Volume Substitusi Karbohidrat Gandum ke Ubi Kayu

f. Turut menanggung resiko kerugian usaha bilamana terjadi akibat bukan kelalaian petani selama menjalankan produksinya. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma : a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya; b. Melaksanakan kegiatan produksi sesuai bimbingan perusahaan inti meliputi penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pengelolaan pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; c. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan sesuai penjadwalan produksi perusahaan inti; d. Melaksanakan pemungutan hasil panen dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Inti untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Inti; dan e. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi biaya-biaya sarana produksi dan biaya-biaya lainnya. f. Sanggup menanggung resiko kerugian apabila akibat dari kelalaian sendiri selama berproduksi.

4.1.6 Jumlah Petani dan Industri yang Akan Terlibat

Berdasarkan perkiraan kebutuhan luas lahan tersebut di atas produktivitas lahan 17,6 tonha, maka dapat dihitung jumlah petani dan industri yang akan terlibat. Dengan asumsi penguasaan lahan oleh petani seluas 2 ha per orang, pada tahun 2015 diperkirakan jumlah petani yang akan terlibat mencapai 668.197 petani. Sejalan dengan konversi karbohidrat gandum ke ubi kayu pada tahun 2015 yang memerlukan total keseluruhan ubi kayu sebanyak 23.5 juta ton per tahun, maka dibutuhkan sebanyak 392 unit pengolahan agroindustri ubi kayu menjadi tapioka dengan kapasitas 200 tonhari 60.000 tontahun dengan asumsi 300 hari kerja.

4.2 Rantai Pasok Ubi Kayu Dalam Rangka Penyediaan Karbohidrat

Menurut Bunte 2006, teori kesejahteraan welfare theory yang dapat digunakan untuk menilai industri dan kinerja rantai pasok. Kesejahteraan dalam kinerja rantai pasok terletak pada dua elemen, yaitu: 1 efisiensi profit dan 2 keadilan pemangku kepentingan. Efisiensi merujuk pada penciptaan nilai tambah, sedangkan keadilan merujuk pada pembagian nilai tambah untuk semua pemangku kepentingan. Secara garis besar rantai pasok ubi kayu dibahas pada penelitian ini terdiri dari: 1 petani yang membudidayakan dan menghasilkan ubi kayu, 2 pengumpul, 3 industri yang memproses ubi kayu menjadi tepung tapioka seperti disajikan pada Gambar 4.5. Petani Ubi Kayu yang memiliki luas lahan 1-2 Ha Konsumen Distributor Industri Tepung Tapioka Pengumpul Petani Ubi Kayu yang memiliki luas lahan 10 Ha dana dana dana dana dana ubi kayu tepung tapioka ubi kayu ubi kayu tepung tapioka Gambar 4.5 Rantai Pasok Ubi Kayu dan Tepung Tapioka Gambar 4.5 tersebut memperlihatkan adanya 6 macam peran pada rantai pasok ubi kayu dan tepung tapioka. Namun pada penelitian ini hanya fokus 4 peran pada sisi hulu dalam agroindustri ubi kayu dan tepung tapioka yaitu : 1. Petani ubi kayu, dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok adalah petani yang memiliki luas lahan 1 hingga 2 ha, dan satu kelompok lagi adalah petani yang memiliki luas lahan lebih besar atau minimal 10 ha. a Untuk petani yang memiliki luas lahan 1-2 ha, akan menjual ubi kayu kepada pengumpul, lalu pengumpul yang akan menjual kembali kepada pabrik. Sistem penjualanpun ada 2 jenis : 1 potong tebas di kebun lalu langsung dibeli pengumpul atau 2 petani menjual ubi kayu yang masih ada di dalam tanah dengan satuan Hektare, lalu pengumpul menebang