumsi Susu Segar Masih Rendah. http:bataviase.co.idnode232977. [Diakses tanggal 24 November 2010] 4 Berdasarkan Permentan nomor 273KptsOT.16042007, pemerintah telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan RPPK sebagai wujud untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan kelompok tani. Kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, dengan adanya kelompok tani ini dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi dan permodalan. Kelompok tani merupakan organisasi non formal yang dikembangkan “dari, oleh dan untuk petani” dan memiliki karakteristik yaitu 1 saling mengenal dan percaya diantara sesama anggota; 2 mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; 3 memiliki kesamaan dalam bahasa, budaya, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial serta pendidikan; dan 4 adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama Permentan No 273KptsOT.16042007. Selain itu, adanya kepentingan yang sama dan kegiatan yang dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggota merupakan unsur pengikat kelompok tani sehingga akan meningkatkan fungsi kelompok tani sebagai wadah organisasi yang berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan petani. Peranan kelompok tani dalam hal ini usaha peternakan sapi perah adalah mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk susu segar seperti pengadaan cooling unit, pemasaran dan distribusi susu segar ke IPS sehingga perlu adanya penggabungan kelompok tani ke dalam Gabungan Kelompok Tani Gapoktan. Penggabungan ini didasari oleh tingginya biaya produksi susu segar untuk mempertahankan kualitas susu karena sifat komoditas susu segar yang mudah rusak pada suhu kamar. Gapoktan adalah gabungan beberapa petani atau kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya Syahyuti 2007. Menteri Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273KptsOT.16042007 telah menetapkan Gapoktan sebagai 5 format final dari organisasi di tingkat petani yang di dalamnya terkandung fungsi- fungsi pengelolaan antara lain unit kelembagaan keuangan, unit penyediaan sarana produksi peternakan sapronak dan unit pengolahan serta pemasaran hasil. Adanya Gapoktan memberikan kemudahan kepada anggota Gapoktan dalam hal perencanaan kebutuhan peralatan produksi peternak maupun kelompok tani, penyediaan bahan baku pakan konsentrat, penyediaan informasi dan akses permodalan serta peningkatan kemampuan baik peternak maupun kelompok tani dalam mengelola usaha peternakan sapi perah. Selain itu, Gapoktan dapat berperan sebagai penghubung dan menjalin kerjasamakemitraan usaha dengan pihak penyediaan peralatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta lembaga keuangan. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah salah satu Gapoktan yang berada di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang bergerak di bidang peternakan. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terdiri dari 20 kelompok tani dengan jumlah anggota sekitar 400 peternak yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Lembang, Cisarua dan Parongpong. Pembentukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dimaksudkan untuk mempermudah akses peternak terhadap modal, pemanfaatan lahan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak serta ketersediaan sapronak dan pemasaran hasil ternak berupa susu segar.

1.2. Perumusan Masalah