Analisa Peramalan dengan menggunakan Double Exponential Smoothing

4.1.5 Luas Lahan yang Dibutuhkan

Rata-rata produktivitas tanaman ubi kayu Indonesia selama tahun 2006 – 2009 adalah sebesar 17,6 tonHa. Luas lahan yang dibutuhkan dengan adanya konversi karbohidrat gandum ke ubi kayu disajikan pada Tabel 4.5. Pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan luas lahan ubikayu mencapai 1,3 juta ha. Dengan kemitraan yang baik, diharapkan dapat dilakukan perbaikan teknologi budidaya sehingga produktivitas ubi kayu dapat ditingkatkan mendekati produktivitas ideal yang dapat mencapai 40 tonha sehingga kebutuhan luas lahan jauh lebih kecil dari perkiraan tersebut yaitu sekitar 588.013 ha Tabel 4.5. Tabel 4.5 Forecast Luas Lahan Ubi Kayu yang Dibutuhkan Tahun 2010-2015 Tahun Luas Lahan dengan Produktivitas 17,6 tonha Ha Luas Lahan dengan Produktivitas 40,0 tonha Ha 2010 1.162.874 511.665 2011 1.197.578 526.934 2012 1.232.281 542.204 2013 1.266.985 557.473 2014 1.301.689 572.743 2015 1.336.393 588.013 Kebutuhan lahan tersebut dimungkinkan dapat dipenuhi dari lahan terlantar yang mencapai sekitar 7,8 juta ha dan dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian sekitar 2,8 juta ha BPN 2011. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa pendayagunaan tanah terlantar antara lain adalah untuk mendukung program aksi ketahanan pangan melalui pengembangan lahan untuk pertanian pangan serta ikut serta dalam mendorong peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan disebutkan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Selanjutnya, pasal 45 Ayat 1 menegaskan bahwa Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan tersebut, pengaturan oleh pemerintah adalah sebagai berikut : 1 mewujudkan cadangan pangan nasional; 2 penyediaan, pengadaan dan atau penyaluran pangan tertentu yang bersifat pokok; 3 kebijakan mutu pangan nasional dan penganekaragaman pangan; 4 mencegah atau menanggulangi gejala kekurangan pangan; 5 memberikan kesempatan bagi koperasi dan swasta mewujudkan cadangan pangan; 6 pengembangan dan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pangan; 7 penelitian dan pengembangan teknologi di bidang pangan; 8 penyebarluasan dan penyuluhan pangan; 9 kerja sama internasional di bidang pangan; 10 penganekaragaman konsumsi masyarakat. Program peningkatan pemanfaatan lahan terlantar juga dapat memberikan rasa berkeadilan bagi masyarakat umumnya dan khususnya petani, serta meningkatkan produktivitas lahan. Dengan demikian dapat searah dengan program pembangunan nasional khususnya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi nasional. Terdapatnya lahan terlantar mengakibatkan hilangnya peluang kegiatan sosial-ekonomi bagi masyarakat khususnya petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan kembali untuk mewujudkan tanah sebagai sumber kesejahteraan rakyat, sehingga kehidupan masyarakat yang lebih berkeadilan dapat diwujudkan. Aturan pelaksanaan untuk pendayagunaan tanah terlantar sesuai dengan PP No. 11 tahun 2010. Pemanfaatan lahan terlantar untuk budidaya ubi kayu oleh petani diharapkan dapat memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : 1 Untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya, 2 Berkeadilan, 3 Tingkat partisipasi masyarakat yang luas, 4 Peningkatan produktivitas lahan dan lingkungan hidup, 5 Berkelanjutan, dan 6 Sesuai dengan sistem hukum yang ada. Selain itu kepastian hukum bagi penerima manfaatnya harus diciptakan. Pendayagunaan tanah terlantar khususnya untuk budidaya ubi kayu oleh petani merupakan salah satu alternatif kegiatan yang dapat memperkuat keberhasilan program pemerintah Indonesia dalam pendayagunaan lahan-lahan terlantar. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui reformasi agraria meliputi : 1