40 Kuswandi 2006. Rasio yang dipergunakan adalah rasio harga pokok penjualan
atas penjualan, harga pokok penjualan, dan beban operasi atas penjualan. Menurut Rasmussen 1975 dan Keown 2002, hasil analisis rasio dapat dibandingkan
dengan analisis rasio usaha sejenis secara umum untuk melihat hasil kinerja namun karena keterbatasan peneliti mencari rata-rata kinerja keuangan sejenis
secara umum, maka hanya dengan membandingkan angka-angka rasio perusahaan sendiri dari tahun ke tahun untuk mendapatkan penilaian kinerja keuangan.
Menurut Sartono 2001 analisis rasio aktivitas usaha atau efektivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk
memperoleh penjualan. Sumber daya yang dimiliki oleh koperasi harus dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien agar memperolah laba yang diinginkan.
Rasio-rasio yang digunakan dalam analisis ini adalah rasio perputaran total aktiva total asets turn-over ratio, rasio perputaran aktiva tetap fixed asets turn-over
ratio , rasio perputaran piutang account receivable turn-over ratio, dan rasio
perputaran persediaan inventory turn-over ratio.
3.3. Kinerja KUD Berdasarkan Indeks Jatidiri
Kinerja koperasi berdasarkan indeks jatidiri koperasi menurut Soedjono
2003 adalah ciri dasar yang melekat pada koperasi dengan arti dan definisi sebenarnya dari perkumpulan anggota sebagai organisasi sosial ekonomi.
Gambaran mengenai jatidiri koperasi dikarenakan kegiatan pelayanan KUD kepada anggotanya dalam bidang usaha dan organisasi, sebagai pedoman agar
koperasi tidak berjalan diluar tujuan dan prinsip koperasi. Indeks jatidiri KUD dilihat berdasarkan manfaat yang dirasakan anggota yang berakibat pada
partisipasi dan dipengaruhi oleh kinerja KUD. Jatidiri KUD berada pada tiga pilar yaitu manajemen KUD, manfaat, dan partisipasi Djohan 2010. Jika adanya
manfaat yang dirasakan anggota akan berakibat pada tingkat partisipasi. Partisipasi anggota tersebut akan mempengaruhi kinerja KUD yang sesuai dan
memberikan manfaat bagi anggotanya. Indeks Jatidiri sangat penting untuk menyeimbangkan aspek perusahaan
dan perkumpulan pada KUD Soedjono 2003. PTPDLA sebagai alat untuk mengukur perkembangan atau kinerja perlu dilengkapi dengan penilaian tingkat
intensitasnya dalam pengeterapan jatidiri koperasi dengan indeks yang diolah dari
41 konsep Daniel Cote Soedjono 2003. Konsep Daniel Cote dilihat berdasarkan
dua poros yaitu KUD berdasarkan intensitas jatidiri dan aturan-aturan korporasi. Intensitas jatidiri merupakan kegiatan-kagiatan atau profil KUD selama ini
berdasarkan pada prinsip dan aturan koperasi. Sedangkan untuk aturan korporasi berdasarkan kegiatan pasar yang dihadapi oleh KUD. Poros pertama vertikal
mencerminkan jantung jatidiri koperasi meliputi nilai-nilai dan legitimasi yang merupakan watak, prinsip-prinsip praktek koperasi dan sifat khas koperasi. Poros
pertama ini juga dapat menunjukkan kehilangan sepenuhnya jatidiri koperasi dengan hilangnya kebersamaan de-mutualisasi. Poros kedua horizontal
mengukur dinamika-dinamika lingkungan dimana koperasi beroperasi, dicirikan oleh makin kecilnya atau makin besarnya intensitas persaingan. Seperti halnya
pada poros pertama, disini dapat terjadi pula bahwa sementara koperasi beroperasi dalam lingkungan tanpa persaingan bukan pasar.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional