Rantai Pasok Ubi Kayu Dalam Rangka Penyediaan Karbohidrat

 Melaksanakan kegiatan pertanian tumpang sari. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah penanaman jagung di sela-sela tanaman ubi kayu pada masa awal pertumbuhan ubi kayu. Dengan umur panen jagung sekitar 4 bulan, tanaman ubi kayu yang baru belum terlalu tinggi dan rimbun sehingga tidak menaungi tanaman jagung Rusdi 2011.  Peningkatan populasi tanaman ubi kayu masalah jarak tanam, sehingga dengan luasan yang sama populasi tetap sama, dengan input teknologi, produksi bisa sama. Dan tersedia sisa lahan untuk tumpang sari.  Meningkatkan populasi tanaman ubi kayu dengan memperkecil jarak tanam, sehingga dengan luas lahan yang sama, dan dengan bantuan input teknologi, produksi bisa lebih banyak.  Menggeser sebagian tahapan proses agroindustripabrik ke tingkat petani, misalnya pengupasan, pembersihan hingga produksi tapioka kasar.

4.5.2 Strategi Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan Peningkatan Luas

Lahan Peningkatan kesejahteraan petani dapat diukur dengan peningkatan penghasilan yang diterima petani dengan budidaya ubi kayu. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan luas lahan yang diusahakan. Contoh perhitungan peningkatan kesejahteraan petani dengan peningkatan luas lahan ditampilkan pada Tabel 4.9. Formula yang dipergunakan adalah sebagai berikut :  Dengan asumsi luas lahan 1 Hektare income saat ini adalah = Rp 12,500,000 per tahun sehingga per bulan adalah Rp 1,041,667.  Income petani yang diharapkan adalah Rp 3,000,000 per bulan yang didapat bila luas lahan adalah 2.8 Hektare.  Maka tambahan lahan yang dibutuhkan adalah 2.88 – 1 = 1.88 Hektare, agar didapat peningkatan kesejahteraan petani menjadi Rp 3,000,000 per bulan. Tabel 4.9 Contoh Perhitungan Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan Peningkatan Luas Lahan Budidaya No Deskripsi Jumlah Unit 1 Luas Lahan 1 Hektar 2 Produktivitas 25 TonHa 3 Luaran 25 Ton 4 Harga Satuan Ubikayu 700 RpKg 5 Pendapatan 17,500,000 Rp 6 Biaya Budidaya 5,000,000 RpHa 7 Biaya Total 5,000,000 Rp 8 Laba 12,500,000 Rp 9 Rendemen Tapioka 0.25 10 Tapioka 6.25 Ton 11 Normal Income Sekarang 12,500,000 RpTahun 1,041,667 RpBulan 12 Income Petani Diinginkan 3,000,000 RpBulan 36,000,000 RpTahun 13 Laba Per Ha 12,500,000 14 Lahan Dibutuhkan 2.88 Hektar 15 Tambahan Lahan Dibutuhkan 1.88 Hektar 16 B h C 3.5 Untuk setiap Hektare lahan diperlukan tenaga kerja sebesar 44 Hari- Orang-Kerja HOK per musim selama 11-12 bulan. Jika kesejahteraan petani ingin ditingkatkan dengan menambah lahan petani menjadi 3 Hektare, diperlukan 132 HOK untuk mengelola lahan masing-masing. Dengan mengambil patokan 300 hari kerja per tahun, masih ada tersisa 168 hari kerja untuk setiap petani. Dapat dilihat bahwa kesejahteraan petani masih dapat lebih ditingkatkan dengan memberi kesempatan kepada petani untuk memanfaatkan sisa harinya menjadi produktif.

4.6 Pola kemitraan

Aktivitas produksi yang dilakukan unit-unit bisnis dalam agroindustri berbasis ubi kayu menuntut pasokan bahan baku berupa ubi kayu dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi target kapasitas produksi dengan mutu yang memenuhi standar yang diharapkan serta pada waktu yang tepat. Jaminan tersebut diperlukan agar kesinambungan aktivitas produksi terjamin pada tingkat efisiensi yang direncanakan. Ketersediaan pasokan yang tidak mencukupi akan menyebabkan agroindustri terpaksa berproduksi di bawah kapasitas yang direncanakan. Di sisi lain, penyediaan bahan baku ubi kayu yang tidak memenuhi standar akan menyebabkan rendahnya perolehan produk rendemen dari jumlah bahan baku serta waktu produksi yang direncanakan. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada biaya per unit produk yang dihasilkan yang berdampak pada tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan serta daya saing produk yang dihasilkan dibandingkan dengan produk sejenis dari perusahaan lain ataupun produk substitusinya. Untuk itu, sangat diperlukan kesediaan petani ubi kayu untuk bekerja sama dan bermitra secara berkelanjutan dengan pabrik pengolah ubi kayu. Industri tepung tapioka mempunyai kemungkinan untuk memperpendek alur rantai pasok, dengan menangani sendiri fungsi pengumpul dan pengecer semi-vertical integration. Bentuk kemitraan menjadi langsung antara petani ubi kayu dengan industri tepung tapioka, dan industri memiliki jaringan pengecer baik sendiri maupun kemitraan dengan pihak lain. Strategi bisnis seperti ini akan mampu menjamin adanya “fair profit distribution “ serta kemitraan yang langgeng dan “win- win “. Agar tujuan tersebut tercapai setiap pihak mempunyai kewajiban masing-masing yang harus dilaksanakan. Beberapa kewajiban yang harus dipenuhi para pelaku adalah sebagai berikut :  Petani ubi kayu :  Menghasilkan ubi kayu sesuai kualitas dan kuantitas  Menyiapkan hasil panen tepat waktu  Meningkatkan produksi tanaman sesuai pengetahuan yang di dapatkan baik secara otodidak maupun melalui bimbinganpenyuluhan melalui kemitraan.  Menepa ti dan menaati perjanjian kemitraan demi tercapainya “win – win “ dengan industri tepung tapioka  Membentuk kelompok paguyuban petani ubi kayu di daerah yang sama atau berdekatan.  Industri tepung tapioka :  Membeli hasil panen para petani ubi kayu yang sesuai standar kualitas seberapun jumlahnya  Membantu petani dalam meningkatkan kualitas maupun produktifitas tanaman baik secara langsung maupun melibatkan pihak - pihak lain.  Memberikan pinjaman dana talangan yang memadai agar para petani tidak jatuh ke dalam perangkap rentenir  Melakukan monitoring akan kegiatan para petani  Membeli hasil panen petani dengan harga yang “ pantas “ dan memberikan keuntungan yang “fair “. Kemitraan dapat juga mencontoh bentuk kemitraan antara starbuck dengan pemasok biji kopinya : starbuck memilih petani kopi yang menghasilkan biji kopi yang terbaik dari seluruh penjuru dunia. Untuk mencapai kondisi ini starbuck menerapkan pola kemitraan yang eksklusif :  Memberikan dana talangan operasional  Menyediakan asistensi dalam pemilihan lahan yang tepat dan penyuluhan- penyuluhan  Membeli dengan harga di atas harga pasar  Membeli semua hasil panen mitranya. Mengambil contoh pola k emitraan “Unilever Indonesia“ yang merupakan bagian dari Program CSR-nya Corporate Social Responsibility : • Unilever mampu melalui pola kerjasama dengan petani Black Soya Bean di Indonesia mayoritas Ibu-ibu petani menghasilkan kualitas paling baik di dunia. • Pola Kemitraan tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan Starbuck, memberikan motivasi, penyuluhan-penyuluahn serta dana talangan kepada para petani. • Unilever Indonesia juga membeli seluruh hasil panen Black Soya Bean tersebut dengan harga yang pantas, yang mampu meningkatkan kesejahteraan para petani.