Analisis Hubungan Kinerja Partisipasi dan Manfaat Bagi Anggota Koperasi (Studi Kasus: KUD Puspa Mekar, Kabupaten Bandung Barat)

(1)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Ketaren (2007) menyatakan bahwa peranan koperasi dalam perekonomian secara makro adalah meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang mendalam terhadap asas, prinsip, dan tata kerja koperasi, meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pemerataan keadilan, dan meningkatkan kesempatan kerja.

Pengembangan koperasi dapat dijadikan sebagai sebuah wahana yang efektif bagi anggota untuk saling bekerjasama, membuka akses pasar, modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan potensi, dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka Nasution (2008). Peran koperasi di Indonesia diperkirakan akan tetap bahkan semakin penting terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat (Krisnamurthi 1998). Koperasi harus tumbuh menjadi badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri yang berfungsi sebagai wadah untuk menggalang ekonomi rakyat (Soedjono 1996).

Jumlah koperasi yang aktif di Indonesia dari tahun 2004 – 2010 mengalami peningkatan, namun terdapat juga peningkatan koperasi yang tidak aktif. Rata-rata peningkatan koperasi yang tidak aktif lebih besar daripada peningkatan koperasi yang aktif seperti yang terlihat pada Tabel 1. Koperasi yang tidak aktif memiliki kenaikan dengan presentase yang lebih tinggi bahkan dua kali lipatnya dari presentase kenaikan koperasi aktif. Banyaknya koperasi yang tidak aktif dikarenakan koperasi tersebut tidak berhasil melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan rendahnya partisipasi anggota (Jakiyah 2011).

Pembentukan koperasi dengan pendekatan top down juga menjadi penyebab banyaknya koperasi tidak aktif dan tidak berjalan pada koridornya (Yusdja 2005; Nasution 2008). Koperasi dengan proses pembentukan top down tidak sesuai dengan asas koperasi yang seharusnya dibentuk oleh anggota dari dan


(2)

untuk anggota (bottom up). Peranan anggota sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Masyarakat yang bergabung dengan koperasi bukan atas kesadaran sendiri cenderung tidak bisa menyerap nilai-nilai dasar gerakan koperasi secara utuh. Hal ini akan berdampak terhadap rendahnya tingkat kesediaan anggota untuk berpartisipasi secara penuh pada kegiatan koperasi. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2004 – 2010

Tahun

Koperasi Aktif Koperasi Tidak Aktif Unit Kenaikan

(persen) Unit

Kenaikan (persen)

2004 93.402 - 37.328 -

2005 94.818 1,5 40.145 7,5

2006 98.944 4,4 42.382 5,6

2007 104.999 6,1 44.794 5,7

2008 108.930 3,7 46.034 2,8

2009 120.473 10,6 49.938 8,5

2010 175.102 45,8 123.807 147,0

Rata-rata Kenaikan 12,0 29,6

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM (2010) diolah

Kendala lain yang menyebabkan tingginya presentase koperasi yang tidak aktif menurut Wijaya (2004) yaitu bersumber pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Koperasi sebaiknya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang digunakan misalnya dengan pendidikan dan pelatihan (Yusdja et al. 2003). Sumberdaya manusia yang dimaksud yaitu pengurus, manajemen, dan anggota koperasi. Kendala tersebut menimbulkan berbagai masalah seperti kekurangmampuan koperasi dalam memanfaatkan peluang usaha, memperluas skala usaha, pangsa pasar, kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen koperasi, keterbatasan koperasi dalam mengakumulasi permodalan dari dalam anggota, dan keterbatasan koperasi dalam menguasai ilmu dan teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatannya.

Perkembangan koperasi di Indonesia tidak hanya dilihat dari jumlah koperasi yang ada, namun dari seluruh indikator yang memperlihatkan perkembangan koperasi yaitu jumlah anggota, modal sendiri, modal dari luar, volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi. Perkembangan keragaan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota koperasi dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,78 persen.


(3)

Pertumbuhan modal sendiri mengalami rata-rata peningkatan sebesar 15,51 persen. Modal dari luar mengalami rata-rata peningkatan sebesar 14,62 persen. Volume usaha koperasi mengalami rata-rata peningkatan sebesar 11,37 persen. SHU koperasi mengalami rata-rata peningkatan sebesar 17,28 persen.

Tabel 2. Perkembangan Keragaan Koperasi di Indonesia tahun 2007 – 2011 Indikator Satuan 2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata Peningkatan (persen) Jumlah Anggota Juta

Orang 28,89 27,31 29,24 29,12 30,85 1,78 Modal

Sendiri Rp

Triliun 20.231,70 22.560,40 28.348,70 30.656,00 35.794,00 15,51 Modal

Luar

Rp

Triliun 23.324,00 27.271,90 31.503,80 31.409,40 39.689,95 14,62 Total

Modal

Rp

Triliun 43.555,70 49.832,30 59.852,50 62.065,40 75.484,23 14,95 Volume

Usaha

Rp

Triliun 63,08 68,45 82,09 77,514 95,06 11,37 SHU

Koperasi Rp

Triliun 3,47 5,04 5,31 5,65 6,33 17,28 Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) diolah

Penggunaan modal luar memiliki rata-rata peningkatan lebih kecil daripada penggunaan modal sendiri, namun proporsi jumlah modal luar yaitu berjumlah Rp 39.689,95 Triliun, lebih banyak daripada modal sendiri yang berjumlah Rp 35.794 Triliun. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa koperasi Indonesia tidak sesuai dengan jati diri koperasi yang bukan hanya kumpulan modal namun merupakan kumpulan orang-orang yang menghimpun modal bersama untuk kesejahteraan bersama. Baga (2011) menyatakan bahwa koperasi harus mampu membangun modal sendiri yang seimbang antara modal yang bersumber dari anggota dan modal yang berasal dari non-anggota. Keterlibatan anggota dalam membangun permodalan harus ditingkatkan sehingga tingkat ketergantungan koperasi terhadap modal luar dapat dikurangi. Keterlibatan anggota dalam hal permodalan dapat dilakukan dengan melakukan pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib.

Organisasi yang efisien perlu dimiliki oleh koperasi agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anggotanya. Kinerja koperasi yang baik sangat diperlukan agar dapat menghasilkan output sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Kinerja merupakan faktor penting bagi suatu


(4)

organisasi selain mengetahui kinerja koperasi juga untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dapat mendorong koperasi untuk terus melakukan perbaikan baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya.

Anggota merupakan kekuatan utama yang dimiliki koperasi. Salah satu ciri khas yang dimiliki anggota koperasi adalah identitas ganda (double idendtity). Anggota dalam suatu koperasi berperan sebagai pemilik sekaligus pengguna atau pelanggan. Perbedaan ini terlihat dengan adanya unit usaha ekonomi yang dimiliki dan diawasi bersama secara demokratis dengan tujuan melayani kebutuhan anggota. Anggota akan terus mempertahankan keanggotaannya dan terus mengadakan transaksi dengan perusahaan koperasi apabila mereka memperoleh manfaat. Artinya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, yaitu memperoleh barang dan jasa yang harganya, mutu, dan syarat-syaratnya lebih menguntungkan daripada yang diperoleh dari pihak lain yang bukan koperasi. Yusdja dan Sayuti (2002) menyatakan bahwa anggota merupakan perhatian utama koperasi, semakin banyak jumlah anggota semakin banyak transaksi yang dilakukan dan meningkatnya modal yang dimiliki koperasi.

Program yang dijalankan oleh koperasi sepenuhnya membutuhkan dukungan dari anggota. Manajemen memerlukan berbagai informasi yang berasal dari anggota, khususnya informasi tentang kebutuhan dan kepentingan anggota. Informasi ini mungkin hanya diperoleh jika partisipasi dalam koperasi berjalan dengan baik (Hendar & Kusnadi 2005). Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi khususnya koperasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan lebih mudah direalisasikan. Anggota harus mampu dan mau untuk mengontrol manajemen. Partisipasi sering dipandang baik sebagai suatu jalan ke arah pengembangan koperasi atau suatu akhir dari sebuah koperasi. Tanpa partisipasi anggota, kemungkinan rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi akan lebih besar (Roepke 2000).

Koperasi yang berhasil adalah koperasi yang mampu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, yaitu koperasi yang mampu mengatasi


(5)

permasalahan ekonomi yang dihadapi anggotanya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan para anggotanya melalui pelayanan yang memuaskan. Kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh manajemen koperasi harus dapat dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pemberian manfaat sosial dan ekonomi. Manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota koperasi merupakan motivasi bagi anggota untuk terus bergabung menjadi anggota koperasi. Tanpa manfaat sosial dan ekonomi yang diberikan koperasi, maka koperasi akan sama seperti badan usaha lainnya.

Bagian dari gerakan koperasi di Indonesia adalah Koperasi Unit Desa (KUD). KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian. Kegiatan KUD dilaksanakan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Pengembangan KUD diarahkan agar dapat memegang peranan utama dalam kegiatan perekonomian masyarakat di pedesaan, khususnya di sektor pertanian, penyaluran bahan kebutuhan pokok masyarakat desa, jasa, industri, dan kerajinan rakyat yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan setempat (Nasution 2008).

KUD Puspa Mekar merupakan koperasi single commodity yang terletak di Kabupaten Bandung Barat yang bergerak pada bidang pemasaran susu sapi. Kabupaten Bandung Barat memiliki populasi sapi perah terbanyak dibandingkan kabupaten lainnya di Jawa Barat yaitu berjumlah 40.818 ekor yaitu sebanyak 29,16 persen (Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat 2011).

Pengembangan sapi perah dapat dilakukan melalui pengembangan koperasi. Pengembangan peternakan sapi perah secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan produksi susu nasional. Rusdiana dan Sejati (2009) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan peternak dapat dilakukan bila didukung oleh penyediaan bibit sapi perah betina, penyediaan pakan yang berkualitas dan pembinaan peternak secara berkelanjutan. Hal tersebut merupakan salah satu peran dan tanggung jawab koperasi susu. Peranan koperasi susu tidak hanya sebatas pada penampungan dan pemasaran susu produksi peternak, tetapi juga memberdayakan peternak agar mampu memperoleh pendapatan yang


(6)

memadai. Pembinaan peternak oleh koperasi selama ini telah berjalan namun masih perlu diintensifkan begitu pula dengan KUD Puspa Mekar.

Pengembangan peternakan sapi perah melalui pengembangan koperasi yang dilakukan secara efisien dan efektif dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Pengembangan koperasi dapat dilihat dari kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat yang diterima oleh anggota. Mengetahui hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat yang diterima anggota menjadi hal yang penting untuk kemajuan kesejahteraan anggota dan perkembangan koperasi dalam menghadapi persaingan.

1.2. Perumusan Masalah

KUD Puspa Mekar terletak di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Bisnis utama (core business) yang dimiliki KUD Puspa Mekar adalah pengembangan usaha ternak sapi perah. KUD Puspa Mekar pernah mengalami masa kebangkrutan pada tahun 2006 untuk mengatasi hal tersebut pada tahun yang sama KUD Puspa Mekar berasosiasi dengan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU).

Kebangkrutan yang dialami KUD Puspa Mekar disebabkan karena berbagai faktor. Faktor yang menjadi penyebab kebangkrutan berdasarkan identifikasi dan wawancara dengan pengurus, manajemen, dan anggota adalah adanya pengumpul susu yang mengambil manfaat ekonomi yang diterima anggota, kinerja yang belum baik, adanya kecurangan yang dilakukan oleh anggota, munculnya banyak pesaing, dan rendahnya loyalitas anggota.

Pengumpul susu memiliki anggota 5 – 30 peternak. Pengumpul susu tidak langsung ditunjuk oleh koperasi. Anggota yang memiliki akses lebih mudah ke koperasi misalnya memiliki kendaraan bisa menjadi pengumpul susu. Keberadaan pengumpul susu tersebut sangat merugikan peternak. Pengumpul susu memotong jumlah pembayaran susu yang dibayar koperasi kepada anggota dengan alasan biaya operasional. Keberadaan pengumpul susu tersebut menjadi salah satu faktor penghambat keberlangsungan koperasi karena ketika pengumpul tersebut keluar dari keanggotaan maka jumlah anggota KUD Puspa Mekar berkurang sebanyak anggota pengumpul tersebut.


(7)

Kinerja KUD Puspa Mekar yang belum baik dalam hal manajemen merupakan faktor yang menyebabkan kebangkrutan. Hal ini dapat terlihat dari lebih besarnya modal dari luar koperasi dibandingkan modal dari dalam koperasi, manajemen kepengurusan yang belum baik dilihat dari pemilihan kepengurusan tidak berdasarkan RAT, namun sesuai jumlah modal terbanyak yang dimiliki. Hal tersebut tidak sejalan dengan ciri-ciri koperasi yakni one man one vote bukan one share one vote. Artinya partisipasi anggota baik dalam kepengurusan maupun dalam pelaksanaan program kerja koperasi tidak didasarkan pada besarnya modal namun semua anggota koperasi memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi.

Anggota KUD Puspa Mekar banyak melakukan tindakan kecurangan seperti mencampurkan air kedalam susu yang dihasilkan, hal ini sangat merugikan KUD Puspa Mekar. Susu yang dijual oleh KUD Puspa Mekar ke Industri Pengolahan Susu (IPS) menjadi tidak murni setelah ada pencampuran susu. Hal ini menghilangkan kepercayaan IPS terhadap susu yang disetorkan oleh KUD Puspa Mekar. Pencampuran susu yang dilakukan oleh anggota disebabkan kurangnya kesejahteraan anggota. Penyebab lainnya yaitu moral hazard yang dimiliki anggota koperasi karena kurang dibekalinya anggota dengan pelatihan atau penyuluhan. Jumlah anggota yang banyak tidak diimbangi dengan kemampuan manajemen sehingga rendahnya kontrol koperasi terhadap anggotanya.

Pesatnya perkembangan usaha non koperasi dilihat dari munculnya perusahaan swasta yang bergerak di bidang sapi perah di wilayah Parongpong yaitu Agropurna Mitra Mandiri, KPPC, dan Barokah. Harga yang ditawarkan oleh perusahaan non koperasi tersebut umumnya lebih tinggi dari harga yang ditetapkan koperasi. Harga yang ditetapkan oleh non koperasi yaitu sebesar Rp 3.100,00, sedangkan harga yang diberikan oleh KUD Puspa Mekar adalah Rp 2.900,00 – Rp 3.100,00. Perusahaan swasta ini mampu memberikan harga tinggi karena memiliki akses yang lebih mudah dengan IPS karena pembayaran susu tanpa melihat kualitas. Hal ini sangat merugikan koperasi karena harga susu yang diterima koperasi dari IPS harus berdasarkan kualitas susunya.

Munculnya unit usaha non koperasi tersebut dengan menawarkan harga yang lebih baik untuk kualitas yang hampir sama meningkatkan persaingan yang


(8)

terjadi dalam unit pemasaran susu. Hal ini berdampak pada rendahnya loyalitas anggota yang dengan mudah berpindah keanggotaan karena terpengaruh dengan harga dan kredit sapi yang diberikan oleh perusahaan swasta. Kredit sapi yang diberikan oleh perusahaan swasta merupakan peluang bagi peternak untuk meningkatkan jumlah populasi ternak yang dimiliki.

Kontrol tidak hanya dilakukan oleh manajemen KUD Puspa Mekar, anggota juga memiliki kewajiban untuk mengontrol dan mengawasi manajemen. Anggota KUD Puspa Mekar hanya sebagian kecil menjalankan kewajiban tersebut. Status anggota hanya berfungsi pada saat menjual susu dan membayar iuran wajib serta simpanan pokok. Banyak anggota yang merasa enggan untuk mengontrol manajemen dan sudah mempercayakan seluruh kegiatan usaha pada manajemen KUD Puspa Mekar. Hal ini dapat berdampak positif maupun negatif. Dampak positifnya yaitu tingginya tingkat kepercayaan anggota kepada koperasi. Dampak negatif yang timbul yaitu kurangnya kontrol dari anggota terhadap manajemen (bergaining position anggota rendah), sehingga anggota kurang memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan dan koperasi cenderung mengatur anggota.

Pembentukan Asosiasi KPSBU dan KUD Puspa Mekar menyebabkan beberapa perubahan dalam pengelolaan manajemen Puspa Mekar. Usaha yang dimiliki KUD Puspa Mekar yaitu usaha pemasaran susu. KUD Puspa Mekar belum mempunyai unit usaha warung serba ada (waserda) maupun makanan ternak secara mandiri seperti koperasi susu lainnya. Kebutuhan di waserda dan makanan ternak anggota di suplai dari KPSBU. Semakin banyak usaha diversifikasi yang dikelola secara mandiri oleh KUD Puspa Mekar maka akan semakin besar manfaat yang akan diperoleh anggota dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Baswir (2000) menyatakan bahwa semakin banyak hubungan ekonomis antara anggota dengan koperasi, semakin besar kemungkinan berkembangnya koperasi, sehingga koperasi mampu meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan pada anggota.

Pada tahun 2006 sampai 2011, perkembangan kinerja KUD Puspa Mekar terlihat cukup baik, jika diukur dari adanya peningkatan jumlah anggota, SHU, volume penjualan, modal usaha dan unit usaha. Peningkatan tersebut belum sesuai


(9)

dengan target koperasi agar menjadi mandiri tanpa bantuan dari KPSBU. Peningkatan bisnis atau unit usaha koperasi merupakan indikator keberhasilan koperasi untuk meningkatkan aset anggota seperti yang disampaikan oleh Rusdiana & Sejati (2009). Keberhasilan koperasi secara langsung merupakan keberhasilan para anggota, sebaliknya jika terjadi kesalahan manajemen dalam pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan anggota koperasi (Yusdja & Sayuti 2002). Perkembangan usaha dalam koperasi juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia yang rendah dalam kewirausahaan dan pengetahuan perkoperasian serta penguasaan teknologi (Himpuni 2009).

Manfaat dan pelayanan yang diberikan koperasi harus terus meningkat dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan anggota. Peningkatan manfaat dan pelayanan dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan kinerja koperasi secara maksimal. Peningkatan manfaat yang diterima anggota akan berpengaruh pada tingkat partisipasi anggota. Partisipasi anggota KUD dapat meningkatkan dan menumbuhkan swadaya KUD agar mampu mandiri terlepas dari bantuan KPSBU. Pembangunan kinerja koperasi mutlak diperlukan agar dapat memberikan manfaat serta pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggota. Pembangunan koperasi dilihat dari dua sisi. Pertama, pembangunan koperasi dilihat dari pembangunan pemahaman yang sama mengenai tujuan dan sasaran koperasi. Kedua, kinerja koperasi tergantung pada partisipasi aktif anggota koperasi. Kinerja koperasi dinilai dari visi koperasi, kapasitas, jaringan kerja, dan sumberdaya. Visi merupakan hal yang penting bagi organisasi termasuk koperasi karena divdalam visi terkandung target yang ingin dicapai koperasi sehingga mempengaruhi kinerja koperasi. Kapasitas dilihat dari kemampuan organisasi untuk membangun sebuah kinerja koperasi. Jaringan kerja penting untuk meningkatkan kinerja koperasi karena akan membantu KUD Puspa Mekar untuk terus berkembang. Sumberdaya keuangan juga faktor yang penting karena dengan manajemen sumberdaya yang baik kinerja koperasi akan semakin baik.

Kinerja koperasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya partisipasi anggota terhadap seluruh kegiatan koperasi baik dari segi bisnis maupun organisasinya. Peningkatan kinerja koperasi juga akan berdampak pada manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota koperasi. Mengetahui hubungan antara kinerja,


(10)

partisipasi dan manfaat akan memudahkan KUD Puspa Mekar untuk membuat kebijakan yang dapat menyejahterakan anggota dan pengembangan koperasi. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah kinerja KUD Puspa Mekar dan tingkat partisipasi anggota dalam mewujudkan kesejateraan para anggota baik secara ekonomi maupun sosial?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dapat dikaji adalah 1. Mengidentifikasi keragaan KUD Puspa Mekar.

2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar.

3. Menganalisis hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi koperasi dapat mengetahui hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar. Hal ini dibutuhkan agar koperasi dapat melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja, partisipasi dan manfaat bagi anggota yang merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan pengembangan koperasi. Bagi perguruan tinggi kajian analisis hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi penulis kajian hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar merupakan tambahan pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima sejak kuliah dalam mengamati gejala yang terjadi dalam masyarakat melalui suatu penelitian ilmiah.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan pada KUD Puspa Mekar untuk mengidentifikasi perilaku anggota dan menganalisis hubungan antara kinerja, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota. Model yang dibangun dalam skripsi ini adalah terkait kinerja, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota. Kinerja koperasi


(11)

dipengaruhi oleh visi, kapasitas, jaringan kerja, sumberdaya, dan partisipasi anggota. Partisipasi anggota dipengaruhi oleh manfaat sosial dan manfaat ekonomi. Kinerja koperasi mempengaruhi manfaat sosial dan manfaat ekonomi.


(12)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. KUD memusatkan pada skala ekonomi yang besar agar dapat melayani masyarakat luas, sehingga menghasilkan SHU yang besar pula (Ismawan 1996). Pendirian KUD memiliki tujuan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan, bersifat serba usaha dengan wilayah kerja mencakup unit desa. KUD berperan sebagai lembaga pelayanan di desa yang dituntut untuk menampung, mengembangkan, dan membina berbagai kegiatan usaha anggotanya secara efektif dan efisien sehingga tujuan KUD dapat tercapai (Suarta 1997). Awal berdirinya KUD hanya mencakup koperasi pertanian, koperasi desa dan koperasi serba usaha di desa-desa, akan tetapi selanjutnya KUD mampu mengembangkan usahanya ke bidang-bidang lain seperti peternakan (Firdaus & Susanto 2004).

Keberadaan KUD melalui program yang dikembangkan pemerintah membuat berdirinya koperasi menjadi top down approach. Dukungan kuat dari pemerintah baik dalam bentuk peraturan, perundangan maupun berbagai bentuk fasilitas bukan saja mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya tetapi juga sebagai sarana untuk melaksanakan program-program pemerintah. KUD selama ini mendapat perhatian istimewa dari pemerintah karena sebagian kegiatannya merupakan program-program pemerintah (Prawirokusumo 1996). Sipayung (2003) menyatakan bahwa kebijakan pemerintah sebaiknya diarahkan pada peningkatan kemampuan KUD mengelola dirinya sendiri untuk meningkatkan kemampuan manajerial serta penguasaan keterampilan yang berhubungan dengan unit usaha yang dikelola koperasi sehingga meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Menurut Prawirokusumo (1996), beberapa program pemerintah seperti pengadaan pangan, distribusi pupuk, pinjaman kredit, ditugaskan kepada KUD, dan banyak diantaranya tanpa diimbangi dengan kemampuan organisasi dan manajemennya. Pelaksanaan program pemerintah inilah yang lebih menonjol


(13)

sehingga KUD lebih dikenal sebagai kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Terkait dengan pengembangan sektor pertanian, pola KUD menyebabkan rendahnya kreativitas para pengurus koperasi dalam menghasilkan berbagai jenis produk komoditas pertanian (Baga 2010). Hal ini menjadi tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi untuk membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana efektif untuk memberdayakan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi

Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja yang dilakukan oleh koperasi merupakan tujuan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kinerja koperasi yang diukur yaitu kinerja organisasi, kinerja usaha dan kinerja keuangan. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi.

Kinerja keuangan pada koperasi masih cenderung dipengaruhi oleh bantuan dan modal dari luar seperti lembaga-lembaga pengembangan swadaya pemerintah maupun semi pemerintah (Purba 2011; Retno 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ilhami (2011) di Koperasi Keluarga Pegawai ITB menunjukkan bahwa permodalan berasal dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan modal dari luar.

Penelitian yang dilakukan oleh Sipayung (2003) meyatakan bahwa jika ditinjau dari aspek permodalan, pemanfaatan modal luar masih cukup tinggi karena kelemahan KUD dalam menghimpun modal sendiri. Hal ini terkait dengan keterbatasan KUD di dalam menghimpun modal sendiri yang berasal dari anggota serta adanya kesempatan dan peluang bagi KUD untuk menggunakan modal yang berasal dari luar. Tingginya modal yang bersumber dari luar akan berdampak negatif terhadap permodalan KUD karena pada akhirnya menjadi tunggakan sehingga akan meningkatkan beban. Sumber permodalan akan ikut menentukan


(14)

kinerja keuangan koperasi tersebut sehingga perlu diperhatikan seberapa proporsi permodalan yang berasal dari luar dan dari dalam koperasi.

Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Rasio likuiditas pengukurannya terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Rasio solvabilitas pengukurannya terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang, rasio total hutang dengan total aktiva, dan rasio hutang dengan total modal sendiri. Rasio rentabilitas diukur dari rasio laba bersih, rasio operasional, rasio tingkat pengembalian modal sendiri, dan rasio tingkat pengembalian investasi. Pengukuran rasio aktivitas usaha terdiri dari rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran persediaan. (Dartiana 2005; Himpuni 2009; Jakiyah 2011; Purba 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) menggunakan uji Friedman, perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani (KTT) Lisung Kiwari, gapoktan dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu: pertemuan atau rapat, keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota, dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota. Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota.

Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota (Purba 2011). Koswara (2011) melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai


(15)

dengan tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan anggota melalui penyuluhan dan pembinaan.

Penilaian kinerja yang dilakukan Retno (2011) dengan metode analisis deskriptif dan metode Importance Performance Alaysis dengan indikator yang dinilai berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh pengurus Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang yaitu: adanya peningkatan jumlah anggota tiap tahun, pencatatan keanggotaan koperasi, aturan/tata cara penyelenggaraan rapat akhir tahun yang ketat, audit keuangan, pencatatan simpanan pokok dan wajib milik anggota koperasi, keterkaitan usaha koperasi dengan kegiatan usaha anggota, pemberian bagi hasil yang adil, sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, penyelenggaraan RAT koperasi tepat waktu, pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan pengurus koperasi, penerangan dan penyuluhan bagi anggota koperasi, ketersediaan media informasi, penyediaan anggaran bagi anggota, kerjasama usaha dengan koperasi lain yang menguntungkan, kerjasama usaha dengan pemasok, penyerapan tenaga kerja oleh koperasi, melakukan pembayaran pajak dan retribusi dan ketersediaan dana pembangunan kerja. Atribut yang menjadi prioritas utama yaitu sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi, dan kerjasama usaha dengan koperasi lain yang sejenis.

Kinerja koperasi mengalami peningkatan sesuai dengan volume usaha yang dilaksanakan oleh koperasi. Retno (2011) menyatakan bahwa peningkatan kinerja usaha KPGS Cikajang mengalami peningkatan karena unit-unit usaha yang ada di KPGS Cikajang memperoleh keuntungan cukup besar, terutama unit usaha susu dan simpan pinjam. Pengembangan kinerja usaha dan keuangan KPGS Cikajang meliputi modal luar, modal sendiri, dan volume usaha.

Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Himpuni (2009) menggunakan analisis Balanced Scoredcard. Penilaian kinerja dilihat dari empat perspektif adalah keuangan, anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan perspektif anggota KUD Sumber Alam memiliki kinerja yang baik, sedangkan perspektif anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja cukup baik. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Handayani (2011) dan Jakiyah (2011) menggunakan


(16)

analisis Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) melihat empat indikator meliputi visi koperasi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi dalam penelitian ini diacu dari metode yang digunakan pada penelitian Handayani (2011) dan Jakiyah (2011). Faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu visi koperasi, kapasitas, jaringan kerja dan sumberdaya. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi

Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan berkembangnya koperasi diantaranya: partisipasi anggota, pengetahuan anggota, rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan dan jumlah anggota (Suarta 1997). Anggota merupakan titik awal yang menentukan proses partisipasi berlangsung (Hendar & Kusnadi 2005). Tingginya partisipasi anggota sangat besar pengaruhnya terhadap KUD dalam menjalankan kegiatan usaha untuk mencapai tujuannya (Suarta 1997). Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan.

Partisipasi anggota dapat dikelompokkan menjadi partisipasi anggota terhadap organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Partisipasi dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan melakukan pembelian terhadap barang yang disediakan oleh koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Koswara (2011) menambahkan partisipasi dalam bidang usaha yaitu keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan pakan konsentrat. Partisipasi dalam bidang permodalan yaitu dilihat dari keaktifan dalam membayar


(17)

simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain-lain (Dartiana 2005; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Partisipasi anggota dapat terlihat jelas dari partisipasi dalam bidang permodalan (Kusumah 1987). Partisipasi anggota yang dinilai rendah yaitu terkait dengan partisipasi dalam bidang permodalan yaitu kesadaran dalam hal membayar iuran wajib dan sukarela (Handayani 2011).

Kusumah (1987) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi adalah kondisi sosial dan ekonomi anggota. Kondisi sosial anggota terkait dengan status penguasaan lahan, penyuluhan perkoperasian, dan hubungan dengan pengurus. Kondisi ekonomi yang mempengaruhi partisipasi yaitu luas penguasaan lahan, produktivitas usahatani, pendapatan luar usahatani, ongkos angkut barang, ongkos transport ke kantor KUD, dan keperluan modal luar keluarga.

Partisipasi anggota dalam KUD sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan suatu aktivitas yang timbul sebagai hasil dari dua faktor yaitu faktor internal yang terletak pada inidvidu dan faktor eksternal yang terdapat pada organisasi (Tenang 1993; Azhar 2007). Penilaian partisipasi yang dilakukan oleh Tenang (1993) dan Azhar (2007) adalah dengan menggunakan analisis Chi-Square dan korelasi Rank Spearman. Faktor individu yaitu terkait pengetahuan tentang KUD, luas penguasaan lahan usahatani, status kepemilikan lahan usahatani, pendapatan usahatani, umur anggota KUD dan lama menjadi anggota KUD (Tenang 1993; Azhar 2007). Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi yaitu persepsi tentang tujuan organisasi, hubungan pengurus dan anggota, pelayanan KUD, dan jarak tempat tinggal anggota dengan KUD (Tenang 1993).

Anggota koperasi yang memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan KUD dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi adalah anggota yang memiliki hubungan baik dengan pengurus koperasi (Tenang 1993; Kusumah 1987). Hubungan yang semakin baik antara pengurus dan anggota cenderung akan meningkatkan partisipasi anggota dalam kegiatan KUD (Tenang 1993; Kusumah 1987). Terdapat hubungan yang positif antara partisipasi dengan pengetahuan petani tentang koperasi, presepsi yang baik terhadap tujuan KUD dan lamanya menjadi anggota (Tenang 1993; Kurnia 2006; Azhar 2007). Faktor


(18)

kondisi sosial ekonomi yang semakin baik akan meningkatkan keaktifan anggota dalam melakukan transaksi (Kusumah 1987).

Partisipasi anggota dengan jumlah lahan yang dimiliki anggota memiliki hubungan yang negatif. Semakin besar luas lahan atau skala usaha maka akan semakin kecil partisipasi terhadap koperasi (Tenang 1993; Kusumah 1987). Faktor pendapatan luar usahatani berpengaruh negatif terhadap partisipasi anggota, semakin besar perolehan pendapatan luar usahatani maka semakin kurang aktif tingkat partisipasi terhadap KUD (Kusumah 1987).

Partisipasi anggota timbul karena manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh oleh anggota. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu manfaat ekonomi yang diperoleh anggota yang akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial dan ekonomi terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011).

Manfaat sosial memiliki korelasi positif terhadap partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Semakin tinggi manfaat sosial yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Manfaat ekonomi memiliki korelasi yang positif terhadap partisipasi anggota (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011).

Manfaat ekonomi lebih memberikan kontribusi terhadap partisipasi anggota daripada manfaat sosialnya (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Dartiana (2005) mengukur manfaat ekonomi terhadap tiga jenis partisipasi yaitu partisipasi dibidang organisasi, usaha, dan permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling kuat terhadap partisipasi permodalan. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima anggota maka semakin tinggi partisipasi permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling lemah terhadap partisipasi dibidang organisasi. Manfaat ekonomi lebih berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dibandingkan dengan manfaat sosial yang diterima oleh anggota (Koswara 2011).


(19)

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota pada penelitian ini yaitu manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Koswara (2011), Handayani (2011), dan Jakiyah (2011). Partisipasi anggota dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi di bidang permodalan, organisasi, dan usaha. Partisipasi dalam bidang permodalan dilihat dari simpanan pokok, wajib, dan sukarela. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam RAT, pemahaman mengenai koperasi, keaktifan dalam meberikan evaluasi dan saran, kesediaan menjadi pengurus, dan keinginan bergabung menjadi anggota koperasi. Partisipasi dalam bidang usaha yaitu pembelian pakan konsentrat, pembelian kebutuhan di waserda, dan melakukan pinjaman.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manfaat Sosial dan Ekonomi Bagi Anggota Koperasi

Koperasi dalam pergerakannya harus dapat memberikan pelayanan kepada anggota baik secara sosial maupun ekonomi. Manfaat sosial merupakan manfaat yang diperoleh anggota secara sosial. Manfaat sosial memberikan gambaran adanya sikap kebersamaan dan hubungan harmonis antara setiap manusia. Manfaat ekonomi memberikan gambaran terhadap reaksi anggota terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan oleh koperasi. Anggota akan berpartisipasi secara maksimal jika adanya peningkatan manfaat yang diterima anggota.

Manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh anggota dipengaruhi oleh kinerja koperasi dalam memberikan pelayanan dan hubungan dengan anggotanya. Semakin baik kinerja koperasi maka pelayanan yang diberikan akan semakin baik. Hal ini akan berdampak pada tingginya manfaat sosial dan ekonomi yang diterima anggota (Himpuni 2009; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Tingginya manfaat sosial dan ekonomi yang diterima oleh anggota akan berdampak pada loyalitas dan partisipasi anggotanya. Semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota maka akan semakin tinggi loyalitas dan partisipasi anggotanya.

Manfaat sosial bagi anggota yang dilakukan oleh Koswara (2011); Jakiyah (2011) adalah kerjasama yang baik dengan pengurus, hubungan baik sesama anggota dan peningkatan pengetahuan. Manfaat sosial lainnya yaitu pembinaan


(20)

dan pelatihan dan kepuasan terhadap pelayanan pengurus koperasi (Jakiyah 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) manfaat sosial yang dirasakan anggota adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota dalam bentuk proses jual beli, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat sesuai kemampuan demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan, mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi, dan turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota antara lain jaminan pemasaran dan harga produk yang dihasilkan, kemudahan memperoleh sarana produksi pertanian, dan kepuasan harga input (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Jasa simpan pinjam terkait kemudahan memperoleh pinjaman dan tingkat bunga yang rendah juga merupakan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota (Jakiyah 2011). Manfaat ekonomi lainnya yang dirasakan anggota yaitu peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011). Dartiana (2005) menambahkan bahwa manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota adalah kepuasan terhadap bantuan kredit sapi perah dan kemudahan pembayaran harga input. Hasil penelitian yang dilakukan Dartiana (2005) adalah keberadaan koperasi dirasakan anggota terutama sebagai wadah pengumpul dan pemasaran hasil pertanian.

Manfaat sosial yang diperoleh anggota dalam penelitian ini dilihat dari hubungan antar anggota, hubungan anggota dengan pengurus, pelayanan dan fasilitas yang disediakan, dan pembinaan dan pelatihan. Manfaat ekonomi yang diperolah anggota dalam penelitian ini dilihat dari penambahan pendapatan yang dirasakan anggota, kemudahan memperoleh pakan dan kebutuhan di waserda, harga pakan dan kebutuhan di waserda yang ditawarkan oleh koperasi, dan kemudahan memperoleh pinjaman.


(21)

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota sangat berkaitan dengan kaidah-kaidah koperasi. Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota koperasi yaitu konsep koperasi, keanggotaan, konsep kinerja, konsep partisipasi, dan manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota akan diuraikan pada sub bab berikut ini. 3.1.1. Konsep Koperasi

Koperasi merupakan organisasi yang berbeda dengan organisasi bisnis/ badan usaha lainnya. Hal ini dikarenakan organsisasi koperasi merupakan kumpulan orang yang bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan bersama melalui unit usaha yang dimiliki dan dikelola bersama. Koperasi merupakan badan usaha yang berorientasi sosial dan ekonomi, yang bisa menghimpun usaha kecil di sektor pertanian dan industri kecil dalam satu wilayah. Koperasi merupakan bentuk perusahaan yang mengutamakan sistem demokratis. Sedangkan badan usaha/organisasi bisnis (perusahaan) hanya berfokus orientasi ekonomi (profit oriented) semata.

International Cooperative Alliance (1995) mendefinisikan koperasi sebagai perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis (Baga, et al. 2011). Definisi ini menekankan karakteristik dari koperasi yaitu koperasi sejauh mungkin bebas dari pemerintah dan perusahaan swasta, memiliki kebebasan untuk mendefinisikan orang-orang sesuai dengan ketentuan hukum yang dipilihnya, keanggotaan dalam koperasi tidak boleh merupakan keharusan, diorganisasikan oleh anggota-anggota untuk kemanfaatan bagi diri sendiri dan manfaat bersama, serta dalam pengendalian dibagi diantara anggota dalam koperasi sekaligus pemiliknya. Konsep inilah yang disebut sebagai dual identity of members. Hardjosoekarto (1994) menyatakan bahwa konsep tersebut merupakan konsep dasar koperasi.


(22)

Tujuan koperasi dinyatakan dalam UU No. 25/1992 tentang perkoperasian pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dikatakan dalam tujuan tersebut bahwa, koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tujuan ini mengandung arti bahwa, meningkatkan kesejahteraan anggota adalah menjadi program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari peningkatan kesejahteraan anggota.

Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, dengan mengetahui aktivitas ekonomi anggota dilakukan melalui koperasi. Kesejahteraan dalam pengertian ekonomi dihitung dari tinggi rendahnya pendapatan riil. Kondisi seperti di Indonesia, dimana pendekatan pembinaan dan pengembangan koperasi dengan top down approach, berdampak pada keadaan koperasi dengan sejumlah anggota yang kurang mempunyai hubungan ekonomi satu sama lain. Hal ini mengakibatkan partisipasi anggota terhadap koperasinya masih relatif kecil sehingga sukar untuk mengatakan bahwa peningkatan kondisi sosial ekonomi anggota koperasi sebagai keberhasilan dari koperasi (Sitio & Tamba 2001).

Fungsi koperasi di Indonesia dijelaskan dalam pasal 4 UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian, yaitu:

1. Membangun, mengembangkan potensi, dan kemampuan ekonomi anggota pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.


(23)

Koperasi melandaskan nilai-nilai menolong diri sendiri, bertanggungjawab kepada diri sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan dan solidaritas. Nilai-nilai koperasi mengandung gagasan umum yang dilaksanakan dalam praktiknya dengan prinsip-prinsip koperasi sebagai pedomannya.

Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik. Prinsip-prinsip merupakan jantung dari koperasi, tidak independen satu dengan yang lain, tetapi saling terkait secara halus, bila yang satu diabaikan maka keseluruhan menjadi berkurang. Koperasi seharusnya tidak dapat dinilai secara eksklusif berdasarkan salah satu diantara prinsip-prinsip, tetapi harus dinilai seberapa jauh koperasi tersebut sebagai satu keseluruhan (Nasution 2008; Baga 2011). Tujuh prinsip koperasi yang disepakati di Manchaster tahun 1985, dimana tiga prinsip pertama esensial dikaitkan dengan dinamika internal, tipikal bagi setiap koperasi, sedangkan empat yang terakhir menyangkut operasi internal maupun hubungan eksternal oleh koperasi. Berikut prinsip-prinsip koperasi:

1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka.

Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik, atau agama.

2. Pengawasan demokrasi oleh anggota.

Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara efektif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggungjawab kepada rapat anggota. Anggota memiliki hak suara sama (satu anggota satu suara) pada koperasi primer dan koperasi pada tingkat-tingkat lainnya juga dikelola secara demokratis.

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi.

Anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara domokratis (terhadap modal tersebut). Anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang diisyaratkan untuk menjadi anggota.


(24)

4. Otonomi dan kemandirian (independen).

Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah atau menumpuk modal dari sumber luar, koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan yang mempertahankan otonomi mereka. 5. Pendidikan, pelatihan, dan penerangan.

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi pengembangan koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada masyarakat umum tentang hakekat perkoperasian dan manfaat berkoperasi. 6. Kerjasama antar koperasi.

Koperasi melayani para anggotanya secara efektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan kerjasama melalui organisasi koperasi tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Kerjasama antar koperasi ini adalah suatu keharusan jika koperasi ingin tetap hidup dan demi untuk pertumbuhan gerakan koperasi dalam memperjuangkan kebebasan dan menjunjung matrabat manusia (Hendrojogi 2000).

7. Kepedulian terhadap masyarakat.

Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota.

3.1.1. Keanggotaan Koperasi

Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi. Koperasi akan kuat jika anggotanya mempunyai kepentingan ekonomi dan sosial yang sama (Hardjosoekarto 1994). Ketentuan yang terdapat pada pasal 19 ayat (1) ini menunjukkan bahwa faktor kesamaan kepentingan dalam usaha koperasi merupakan tolak ukur untuk menentukan diterima atau tidaknya seseorang menjadi anggota koperasi. Anggota merupakan faktor penentu dalam kehidupan koperasi, oleh karena itu penting bagi anggota untuk mengembangkan dan memelihara kebersamaan.


(25)

Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi sebagaimana diatur dalam pasal 19 ayat (1). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya akan mementingkan kepentingan pribadinya sendiri. Pasal 20 UU No. 25/1992 secara rinci mengatur kewajiban dan hak anggota. Setiap anggota mempunyai kewajiban:

1. Mematuhi Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota.

2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang telah diselenggarakan oleh koperasi.

3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Hak anggota koperasi seperti hal nya kewajiban koperasi sudah diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi. Hak anggota adalah sebagai berikut:

1. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota.

2. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas. 3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam AD.

4. Mengememukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta.

5. Memanfaakan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar sesama anggota.

6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam AD.

Koperasi tidak akan mungkin terbentuk tanpa adanya anggota sebagai penggerak koperasi. Jumlah anggota dalam koperasi menentukan besarnya modal yang dimiliki (Firdaus & Susanto 2004). Kedudukan anggota dalam koperasi secara hukum adalah suatu keharusan dan sebagai konsekuensinya anggota tersebut memiliki hak serta kewajiban umum seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Sukarela memiliki makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat sukarela juga dapat berarti seorang anggota dapat mengundurkan diri dari


(26)

koperasinya dengan syarat yang ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaannya tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

Gambar 1. Paradigma Faktor Anggota sebagai Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berkembang KUD

Sumber: Suarta (1997)

Sesuai pasal 17 ayat (1) UU No. 25/1992 dinyatakan bahwa anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi seperti pada Gambar 2. Anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Koperasi dapat memberikan pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat kegiatan usahanya, untuk menarik yang bukan anggota menjadi anggota koperasi.

Gambar 2. Status Ganda Anggota Koperasi Sumber: Hendar & Kusnadi (2005)

Rapat Anggota

Anggota Koperasi

Koperasi

Pasar Kebutuhan

ekonomi

Sebagai Pemilik

Sebagai Pengguna


(27)

Status ganda anggota dapat dilihat bahwa anggota-anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga mempunyai kebutuhan ekonomi yang sama yang mendasari pendirian koperasi. Perumusan program pengembangan perusahaan, rencana kebutuhan anggaran, penetapan pengelola perusahaan, dan lainnya yang sifatnya strategis ditetapkan dalam rapat anggota (Sitio & Tamba 2001).

Anggota sebagai pengguna jasa berhak berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha koperasi. Kegiatan usaha koperasi pada dasarnya adalah kegiatan yang diputuskan oleh anggota dan diselenggarakan untuk kepentingan anggota sendiri. Hak suara dalam rapat anggota umumnya berlaku satu anggota satu suara dan bahwa hak suara tersebut pada dasarnya tidak boleh diwakilkan (no voting no proxy). Dasar satu orang satu suara yang tidak bisa diwakilkan tersebut adalah untuk mendorong anggota menghadiri rapat anggota, yang berarti mereka ikut berpartisipasi dalam manajemen koperasi secara tidak langsung (Baga 2011). 3.1.3. Konsep Kinerja

Kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer/pengusaha dalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Penilaian kinerja yang dilakukan pada koperasi didasarkan pada jati diri koperasi yaitu nilai-nilai, prinsip, dan koridor pengembangan koperasi.

Pengelolaan kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan kerangka kerja yang didalamnya terdapat faktor yang mempengaruhi bagaimana kinerja dirancang, dikembangkan, diperkenalkan dan dievaluasi. Nawawi (2006) mengungkapkan bahwa pengukuran kinerja organisasi baik finansial maupun nonfinansial dapat digunakan dalam mengendalikan operasional organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Indikator kinerja koperasi menurut Soedjono (2003) terdiri dari dua segi yaitu segi usaha dan segi organisasi. Segi usaha mencakup peningkatan jumlah anggota, modal koperasi, jumlah dan volume usaha, pelayanan sosial kepada anggota, dan kesejahteraan anggota dengan pembagian SHU.

Hasil pengukuran kinerja digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas


(28)

perencanaan dan pengendalian (Yuwono et al, 2007). Menurut Yuwono et al. (2007), ada dua pendekatan dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu:

a. Ukuran keuangan, yaitu ukuram kinerja yang berasal dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.

b. Ukuran non keuangan, yaitu ukuran kinerja yang tidak terlihat langsung dari laporan keuangan, namun berhubungan dengan pencapaian ukuran keuangan dan bersifak kualitatif seperti market share, market growth, dan tecnological capability.

Kinerja keuangan dilakukan terhadap laporan keuangan KUD Puspa Mekar. Hal ini dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi tujuan koperasi secara ekonomi. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan menganalisis rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan koperasi. Analisis rasio-rasio akan memudahkan untuk mengetahui dalam hal-hal apa saja KUD sedang menghadapi masalah, sehingga dapat dilakukan pebaikan-perbaikan untuk mencegah semakin buruknya kondisi keuangan organisasi. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rantabilitas, dan aktivitas.

Kinerja dapat direncanakan dengan baik dan diukur dengan kepuasan anggota menggunakan parameter yang terukur seperti tingkat perolehan hasil usaha, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dan promosi anggota (Tanjung, 2008). Indikator kinerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi mencakup lima unsur menurut Nawawi (2006) yaitu kuantitas hasil kerja yang dicapai, kualitas hasil kerja yang dicapai, jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut, kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja dan kemampuan bekerjasama

3.1.4. Konsep Partisipasi

Partisipasi anggota adalah keterlibatan mental dan emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi dan berbagai tanggung jawab atas pencapian tujuan organisasi maupun usaha koperasi (Kementerian Koperasi dan UKM 2010). Perkembangan dan pertumbuhan suatu koperasi sangat tergantung pada kualitas dan partisipasi dari para anggotanya. Partisipasi anggota sangat berpengaruh dan menentukan terhadap keberhasilan koperasi, karena partisipasi anggota merupakan unsur utama dan paling penting dalam mencapai


(29)

keberhasilan koperasi (Hendar & Kusnadi 2005; Aini & Setiawan 2006). Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan dapat direalisasikan.

Mekanisme untuk menemukan informasi dibutuhkan untuk menyesuaikan pelayanan yang diberikan oleh koperasi bagi kepentingan/ kebutuhan anggotanya (Roepke 2000). Harapan yang diinginkan anggota ditunjang dengan memberikan informasi, kontribusi permodalan, dan menentukan program-program yang harus dilaksanakan pihak manajemen dan mengawasi jalannya koperasi. Informasi dari luar organisasi koperasi juga penting untuk pengambilan keputusan, tetapi informasi yang relevan sebagian besar berasal dari anggota koperasi itu sendiri. Bila pihak manajemen (pengurus atau pengelola) tidak mampu menjalankan program-program yang ditentukan oleh anggota, anggota berhak untuk memberhentikannya dan mengganti atau memilih pengurus atau pengelola yang baru.

Faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggota yaitu tekanan persaingan dari organisasi lain dan perubahan kebutuhan manusia akibat perubahan waktu seperti yang terlihat pada Gambar 3. Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan oleh koperasi. Koperasi yang mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota lebih besar dari pesaingnya, maka tingkat partisipasi anggota terhadap koperasinya meningkat.

Keuntungan yang diperoleh dengan adanya partisipasi ini bagi pihak manajemen adalah kemampuan dalam memperoleh informasi dari anggota koperasi. Perubahan-perubahan kebutuhan yang ada pada para anggota dan lingkungan terutama karena kekuatan-kekuatan dalam persaingan, maka jasa pelayanan perusahaan koperasi harus terus-menerus disesuaikan. Hal ini dapat direalisasikan jika para anggota memiliki keinginan dan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengendalikan manajemen (Hendar & Kusnadi 2005).

Sikap seorang individu merupakan dasar/landasan yang diambil oleh perusahaan termasuk koperasi. Kegunaan atau manfaat dipakai sebagai suatu ukuran derajat kepuasan seorang individu (konsumen, manajer, pemegang saham,


(30)

anggota). Jika manfaat atau keunggulan yang diberikan oleh koperasi bagi seseorang lebih tinggi dari utility yang dapat diperoleh/ dicapai pada saat tidak menjadi anggota koperasi, maka orang tersebut akan masuk menjadi anggota koperasi dan melakukan usaha dengan koperasinya atau dengan kata lain, koperasi dapat menarik anggota, begitu sebaliknya, jika manfaat atau yang diberikan koperasi lebih rendah dari utility yang dicapai saat menjadi anggota koperasi, maka orang tersebut akan meninggalkan koperasi atau menurunkan tingkat kegiatannya dalam koperasi (Roepke 2000; Hendar & Kusnadi 2005).

Gambar 3. Pengertian partisipasi Sumber: Roepke (2000)

Anggota akan terus mempertahankan keanggotaannya dan terus mengadakan transaksi dengan perusahaan apabila mereka ingin memperoleh manfaat, selain itu, anggota harus memiliki hak, kemungkinan bertindak, motivasi, rasa ingin memiliki terhadap koperasi, dan kesanggupan berpartisipasi dalam menentukan tujuan, mengambil keputusan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha koperasi (Hendar & Kusnadi 2005). Partisipasi anggota koperasi bersifat kesadaran, namun koperasi harus mampu memberikan rangsangan tertentu tehadap anggota agar partisipasi selalu efektif. Keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung pada manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diterima oleh anggota. Tingkat partisipasi anggota secara individual akan

Kebutuhan (Kepentingan)

Pelayanan

Kekuatan kompetitif (pesaing) Kebutuhan/kepentingan

yang berubah-ubah Owners

Pemilik

Partisipasi dalam memberikan dan menikmati pelayanan

Informasi

Pengguna (Users)


(31)

berbeda atau akan bervariasi karena adanya perbedaan kondisi sosial ekonomi masing-masing anggota (Kusumah 1987).

Partisipasi diperlukan untuk mengatasi penampilan buruk dari koperasi, menghilangkan salah tindak pihak manajemen dan membuat kebijaksanaan pengelola diperhitungkan. Partisipasi sering dipandang sebagai suatu jalan ke arah pengembangan koperasi atau suatu akhir dari sebuah koperasi. Partisipasi dapat dipandang dari beberapa dimensi yaitu dipandang dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaan, dan segi kepentingannya (Hendar dan Kusnadi 2005).

Roepke (2000) menyebutkan bahwa kualitas partisipasi tergantung pada interaksi variabel para anggota, manajemen koperasi dan program. Partisipasi dalam melaksanakan pelayanan yang disediakan koperasi akan berhasil apabila ada kesesuaian (fit) antara anggota, program dan manajemen seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Model Kesesuaian (fit) Partisipasi Sumber: Roepke (2000)

Partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan anggotanya. Kesesuaian antara anggota dan program adalah adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dan keluaran (output) program koperasi. Program dimaksudkan sebagai kegiatan usaha utama

Keberhasilan Partisipasi Hasil (output)

Kebutuhan (need)

Tugas (task)

Kemampuan (ability)

Kepentinga Keputusan

Alat-Alat Partisipasi Para

Anggota

Program


(32)

yang dipilih atau ditentukan manajemen. Kesesuaian antara anggota dan manajemen akan terjadi apabila anggota mempunyai kemampuan (kompetensi) dan kemauan (motivasi) dalam mengemukakan kebutuhannya (permintaan) yang kemudian harus direalisasikan dalam keputusan manajemen. Kesesuaian antara program dan manajemen sangat diperlukan, dimana tugas dari program harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan dan menyelesaikannya. Efektivitas partisipasi merupakan fungsi dari tingkat kesesuaian antara anggota, manajemen dan program.

3.1.5. Manfaat Sosial dan Ekonomi Koperasi

Manfaat diartikan sebagai nilai yang subjektif dari suatu alternatif yang terbuka bagi seseorang. Manfaat atau value merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas potensial dari suatu objek atau aksi untuk memuaskan kebutuhan manusia yang dipandang dari sudut ekonomi dan nonekonomi (Hendar & Kusnadi 2005). Kebutuhan anggota koperasi dapat dilihat dari kebutuhan sosial dan ekonomi. Setiap orang yang menjadi anggota koperasi pasti didasari oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dapat diraih dalam koperasi tersebut. Bagi orang yang secara ekonomi cukup kuat, mungkin kebutuhan sosial yang menjadi motivasi bergabung menjadi anggota. Bagi orang yang lemah kondisi ekonominya, motivasi ekonomi lebih dominan menjadi alasan bergabung kedalam koperasi.

Manfaat keanggotaan pada suatu koperasi dapat dihitung dengan jalan melihat perbedaan dari hasil usaha anggota jika menjadi anggota dengan tidak menjadi anggota koperasi tersebut atau menjadi anggota organisasi lain. Manfaat dapat berupa peningkatan jumlah hasil (expected return), berupa peningkatan jumlah kestabilan dari hasil (standard deviation of return) atau kombinasi keduanya (Hendar & Kusnadi 2005).

Kebutuhan sosial yang diinginkan oleh anggota KUD dilihat dari seluruh kegiatan dan program yang dilakukan oleh koperasi. Kebutuhan sosial terkait dengan hubungan anggota dengan sesama anggota maupun hubungan anggota dengan pengurus koperasi. Kebutuhan sosial lainnya dilihat dari pelayanan dan pembinaan pengurus kepada anggota koperasi. Manfaat sosial yang dirasakan oleh anggota menunjukkan terjalinnya hubungan kekeluargaan dan gotong royong


(33)

dalam KUD. Manfaat sosial lainnya yang diinginkan oleh anggota adalah adanya jaminan pendidikan bagi anggota maupun keluarga dan adanya jaminan kesehatan.

Manfaat ekonomi merupakan alasan dasar bagi sebagian besar masyarakat bergabung menjadi anggota koperasi dan merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi (Hendar & Kusnadi 2005). Pendapatan merupakan faktor yang sangat dominan dalam memenuhi kebutuhan seseorang, maka alasan ekonomi untuk menjadi anggota koperasi menjadi alasan dasar bergabungnya anggota dalam koperasi. Kebutuhan ekonomi disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan baik jasa maupun usaha KUD. Nasution (2008) menyatakan bahwa motivasi anggota untuk membangun jati diri dan otonomi koperasi akan semakin besar jika koperasi memiliki kemampuan untuk mempromosikan manfaat ekonominya kepada anggota dan masyarakat disekitarnya.

Koperasi yang memberikan tingkat kepuasan dan manfaat yang lebih tinggi kepada seseorang daripada organisasi lain, berarti koperasi lebih tinggi kemampuannya dalam memuaskan keinginan anggota tersebut. Anggota akan membandingkan manfaat yang diterima dari koperasi dengan organisasi lain yang merupakan saingannya. Hendar & Kusnadi (2005) menyatakan manfaat utama yang diharapkan dari keanggotaan koperasi adalah dukungan terhadap kelancaran/ kestabilan usaha dan kebutuhan konsumsi para anggota. Manfaat keanggotaan sering disebut sebagai efek koperasi (cooperative effect). Efek koperasi tidak akan terjadi secara otomatis, tetapi harus dihasilkan dan diperjuangkan oleh koperasi. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

KUD Puspa Mekar yang berlokasi di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat bergerak di bidang usaha sapi perah. KUD Puspa Mekar pernah mengalami masa kebangkrutan dan mengatasi hal tersebut KUD Puspa Mekar berasosiasi dengan KPSBU Jawa Barat. Hal ini membatu permodalan, operasional, manajemen, dan teknologi KUD Puspa Mekar dalam menjalankan usaha ternak sapi perah.

Terbatasnya kemampuan KUD Puspa Mekar untuk mengembangkan usaha juga menjadi permasalahan. KUD Puspa Mekar belum mampu mendirikan unit usaha disebabkan oleh kurangnya permodalan dan masih sangat bergantung


(34)

pada asosiasi dengan KPSBU. Keputusan pengembangan unit usaha sepenuhnya berada ditingkat KPSBU sehingga KUD Puspa Mekar memiliki keterbatasan dalam hal pengembangan usaha. Pengembangan usaha mutlak diperlukan oleh koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui SHU yang diterima oleh anggota. Pengembangan usaha tersebut juga diperlukan dukungan penuh dari anggota yang terlihat dari tingkat partisipasi anggota terhadap KUD Puspa Mekar. Menganalisis hubungan antara kinerja, partisipasi dan manfaat bagi anggota menjadi hal penting dalam rangka mengembangan koperasi. Kinerja koperasi menurut Soedjono (2003) dipengaruhi oleh visi, kapasitas, jaringan kerja, dan sumberdaya. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota adalah manfaat sosial dan ekonomi yang dirasakan anggota. Manfaat sosial dilihat dari hubungan, pelayanan, dan pelatihan. Manfaat ekonomi dilihat dari penambahan pendapatan dan kegiatan pembelian anggota terhadap barang dan jasa yang disediakan KUD. Menganalisis hubungan antara kinerja, partisipasi dan manfaat bagi anggota dilakukan melalui analisis jalur (path analysis). Mengetahui hubungan antara kinerja, partisipasi dan manfaat akan memudahkan KUD Puspa Mekar untuk membuat kebijakan yang dapat menyejahterakan anggota dan pengembangan koperasi. Bagan kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.


(35)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis mengenai hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat sosial dan ekonomi.

Implikasi Manajerial Karakteristik

Demografi:

 Jenis Kelamin

 Usia

 Tingkat Pendidikan

 Pengalaman Beternak

 Lama Menjadi Anggota

 Jumlah Ternak

Partisipasi Anggota

Kinerja Koperasi Manfaat Sosial

dan Ekonomi

Analisis Jalur Analisis

Deskriptif

Analisis Korelasi

Analisis Rasio

Keuangan

 KUD Puspa Mekar pernah mengalami masa kebangkrutan

 KUD Puspa Mekar mengalami keterbatasan pengembangan unit usaha

Keragaan dan pengembangan koperasi dilihat dari kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat yang diterima oleh anggota.


(36)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota koperasi dilaksanakan pada KUD Puspa Mekar, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa KUD Puspa Mekar penah mengalami kebangkrutan dan berusaha untuk terus berkembang dengan berasosiasi dengan KPSBU Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2012. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Maret 2012.

4.2. Jenis, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data langsung yang didapat dari sumber informasi melalui pengamatan langsung, diskusi, wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang disesuaikan untuk menjawab masalah penelitian terhadap pengurus dan anggota KUD Puspa Mekar. Data sekunder merupakan data yang diambil berdasarkan data dari internal laporan tahunan KUD Puspa Mekar, Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan UMKM, artikel, jurnal, internet dan hasil penelitian sebelumnya yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Data tersebut digunakan sebagai data pendukung dan pembanding penelitian ini.

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang diperlukan melalui suatu prosedur secara sistematis. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi di lapangan, melakukan wawancara dengan narasumber (responden) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Jenis pertanyaan pada kuesioner tersebut merupakan pertanyaan terstruktur tertutup dan pertanyaan tidak berstruktur untuk memperoleh deskripsi yang jelas mengenai gambaran usaha KUD Puspa Mekar. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara setiap hari pada pukul 05.00 – 19.00 diluar jam kerja peternak pada saat memerah susu dan mencari pakan hijauan.


(37)

4.3. Metode Penentuan Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peternak yang tergabung dalam keanggotaan KUD Puspa Mekar yang telah menjadi anggota lebih dari satu tahun. Anggota KUD Puspa Mekar berjumlah 355 orang. Penentuan responden dari anggota KUD pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sesuai kebutuhan penelitian berdasarkan penilaian peneliti berdasarkan kemampuan responden dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Metode ini digunakan karena keterbatasan peneliti untuk mengetahui karakteristik anggota misalnya keterbatasan mengetahui jumlah ternak yang dimiliki, lama bergabung, dan sebagainya. Peneliti hanya memiliki informasi mengenai jumlah dan lokasi Tempat Penampungan Susu (TPS) pada setiap daerah. Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan kemudahan pengumpulan data mengingat medan/ lokasi yang ditempuh terpencar dan tersebar di beberapa desa dan rata-rata sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti guna mengukur ketepatan dari kuesioner yang digunakan. Menurut Rangkuti (2003), umumnya uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap 30 responden. Jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini adalah 30 responden. Responden yang telah digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas tidak digunakan kembali untuk analisis selanjutnya.

Menurut Siagian dan Sugiarto (2006) syarat minimal sampel data tersebar secara normal didalam statistik adalah 30 responden. Screening dilakukan untuk menentukan anggota yang lebih dari satu tahun menjadi anggota yang menjadi responden. Hal ini dilakukan karena anggota yang telah bergabung lebih dari satu tahun pernah mengikuti RAT dan mendapatkan SHU. Alasan lain menggunakan responden yang telah bergabung lebih dari satu tahun adalah anggota KUD Puspa Mekar selalu mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir. Anggota yang pernah mengikuti RAT dan mendapatkan SHU lebih mengetahui mengenai keragaan koperasi serta visi dan misi koperasi.

Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 111. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kemampuan


(38)

yang dimiliki oleh peneliti dan sudah mencukupi syarat minimal. Responden yang diambil dalam penelitian ini diharapkan mampu mewakili jumlah anggota KUD Puspa Mekar. Setiap TPS diambil minimal satu responden untuk lebih mewakili jumlah anggota dan keragaan koperasi.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif melalui tahap pengolahan, deskripsi dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan KUD Puspa Mekar. Analisis kualitatif juga menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan secara mendalam mengenai hubungan koperasi dengan anggota yang didukung dengan alat bantu berupa tabulasi frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Pengolahan data secara kuantitatif, tabulasi data, dan analisis rasio keuangan dilakukan dengan alat bantu software komputer Microsoft Excel 2010. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui hubungan variabel kinerja, partisipasi, dan manfaat bagi anggota. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan program LISREL 8.30 untuk analisis jalur. Uji validitas dan uji reabilitas kuesioner, dan analisis korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS versi 17.

4.5.1. Analisis Deskriptif

Nazir (2009) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, interpretasi, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Metode deskriptif ini juga menyelidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor, menguji hipotesa dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik anggota yaitu karakteristik demografi. Pengumpulan data digunakan teknik wawancara. Hasil data kuisioner mengenai karakteristik serta kepuasan


(1)

Error Covariance for Y1 and Y4 = -0.62 (0.26)

-2.42

Error Covariance for Y2 and Y3 = -0.82 (0.48)

-1.71

Correlation Matrix of Independent Variables X1 X2 X3 X4

--- --- --- --- X1 1.00

(0.14) 7.29

X2 0.33 1.00 (0.10) (0.14) 3.40 7.28

X3 0.12 0.09 1.00 (0.10) (0.10) (0.14) 1.22 0.94 7.29

X4 0.25 -0.03 -0.07 1.00 (0.10) (0.10) (0.10) (0.14) 2.61 -0.35 -0.73 7.28

Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 9

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 12.53 (P = 0.19) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 3.53

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 17.05) Minimum Fit Function Value = 0.075

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.033 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.16) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.061

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.13) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.36

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.63 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.59 ; 0.76)

ECVI for Saturated Model = 0.68 ECVI for Independence Model = 1.74

Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 167.92 Independence AIC = 183.92


(2)

Model AIC = 66.53 Saturated AIC = 72.00 Independence CAIC = 213.59

Model CAIC = 166.69 Saturated CAIC = 205.54

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.046 Standardized RMR = 0.046

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.25

Normed Fit Index (NFI) = 0.95 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.02 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.31

Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00

Relative Fit Index (RFI) = 0.85 Critical N (CN) = 290.71


(3)

Lampiran 3. Dokumentasi

Kegiatan di Cooling Unit Pengumpulan Susu dari Anggota


(4)

Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2011

Pelayanan Waserda Pengurus Koperasi


(5)

RINGKASAN

EMIL FATMALA. Analisis Hubungan Kinerja Partisipasi dan Manfaat Bagi Anggota Koperasi (Studi Kasus: KUD Puspa Mekar, Kabupaten Bandung Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YANTI NURAENI MUFLIKH).

Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi memiliki peran besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya anggota koperasi. Kesejahteraan anggota merupakan kunci keberhasilan koperasi. Kabupaten Bandung Barat memiliki populasi sapi perah terbanyak dibandingkan kabupaten lainnya di Jawa Barat yaitu sebanyak 29,16 persen. Pengembangan sapi perah dapat dilakukan melalui pengembangan koperasi. KUD Puspa Mekar merupakan koperasi yang bergerak pada bidang peternakan sapi perah. KUD Puspa Mekar sejak tahun 2006 telah berasosiasi dengan KPSBU karena KUD Puspa Mekar mengalami kebangkrutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan KUD Puspa Mekar, mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar, dan menganalisis hubungan kinerja koperasi, partisipasi anggota, dan manfaat bagi anggota KUD Puspa Mekar. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu berjumlah 111 responden yang merupakan anggota KUD Puspa Mekar yang telah menjadi anggota selama satu tahun di KUD Puspa Mekar. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis rasio keuangan, analisis korelasi Rank Spearman, dan analisis jalur (path analysis).

Keragaan KUD Puspa Mekar dilihat dari keanggotaan dari tahun 2008 – 2011 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan lainnya di KUD Puspa Mekar yaitu jumlah simpanan, volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU). Hal yang perlu menjadi perhatian KUD Puspa Mekar adalah jumlah modal. Jumlah modal yang dimiliki oleh KUD Puspa Mekar lebih banyak berasal dari luar dibandingkan dari dalam koperasi. Hal ini perlu diperbaiki agar sesuai dengan koridor koperasi dan akan meningkatkan performa kinerja keuangan koperasi.

Hasil analisis rasio keuangan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis rasio likuiditasi, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas pada tahun 2009 -2011. Analisis likuiditas terdiri dari rasio lancar dengan nilai 171,12 persen dan rasio cepat 171,12 persen. Analisis solvabilitas terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva sebesar 46,59 persen, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap sebesar 275,23 persen, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang sebesar 196,28 persen, rasio total hutang dengan total aktiva sebesar 50,98 persen, dan rasio total hutang dengan total modal sendiri sebesar 133,53 persen. Pengukuran rentabilitas pada KUD Puspa Mekar dilakukan dengan menggunakan rasio laba bersih sebesar 1,42 persen, rasio operasional sebesar 1,34, rasio tingkat pengembalian modal sendiri sebesar 27,18 persen, dan rasio tingkat pengembalian investasi sebesar 11,68 persen.

Hasil korelasi Rank Spearman antara karakteristik demografi terhadap partisipasi anggota. Korelasi antara umur anggota terhadap partisipasi dibidang organisasi dan usaha berkorelasi negatif. Tingkat pendidikan dan pengalaman


(6)

beternak berkorelasi positif terhadap partisipasi dibidang organisasi dan berkorelasi negatif terhadap partisipasi dibidang usaha. Lama menjadi anggota berkorelasi positif terhadap partisipasi dibidang organisasi dan berkorelasi negatif dan signifikan terhadap partisipasi dibidang usaha. Jumlah ternak yang dimiliki anggota berkorelasi negatif terhadap partisipasi dibidang organisasi dan usaha.

Model analisis jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan empat jalur. Model empat jalur yaitu model yang memiliki empat persamaan struktural. Terdapat empat peubah eksogen dan empat peubah endogen dalam model ini. Peubah eksogen dalam penelitian ini adalah empat faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi, yaitu (1) visi koperasi, (2) kapasitas, (3) jaringan kerja, (4) sumberdaya. Peubah endogen dalam penelitian ini adalah (1) kinerja koperasi (2) partisipasi anggota (3) manfaat sosial dan (4) manfaat ekonomi.

Faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi adalah visi, kapasitas, jaringan kerja, sumberdaya, dan partisipasi anggota. Faktor yang mempengaruhi partisipasi adalah manfaat sosial dan ekonomi. Faktor yang mempengaruhi manfaat sosial dan ekonomi adalah kinerja koperasi. Visi koperasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja koperasi sebesar 0,42. Kapasitas koperasi berpengaruh terhadap kinerja koperasi sebesar -0,05, perlu dilakukan perbaikan terhadap kapasitas manajemen untuk meningkatkan kinerja koperasi. Jaringan kerja mempengaruhi kinerja koperasi sebesar 0,01. Sumberdaya berpengaruh signifikan terhadap kinerja koperasi sebesar 0,23. Partisipasi berpengaruh terhadap kinerja koperasi sebesar 0,05. Kinerja koperasi berpengaruh signifikan terhadap manfaat sosial dan ekonomi sebesar 0,71 dan 0,84. Manfaat sosial berpengaruh terhadap partisipasi sebesar 0,95. Manfaat ekonomi berpengaruh terhadap partisipasi sebesar -0,13.

KUD Puspa Mekar harus mampu mempertahankan keanggotaan agar kegiatan usaha koperasi dapat terus berjalan. Mempertahankan keanggotaan dapat dilakukan dengan terus meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi yang diterima anggota dengan program-program yang sesuai dengan keinginan anggotanya. Diharapkan dengan terbentuknya program-program yang sesuai dengan keinginan anggota akan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat sosial lebih memberikan pengaruh terhadap partisipasi daripada manfaat ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa anggota KUD Puspa Mekar sudah memiliki loyalitas yang tinggi terhadap koperasi. Hal tersebut mengindikasi bahwa anggota KUD Puspa Mekar sebaiknya dapat menjalankan unit usahanya secara mandiri. Kemandirian KUD Puspa Mekar akan semakin memberikan manfaat yang lebih besar terhadap anggota dan akan meningkatkan kesejahteraan anggota, yang diimbangi dengan kesiapan dari sumberdaya manusia dan keuangannya.