Industri Pengolahan Ubi Kayu

yang dilakukan saat ini dan memberikan usulan kemitraan bagi para pelaku rantai pasok ubi kayu dan tepung tapioka 7. Kesimpulan dan saran Tahap terakhir dari penelitian ini adalah menarik kesimpulan dari hasil-hasil yang telah didapat dan dianalisa serta memberikan saran untuk peningkatan dan kemajuan dimasa akan datang.

3.3 Analisa Peramalan dengan menggunakan Double Exponential Smoothing

with Trend Analisa ini dilakukan guna melihat sejauh mana trend pertumbuhan produksi ubi kayu. Adapun metode forecasting yang digunakan adalah metode Double Exponential Smoothing DES. Metode ini dipilih karena lebih tepat untuk meramalkan data yang mengalami trend kenaikan Krajewski et al. 2010. Berdasarkan overview dari data yang ada dimana terdapat trend kenaikan yang stabil namun tidak tetap setiap tahunnya, digunakan metode forecast double exponential smoothing with trend yang memiliki dua komponen utama yaitu level dan trend. Pada setiap periode dilakukan koreksi terhadap level dan trend tersebut. Formula yang digunakan pada metode ini adalah : A t = α. D t + 1- α.A t-1 +T t-1 T t = β.A t -A t-1 + 1- β T t-1 F t+1 = A t + T t Dalam formula ini F adalah nilai forecast, A adalah level dan T adalah trend , dimana setiap variable tersebut memiliki indeks untuk menunjukkan periodenya. Dapat dilihat bahwa nilai forecast dari suatu periode adalah jumlah dari level dan trend periode sebelumnya. Kemudian nilai level A dan trend T selalu diupdate setiap periode. Corrected Level Nilai level pada periode tertentu adalah jumlah dari data level actual D pada periode ters ebut yang diberi bobot α dan nilai forecast dari periode sebelumnya A t-1 +T t-1 yang diberi bobot 1- α. Karena itu nilai α adalah suatu konstanta yang menunjukkan mana yang lebih menentukan nilai corrected level, antara level actual atau forecast periode sebelumnya. Corrected Trend Nilai trend pada periode tertentu adalah jumlah dari selisih level saat ini dan sebelumnya atau dapat disebut trend actual A t -A t-1 yang diberi bobot β dan nilai trend dari periode sebelumnya T t-1 yang diberi bobot 1- β. Karena itu nilai β adalah suatu konstanta yang menunjukkan mana yang lebih menentukan nilai corrected trend , antara trend actual atau trend periode sebelumnya. Sehubungan hal tersebut perlu dilakukan adjustment nilai α dan β agar diperoleh nilai forecast yang paling akurat error terkecil.

3.4 Analisa Benefit-Cost Ratio

Benefit Cost Ratio BC adalah nilai kini benefit dibagi oleh nilai kini cost. BC digunakan sebagai salah satu kriteria investasi dan kegiatan untuk menentukan apakah suatu proyek atau kegiatan memberikan keuntungan BC 1 dan patut dilaksanakan Gittinger 1982. Walaupun mempunyai keterbatasan, BC sering dipergunakan sebagai kriteria dalam pengukuran kinerja suatu rantai pasok. Kesetaraan BC di antara para pelaku rantai pasok dapat menunjukkan bahwa para pelaku rantai pasok mendapat harga yang wajar dan keuntungan yang adil. Dengan perkataan lain keuntungan di dalam rantai pasok terbagi di antara para pelaku dengan berkeadilan. Perhitungan benefit dan cost proyek atau kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis financial karena yang berkepentingan langsung dalam benefit dan cost adalah individu atau pengusaha yaitu petani, pengumpul dan pabrik. Dalam analisis ini dipergunakan harga-harga pasar. Di samping analisis financial ada juga analisis ekonomi, bila yang bekepentingan langsung dalam benefit dan cost adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan Gittinger 1982, Fischer 1988. Dalam analisis ini benefit ditekankan kepada price atau harga. Nilai benefit adalah price atau harga per satuan produk dikali jumlah produk. Oleh karena itu BC yang dipakai adalah benefit berdasarkan harga B h dibagi oleh cost C sehingga benefit cost ratio ditulis sebagai B h C. Cost sendiri adalah cost per satuan produk atau harga pokok produk HPP dikali jumlah produk. Karena jumlah produk yang dijual adalah jumlah produk yang diproduksi, dalam perhitungan benefit cost ratio benefit dibagi cost faktor jumlah produk saling meniadakan. Sehubungan hal tersebut faktor jumlah produk tidak lagi dicantumkan dalam perhitungan benefit cost ratio . Pada penelitian ini dilakukan analisis B h C untuk melihat tingkat manfaat yang didapat oleh para pelaku rantai pasok ubi kayutepung tapioka. Lalu analisis juga di lakukan pada industri karbohidrat lain beras dan gandum untuk melihat apakah B h C tersebut wajar, layak dan seimbang. halaman ini sengaja dikosongkan