I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia menunjukkan angka yang semakin baik dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan
ekonomi paling tinggi dari tahun 2008 ke tahun 2009 yaitu sekitar 7,3 persen dan berdampak pada kenaikan pendapatan per kapita Indonesia sebesar 13 persen dari
tahun 2008 yaitu Rp 23,9 juta atau US 2349,6 menjadi Rp 27 juta atau US 3004,9 pada tahun 2009. Selain itu juga, ditunjukkan pada peningkatan total
pendapatan daerah PDB Indonesia tahun 2009 mencapai Rp 2.177 triliun dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa. Dimana dengan adanya peningkatan pendapatan
tersebut dapat mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. BPS 2010
Pertumbuhan perekonomian terjadi dikarenakan adanya salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam memberdayakan 22,5 persen pendapatan negara pada
sektor Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM dan koperasi
1
. UMKM di Indonesia telah mencapai 1.354.991 unit dengan penyerapan tenaga kerja tahun
2009 yaitu 96.211.332 orang
2
. Semakin banyaknya usaha mikro ini menunjukkan banyaknya lembaga-lembaga yang dapat membantu masyarakat dalam
memperoleh permodalan usaha dan mengurangi pengangguran. Namun UMKM memiliki volume usaha yang relatif kecil tahun 2010 yaitu sekitar Rp 58,25 triliun
jika dibandingkan dengan volume usaha lembaga keuangan lain sekitar Rp 72,78 triliun. Oleh karena itu, pemberdayaan juga dilakukan oleh pemerintah pada
koperasi sebagai lembaga yang lebih besar dari UMKM dengan azas kekeluargaan dan gotong royong serta dapat menunjukkan persaingan
3
. Selain itu juga, koperasi di Indonesia banyak diperlukan oleh masyarakat terutama masyarakat di pedesaan
yang masih memiliki sifat kekeluargaan tinggi.
1
Koperasi Sebagai Tonggak Perekonomian.http:www.mediacenterkopukm.com Diakses tanggal 28 Februari 2011
2
Setyobudi,A. Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM. Volume 5 Nomor 2 2007. Buletin Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan.http:bi.go.id Diakses tanggal 23 Maret 2010
3
Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga Keuangan Alternatif. http:www.smecda.comjurnal Diakses tanggal 28 Februari 2011.
2 Jumlah koperasi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke
tahun 2010. Kenaikan tersebut terjadi secara kontinu dari tahun 2004 sampai tahun 2010. Namun terdapat juga peningkatan koperasi yang tidak aktif. Bahkan
peningkatan tersebut memiliki rata-rata kenaikan yang lebih besar dibandingkan rata-rata kenaikan koperasi aktif.
Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi Tahun 2004-2010 di Indonesia
No Tahun Koperasi
Aktif Koperasi Tidak Aktif
Unit Kenaikan Unit
Kenaikan 1 2004 93.402
37.328 2 2005 94.818
1,5 40.145
7,5 3 2006 98.944
4,4 42.382
5,6 4 2007 104.999 6,1
44.794 5,7
5 2008 108.930 3,7 46.034
2,8 6 2009 120.473 10,6
49.938 8,5
7 2010 175.102 45,8
123.807 147 Rata-rata Kenaikan
12 29,6
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2010 diolah
Pada Tabel 1 terjadi peningkatan jumlah koperasi dari tahun 2004 sampai tahun 2010 dengan rata-rata kenaikan 12 persen. Bahkan di tahun 2010 telah
mencapai 175.102 unit koperasi. Namun terdapat juga permasalahan dengan adanya kenaikan koperasi yang tidak aktif yaitu rata-rata kenaikan 29,6 persen
dan tahun 2010 telah mencapai 123.807 unit. Koperasi yang tidak aktif memiliki kenaikan dengan presentase yang lebih tinggi bahkan dua kali lipatnya dari
presentase kenaikan koperasi aktif. Dimana koperasi yang tidak aktif merupakan koperasi yang tidak berhasil melakukan Rapat Anggota Tahunan RAT.
Koperasi yang tidak aktif atau tidak berhasil dalam membangun koperasi yang kuat menurut Soedjono 2003 dalam Lembaga Studi Pengembangan
Perkoperasian Indonesia LSP2I, 2007, disebabkan masyarakat sendiri kurang mengetahui manfaat yang sebenarnya dari organisasi koperasi bahkan pengurus
koperasi masih belum mengetahui bagaimana cara menjalankan koperasi seperti pembagian Sisa Hasil Usaha SHU maupun pengembangan unit usaha koperasi.
Menurut Soedjono 2003, anggapan tersebut terjadi dikarenakan masyarakat
3 kurang mengetahui definisi, prinsip, dan nilai koperasi yang dinyatakan dalam
jatidiri koperasi. Sehingga diperlukan adanya pemahaman mengenai manfaat dan kinerja koperasi yang sesungguhnya dengan adanya pengembangan peran
kelembagaan serta partisipasi anggota dalam pergerakannya. Perkembangan koperasi yang tidak aktif atau tidak berhasil dalam
melakukan Rapat Anggota Tahunan RAT, dapat juga disebabkan kurangnya partisipasi anggota terhadap koperasi terutama melakukan RAT sebagai struktur
tertinggi dalam koperasi. Partisipasi anggota hanya mengetahui koperasi sebagai lembaga penyimpanan dan peminjaman uang. Tidak adanya kontribusi anggota
terhadap unit usaha yang dilakukan koperasi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bagaimana cara meningkatkan kinerja koperasi dari segi organisasi dan segi usaha
dengan pemahaman jatidiri serta dalam aktivitas ekonomi yang dapat meningkatkan aktivitas keuangan koperasi
4
. Dengan adanya pemahaman terhadap kinerja organisasi dan usaha koperasi ini dapat dijadikan koperasi sebagai
organisasi sosial ekonomi yang tidak hanya sebagai perkumpulan melainkan sebuah perusahaan milik anggota dan untuk anggota. Kinerja koperasi harus tetap
berpegang pada keinginan anggota serta pelayanan koperasi sebagai organisasi sosial ekonomi.
Peningkatan koperasi yang tidak aktif juga dapat dilihat dari tingkat kinerja koperasi yaitu jumlah anggota koperasi, modal sendiri, modal luar, volume
usaha dan SHU koperasi. Peningkatan kinerja terjadi jika koperasi telah memiliki unit usaha dan kemampuan dalam mengkordinasikan kinerja dengan anggota,
kemampuan dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dan kemampuan dalam kerjasama dengan fihak lain
5
. peningkatan jumlah anggota koperasi di Indonesia terjadi dari Tahun 2007 sampai tahun 2010. Kenaikan
tersebut cenderung fluktuatif dan pernah mengalami penurunan di tahun 2008. Modal sendiri koperasi juga mengalami peningkatan dan volume usaha. Dimana
perkembangan kinerja koperasi di Indonesia dari Tahun 2007-2010 terdapat pada Tabel 2.
4
Kinerja Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah UKM 2007. Pemberdayaan Koperasi Solusi Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan. Hal. 11
5
Krisnamurthi, Bayu. 6 Juni 2010. Koperasi Pertanian sebagai Upaya Membangun Daya Saing Perekonomian dalam Era Perdagangan Bebas. Seminar Koperasi Agribisnis Nasional : IPB Hal
2
4
Tabel 2. Perkembangan Kinerja Koperasi Tahun 2007-2010 di Indonesia
Indikator Satuan
2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Jumlah anggota
Juta Orang
28,89 27,31 29,24 29,12 28,64 Modal
sendiri Triliun
rupiah 20.231,7 22.560,4 28.348,7 30.656 25.449,2
Modal luar
Triliun rupiah
23.324 27.271,9 31.503,8 31.409,4 28.377,275 Total
modal Triliun
rupiah 43.555,7 49.832,3 59.852,6 52.065,4 51.326,5
Volume usaha
Triliun rupiah
63,080 68,446 82,098 77,514 72,7845 SHU
koperasi Triliun
rupiah 3,470 5,037 5,303 5,653 4,865
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2010 diolah Keterangan : Data Sangat Sementara
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota koperasi dari tahun 2007 sampai tahun 2010 adalah 28,6 juta orang dan mengalami kenaikan secara
fluktuatif. Pertumbuhan jumlah anggota dapat disebabkan meningkatnya kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota. Permodalan
koperasi juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2007-2010 dengan rata-rata total modal koperasi Rp 51.326,5 triliun. Permodalan
koperasi ini terdiri dari modal sendiri dan modal luar. Modal luar koperasi mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010 dengan rata-rata
modal sendiri Rp 25.449,2 triliun. Peningkatan modal luar diduga sebagian berasal dari dana bergulir yang difasilitasi oleh pemerintah melalui bantuan
perkuatan. Modal sendiri koperasi juga mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010 dengan rata-rata Rp 28.377,275 triliun. Peningkatan modal
sendiri dan modal luar dapat mempengaruhi adanya peningkatan SHU dan volume usaha dari tahun 2007 sampai tahun 2010 dengan rata-ratanya Rp 4,865 triliun dan
Rp 72,7845 triliun. Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia mengalami peningkatan
jumlah anggota, modal sendiri, volume usaha, dan SHU. Namun proporsi SHU yang diperoleh anggota koperasi sangat rendah dari volume usaha. Hal ini
disebabkan penggunaan modal luar masih besar jika dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Kondisi seperti ini menunjukkan kondisi yang kurang
baik bagi koperasi Indonesia terutama dalam pemberian manfaat secara ekonomi
5 bagi anggotanya dan akan berdampak pada tingkat partisipasi. Selain itu
presentase SHU terhadap volume usaha masih menunjukkan nilai yang lebih kecil dari tingkat suku bunga deposito. Tingkat suku bunga deposito di Indonesia yaitu
8 sampai 11 persen
6
. Hal ini akan berakibat masyarakat lebih cenderung menyimpan uangnya di bank jika dibandingkan dengan memberikan kontribusi
kepada koperasi serta dapat menyebabkan tidak adanya partisipasi anggota terhadap koperasinya.
Permasalahan SHU yang diperoleh anggota relatif kecil menggambarkan manfaat yang dirasakan anggota kurang dan dapat mengakibatkan partisipasi
kurang bahkan tidak adanya perhatian terhadap organisasi koperasi. Hal ini juga dapat menyebabkan semakin meningkatnya koperasi yang tidak aktif di Indonesia.
Salah satunya koperasi pertanian pedesaan yaitu Koperasi Unit Desa KUD yang
dapat membantu masyarakat pedesaan dalam memperoleh modal dan meningkatkan kesejahteraan. Jumlah KUD yang tidak aktif dan penurunan kinerja
di Indonesia tahun 2010 adalah 2820 unit atau 30 persen dari keseluruhan KUD di Indonesia
7
. KUD yang tidak aktif terjadi dikarenakan masih adanya ketergantungan pada bantuan pemerintah atau tidak adanya kemandirian dalam
melakukan berbagai kegiatan sehingga masih membutuhkan fasilitas dari pemerintah. Hal ini berdampak pada pelayanan terhadap anggota kurang bahkan
partisipasi anggota tidak ada dalam KUD. Berdasarkan instruksi presiden nomor 4 Tahun 1984 menyatakan bahwa
KUD dibentuk oleh warga desa atau sekelompok desa-desa yang disebut unit desa, yang merupakan satu kesatuan ekonomi masyarakat kecil. Pengembangan
KUD diarahkan untuk memenuhi kebutuhan warga desa dengan peningkatan pelayanan terhadap anggotanya sehingga tingginya tingkat partisipasi anggota.
Pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat memegang peranan utama dalam kegiatan perekonomian masyarakat di pedesaan, khususnya di sektor pertanian,
penyaluran bahan kebutuhan pokok masyarakat desa, jasa, industri, dan kerajinan rakyat yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan setempat potensi spesifik
lokasi Nasution, 2002.
6
Tingkat Suku Bunga Perbankan. http:www.bi.go.id Diakses tanggal 25 Maret 2011
7
Gerakan Rekapitulasi Koperasi di Daerah Bogor. http:www.depkop.go.id Diakses tanggal 25 Maret 2011
6 KUD di daerah Bogor Jawa Barat pada tahun 2008 berjumlah 114 unit.
Tahun 2009 dinyatakan 14 koperasi tidak aktif sehingga jumlahnya menjadi 100 unit. Jumlah anggota mengalami penurunan hampir dua kali lipatnya dari tahun
2008 ke tahun 2009 yaitu sekitar 455.947 orang menjadi 209.850 orang. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung maka keberadaan koperasi di Bogor
khususnya Kabupaten Bogor sebagai lembaga untuk mensejahterakan anggotanya akan hilang khususnya koperasi pertanian yang akan memberikan modal bagi
petani dalam menggarap lahan pertanian
8
. Sehingga diperlukan bagaimana kinerja koperasi berjalan dalam mensejahterakan anggota dengan memberikan manfaat
sosial ekonomi serta meningkatkan partisipasi anggota terhadap koperasi. M
enurut Krisnamurthi 2010, bahwa KUD sebagai sentral perekonomian pedesaan dihadapkan pada persaingan dalam mempertahankan badan usaha yang
tangguh, yang berdasarkan pada prinsip koperasi Indonesia dengan visi dan misi demi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat diartikan sebagai
tantangan untuk meningkatkan kinerja KUD berdasarkan jatidiri koperasi.
1.2. Rumusan Masalah